Kabupaten Sumedang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Karunia Bias (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Karunia Bias (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{refimprove}}
{{dati2|nama=Kabupaten Sumedang<br />{{sund|ᮊᮘ᮪. ᮞᮥᮙᮨᮓᮀ}}
|propinsiprovinsi=[[Jawa Barat]]
|ibukota=[[Kota Sumedang]]<ref name=sumut>http://www.sumedangkab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=106&Itemid=62</ref>
|luas=15221.522.21
|penduduk=11121531.112.153 jiwa
|penduduktahun=(2007)<ref>bappeda.sumedangkab.go.id [http://bappeda.sumedangkab.go.id/aplikasi/profda/kependudukan.php/ Kependudukan Kabupaten Sumedang]</ref>
|bahasa= [[Bahasa Sunda|Sunda]], [[Bahasa Indonesia|Indonesia]]
Baris 10:
|kecamatan=26
|kelurahan=277
|kodearea=0261 dan 022 (wilayah [[Tanjungsari, Sumedang|Tanjungsari]], [[Jatinangor, Sumedang|Jatinangor]], [[Cimanggu, Sumedang|Cimanggung]] &dan [[Sukasari, Sumedang|Sukasari]])
| dau = Rp. 1.036.263.413.000.-
| dauref = (2013)<ref>{{cite web|url=http://www.djpk.depkeu.go.id/regulation/27/tahun/2013/bulan/02/tanggal/04/id/873/|title=Perpres No. 10 Tahun 2013|date=2013-02-04|accessdate=2013-02-15}}</ref>
Baris 17:
[https://drive.google.com/file/d/16yWlCZen7hYin7z0cVgst4x_JOt_CffR/view?usp=drivesdk Peta Wilyah Kabupaten Sumedang]<ref>http://
sumedangkab.
bps.go.id�id</ref>
|koordinat= {{coor dms|6|51|35|S|107|55|15|E}}
|dasar hukum=Undang - Undang Nomor 14 Tahun 1950
|tanggal= 22 April
|motto=
Baris 31:
'''[[Kabupaten]] Sumedang''' ([[Aksara Sunda Baku|Sunda]]: {{sund|ᮊᮘ᮪. ᮞᮥᮙᮨᮓᮀ}}, Latin: <i>Kab. Sumedang<i><!-- Sistem penulisan aksara Sunda masih ada sedikit kendala dalam penulisan "Kabupaten", yang tertulis "Kabupetan". -->) adalah sebuah [[kabupaten]] di [[Provinsi]] [[Jawa Barat]], [[Indonesia]]. Ibukotanya adalah kecamatan [[Sumedang Utara, Sumedang]],<ref name="sumut" /> sekitar 45&nbsp;km Timur Laut [[Kota Bandung]]. Kabupaten ini berbatasan dengan [[Kabupaten Indramayu]] di Utara, [[Kabupaten Majalengka]] di Timur, [[Kabupaten Garut]] di Selatan, [[Kabupaten Bandung]] di Barat Daya, serta [[Kabupaten Subang]] di Barat.
 
Kabupaten Sumedang terdiri atas 26 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah [[desa]] dan [[kelurahan]]. Sumedang, ibukota kabupaten ini, terletak sekitar 45&nbsp;km dari [[Kota Bandung]]. Kota ini meliputi kecamatan [[Sumedang Utara, Sumedang|Sumedang Utara]] dan [[Sumedang Selatan, Sumedang|Sumedang Selatan]]. Sumedang dilintasi jalur utama [[Bandung]] - [[Kota Cirebon|Cirebon]].
 
Bagian Barat Daya wilayah Kabupaten Sumedang merupakan kawasan perkembangan [[Kota Bandung]]. [[IPDN]] (Institut Pemerintahan Dalam Negeri), sebelumnya bernama STPDN (Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri), [[UPI]] (Universitas Pendidikan Indonesia), [[ITB]] (Institut Teknologi Bandung), serta [[Universitas Padjajaran]] berlokasi di Kecamatan [[Jatinangor, Sumedang|Jatinangor]].
Baris 40:
[[Berkas:Binokasih.JPG|jmpl|Mahkota Binokasih, Mahkota [[Kerajaan Pajajaran]] yang diserahkan kepada [[Prabu Geusan Ulun]] disimpan di ''Museum Prabu Geusan Ulun'' oleh para ''Kandaga Lante'' [[Kerajaan Pajajaran]] sebagai legitimasi untuk meneruskan tirah Siliwangi]]
[[Berkas:Keris Panunggul Naga (foto dokumen Museum Prabu Geusan Ulun).jpg|jmpl|Keris Panunggul Naga adalah Keris milik Prabu Geusan Ulun yang merupakan raja Kerajaan Sumedang Larang yang terakhir]]
[[Berkas:Keris Nagasasra (foto dokumen Museum Prabu Geusan Ulun).jpg|jmpl|Keris Naga Sasra yang digunakan oleh [[Pangeran Kornel]] ([[Pangeran Kusumadinata IX]]) saat bersalaman menggunakan tangan kiri (pertanda adanya perlawanan terhadap kebijakan Belanda dalam pembangunan Jalan Raya Pos dengan Gubernur Jenderal Daendels pada peristiwa Cadas Pangeran]]
Pada mulanya Kabupaten Sumedang adalah sebuah kerajaan di bawah kekuasaan Raja [[Kerajaan Galuh|Galuh]]. Didirikan oleh [[Prabu Geusan Ulun]] Aji Putih atas perintah Prabu Surya Dewata sebelum Keraton Galuh dipindahkan ke [[Pakuan Pajajaran]], [[Bogor]]. Seiring dengan perubahan zaman dan kepemimpinan, nama Sumedang mengalami beberapa perubahan. Yang pertama, yaitu Kerajaan Tembong Agung (''Tembong'' artinya tampak dan ''Agung'' artinya luhur) dipimpin oleh Prabu Guru Aji Putih pada [[abad ke-12]]. Kemudian pada masa zaman Prabu Tadjimalela, diganti menjadi Himbar Buana yang berarti menerangi alam, dan kemudian diganti lagi menjadi [[Kerajaan Sumedang Larang]] (Sumedang berasal dari kata ''Insun Medal/Insun Medangan'' yang berarti aku dilahirkan; aku menerangi dan ''Larang'' berarti sesuatu yang tidak ada tandingannya).
 
Sumedang Larang mengalami masa kejayaan pada waktu dipimpin oleh Pangeran Angkawijaya atau [[Prabu Geusan Ulun]] sekitar tahun [[1578]], dan dikenal luas hingga ke pelosok Jawa Barat dengan daerah kekuasaan meliputi wilayah Selatan sampai dengan [[Samudera Hindia]], wilayah Utara sampai [[Laut Jawa]], wilayah Barat sampai dengan [[Cisadane]], dan wilayah Timur sampai dengan [[Kali Brebes|Kali Pamali]] [[kabupatenKabupaten Brebes]]
 
Kerajaan ini kemudian menjadi vazal [[Kesultanan Cirebon]], dan selanjutnya berada di bawah kendali [[Kesultanan Mataram]], pada masa [[Sultan Agung]]. Pada masa Mataram inilah teknik persawahan diperkenalkan di tanah Pasundan dan menjadi awal istilah "gudang beras" untuk daerah antara Indramayu hingga Karawang/Bekasi. Dalam strategi penyerangan Sultan Agung ke Batavia wilayah Sumedang dijadikan wilayah penyedia logistik pangan. Selain itu, [[Hanacaraka|aksara Hanacaraka]] juga diperkenalkan di wilayah Pasundan pada masa ini, dan dikenal sebagai Cacarakan. Pusat kota Sumedang juga dirancang pada masa ini, mengikuti pola dasar kota - kota Mataraman lainnya. Sebelum Bandung dibangun pada abad ke - 19, Sumedang adalah salah satu pusat budaya Pasundan yang penting.
 
Ketika [[Pakubuwono I]] harus memberikan konsesi kepada [[VOC]], wilayah kekuasaan Sumedang diberikan kepada VOC, yang kemudian dipecah - pecah, sehingga wilayah Sumedang menjadi seperti yang sekarang ini.
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een berglandschap met een waterval en rotsen in Sumedang TMnr 3728-429d.jpg|jmpl|Pemandangan dan air terjun di Sumedang ([[litografi]] berdasarkan lukisan oleh [[Abraham Salm]], 1865-1872)]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van Pangeran Aria Soeria Atmadja Regent van Soemedang TMnr 60009959.jpg|jmpl|Pangeran Aria Soeriaatmadja (bupati Sumedang pada tahun 1882 – 1919), juga dikenal dengan julukan "Pangeran Mekkah", karena wafat di Makkah]]
Baris 85:
Kehadiran Prabu Guru Haji Putih melahirkan perubahan - perubahan baru dalam kemasyarakatan, yang telah dirintis sejak abad ke - 8 oleh Sanghyang Resi Agung. Secara perlahan dusun - dusun di sekitar pinggiran sungai Cimanuk itu diikat oleh suatu struktur pemerintahan dan kemasyarakatan hingga berdirilah Kerajaan Tembong Agung yang merupakan cikal bakal Kerajaan Sumedang Larang. Kerajaan Tembong Agung tersebut, menurut riwayat teletak di Kampung Muhara, Desa Leuwihideung, Kecamatan Darmaraja.
 
Prabu Guru Haji Putih berputra Prabu Resi Tadjimalela. Berdasarkan perbandingan generasi dalam Kropak 410 Tadjimalela sejajar dengan tokoh Ragamulya (1340 - 1350) penguasa di Kawali dan tokoh Surya Dewata, ayahanda Batara Gunung Bitung di [[Majalengka]].
 
Memang belum diperoleh keterangan sumber yang menyebut - nyebut siapa gerangan istri Sang Prabu Resi Tadjimalela. Namun, dalam beberapa sumber baik lisan maupun tertulis, dikatakan Prabu Resi Tadjimalela mempunyai dua orang putra: Prabu Gajah Agung dan Lembu Agung.
Baris 99:
''"Adinda, adindalah kiranya yang lebih tepat menjadi raja," ujar Lembu Agung kepada adiknya. "Kakanda, sungguh tidak pantas adinda yang masih muda usia, bila harus menjadi raja. Kakandalah yang lebih tepat,"'' jawab Gajah Agung. Setelah di antara kedua putranya, masing - masing saling menunjuk siapa di antara mereka yang pantas menjadi raja, akhirnya Prabu Resi Tadjimalela memetik buah kelapa muda lalu disimpannya kelapa tadi serta sebilah pedang.
 
Mereka berdua disuruh menungguinya. ''"Adinda, tolong jaga kelapa ini. Kakanda hendak pergi ke jamban dulu,"'' kata Lembu Agung seraya pergi meninggalkan Gajah Agung. Tiba - tiba sepeninggal Lembu Agung, Gajah Agung merasakan haus yang bukan kepalang.
 
Apa boleh buat, untuk menghilangkan dahaganya, Prabu Gajah Agung kemudian mengupas kelapa itu dan diminumlah airnya. Karenanya, ketika Lembu Agung kembali lagi, Gajah Agung langsung menyampaikan permohonan maaf kepada Lembu Agung karena rasa bersalahnya telah meminum air kelapa yang semestinya dijaganya.
Baris 105:
Semula Prabu Gajah Agung menyangka, Prabu Lembu Agung akan memarahinya. Namun ternyata, dengan kebesaran jiwa Prabu Lembu Agung malah berkata: ''"Adinda, tampaknya suratan takdir telah menentukan, dengan diminumnya air kelapa tadi oleh adinda, sudah barang tentu Adindalah yang sekarang terpilih menjadi raja,"'' ucap Lembu Agung.
 
Singkat cerita, jadilah Prabu Gajah Agung meneruskan kepemimpinan Prabu TajimalelaTadjimalela, yang kemudian ia meninggalkan tempat menuju daerah di pinggiran Kali Cipeles untuk mendirikan kerajaan yang sekarang disebut Ciguling.
 
Kemudian ia bergelar Prabu Pagulingan. Sementara kepemimpinan Prabu Gajah Agung kemudian digantikan oleh putranya, Wirajaya, yang lebih dikenal Sunan Pagulingan. Dalam Rintisan Penelusuran Masa Silam Sejarah Jawa Barat, Sunan Pagulingan berkedudukan di Cipameungpeuk.
 
Namun ada pula yang mengisahkan, kedudukan Kerajaan Sumedang Larang pada saat itu berada di Ciguling, Kelurahan Pasanggrahan, [[Sumedang Selatan, Sumedang|Kecamatan Sumedang Selatan]]. Yang jelas, ketiga raja Sumedang Larang yang pertama ini masing - masing berkedudukan di tempat yang berbeda - beda. Ini merupakan suatu gejala, bahwa kerajaan tersebut belum permanen yang dapat ditinggali turun temurun oleh para penerus pemegang kekuasaannya. Keadaan tersebut berlangsung sampai beberapa generasi berikutnya.
 
Putri Sulung Pagulingan bernama Ratu Ratnasih alias Nyi Mas Rajamantri diperistri [[Sri Baduga Maharaja]]. Karena itu, adiknya bernama Martalaya menggantikan kedudukan ayahnya menjadi penguasa Sumedang yang keempat dengan gelar Sunan Guling.
Baris 117:
Antara Ibu dan anak ini mempunyai gelar yang sama, yaitu Patuakan.
 
Ratu Sintawati berjodoh dengan Sunan Corenda, raja Talaga. putraPutra Ratu Simbar Kencana dari Kusumalaya, putra Dewa Niskala. Dengan demikian, ia menjadi cucu menantu penguasa Galuh.
 
Sunan Corenda mempunyai dua permaisuri, yakni Mayangsari putri Langlangbuana dari Kuningandan,[[Kuningan]] dan Sintawati dari [[Sumedang]]. Dari Mayangsari, Sunan Corenda memperoleh putri Bernama Ratu Wulansari alias Ratu Parung.
 
BerjodohDari Mayangsari, Sunan Corenda memperoleh putri Bernama Ratu Wulansari alias Ratu Parung. Ratu Parung berjodoh dengan Rangga Mantri alias Sunan Parung Gangsa (Pucuk Umum Talaga), putra Munding Surya Ageung. Tokoh ini putra Sri Baduga. Sunan Parung Gangsa ditaklukkan oleh Cirebon tahun 1530 dan masuk Islam.
 
Dari Sintawati putri sulung Sunan Guling, Sunan Corenda mempunyai putri bernama Setyasih, yang kemudian menjadi penguasa Sumedang dengan gelar Ratu Pucuk Umum. Ratu Pucuk Umum Menikah dengan Ki Gedeng Sumedang yang lebih dikenal dengan nama [[Pangeran Santri]]. Pangeran ini adalah putra Pangeran Palakaran dari puteri Sindangkasih. [[Pangeran Pamelekaran]] putra Maulana Abdurrahman alias [[Pangeran Panjunan]] putra [[Syekh Datuk Kahfi]].
Baris 127:
Dengan perkawinan antara Ratu Setyasih dan Ki Gedeng Sumedang inilah agama Islam mulai menyebar di Sumedang pada tahun 1529.
 
[[Pangeran Santri]] dinobatkan sebagai penguasa Sumedang pada tanggal 13 bagian gelap bulan Asuji tahun 1452 Saka, atau kira - kira 21 Oktober 1530 M, tiga bulan setelah penobatan Pangeran Santri.
 
Pada tanggal 12 bagian terang bulan Margasira tahun 1452 di Keraton Pakungwati diselenggarakan perjamuan "syukuran" untuk merayakan kemenangan Cirebon atas Galuh dan sekaligus pula merayakan penobatan [[Pangeran Santri]].
Baris 133:
Hal ini menunjukkan, bahwa Sumedang Larang telah masuk dalam lingkaran pengaruh [[Cirebon]]. Pangeran Santri adalah murid [[Sunan Gunung Jati|Susuhunan Jati]]. Pangeran Santri sebagai penguasa Sumedang pertama yang menganut Islam. Ia pula yang membangun Kutamaya sebagai Ibukota baru untuk pemerintahannya.
 
Dari perkawinannya dengan Ratu Pucuk Umum alias Ratu Inten Dewata, Pangeran Santri yang bergelar Pangeran Kusumahdinata I ini dikaruniai enam orang anak, yaitu :
# Pangeran Angkawijaya ([[Prabu Geusan Ulun]]),
# Kiyai Rangga Haji,
# Kiyai Demang
# Watang Walakung,
# Santowaan Wirakusumah, yang
Yang melahirkan keturunan anak - cucu di [[Pagaden, Subang,|Kecamatan Pagaden]]
# Santowaan Cikeruh dan
# Santowaan Awiluar.
 
Pangeran Santri wafat 2 Oktober 1579. Di antara putra - putri Pangeran Santri dari Ratu Inten Dewata (Pucuk Umum), yang melanjutkan pemerintahan di Sumedang Larang ialah Pangeran Angkawijaya bergelar [[Prabu Geusan Ulun]]. Menurut Babad, daerah kekuasaan Geusan Ulun dibatasi kali Cipamali di sebelah Timur, Kali Cisadane di sebelah Barat, sedangkan di sebelah Selatan dan Utara dibatasi laut.
 
Daerah kekuasaan Geusan Ulun dapat disimak dari isi surat Rangga Gempol III yang dikirimkan kepada Gubernur Jenderal Willem Van Outhoorn. Surat ini dibuat hari Senin, 2 Rabi'ul Awal tahun Je atau 4 Desember 1690, yang dimuat dalam buku harian VOC di Batavia tanggal 31 Januari 1691.
 
Dalam surat tadi, Rangga Gempol III (Pangeran Panembahan Kusumahdinata VI) menuntut agar kekuasannya dipulihkan kembali seperti kekuasaan buyutnya, yaitu Geusan Ulun. Rangga Gempol III mengungkapkan bahwa kekuasaan Geusan Ulun meliputi 44 penguasa daerah [[Parahyangan]] yang terdiri dari 26 ''Kandaga Lante'' dan 18 ''umbul.''
 
* [[Kabupaten Bandung]], dipimpin oleh Ki Astamanggala Umbul Cihaurbeuti, gelar Tumenggung Wirangun -angun, Angun
* Kabupaten Parakanmuncang, dipimpin oleh Ki Somahita Umbul Sindangkasih, gelar Tumenggung Tanubaya.
* Kabupaten Sukapura, dipimpin oleh Ki Wirawangsa Umbul Sukakerta, gelar Tumenggung Wiradegdaha/ (R. Wirawangsa)
 
Ke - 44 daerah di bawah kekuasaan Geusan Ulun meliputi :
 
I. Di [[Kabupaten Bandung]]
Baris 186 ⟶ 196:
# Sukakerta
 
Berdasarkan data yang dikirimkan Rangga Gempol III pada masa [[VOC]], maka kekuasaan [[Prabu Geusan Ulun]] meliputi [[Sumedang]], [[Garut]], [[Tasikmalaya]], dan [[Bandung]]. Batas di sebelah Timur adalah Garis Cimanuk - Cilutung ditambah Sindangkasih (daerah muara Cideres ke Cilutung).
 
Batas di sebelah Timur adalah Garis Cimanuk - Cilutung ditambah Sindangkasih (daerah muara Cideres ke Cilutung).
Di sebelah Barat garis Citarum - Cisokan. Batas di sebelah Selatan laut. Namun di sebelah Utara diperkirakan tidak meliputi wilayah yang telah dikuasai oleh Cirebon.
 
Di sebelah Barat garis Citarum - Cisokan.
Masa kekuasaan [[Prabu Geusan Ulun]] (1579-1601) bertepatan dengan runtuhnya Kerajaan Padjajaran akibat serangan Banten di bawah Sultan Maulana Yusuf.
 
Batas di sebelah Selatan laut.
Sebelum [[Prabu Siliwangi]] meninggalkan Padjajaran mengutus empat ''Kandaga Lante'' untuk menyerahkan Mahkota serta menyampaikan amanat untuk Prabu Geusan Ulun yang pada dasarnya Kerajaan Sumedang Larang supaya melanjutkan kekuasaan [[Padjajaran]]. Geusan Ulun harus menjadi penerus [[Padjajaran]].
 
Di sebelah Barat garis Citarum - Cisokan. Batas di sebelah Selatan laut. Namun di sebelah Utara diperkirakan tidak meliputi wilayahwilayahNya yangkarena telah dikuasai oleh Cirebon.
Dalam Pustaka'' Kertabhumi ''I/2 yang berbunyi:'' "Ghesan Ulun nyakrawartti mandala ning Padjajaran kangwus pralaya, ya ta sirna, ing bhumi Parahyangan. Ikang kedatwan ratu Sumedang haneng Kutamaya ri Sumedangmandala" ''(Geusan Ulun memerintah wilayah Pajajaran yang telah runtuh, yaitu ''sirna'', di bumi Parahyangan. Keraton raja Sumedang ini terletak di Kutamaya dalam daerah Sumedang), selanjutnya diberitakan'' "Rakyan Samanteng Parahyangan mangastungkara ring sira Pangeran Ghesan Ulun" ''(Para penguasa lain di Parahiyangan merestui Pangeran Geusan Ulun).
 
Masa kekuasaan [[Prabu Geusan Ulun]] (1579-1601) bertepatan dengan runtuhnya Kerajaan PadjajaranPajajaran akibat serangan Banten di bawah Sultan Maulana Yusuf.
Keempat orang bersaudara, senapati dan pembesar Padjajaran yang diutus ke Sumedang tersebut, yaitu Jaya Perkosa (Sanghyang Hawu); Wiradijaya ''(Nangganan)''; Kondang Hapa; dan Pancar Buana (Embah Terong Peot).
 
Sebelum [[Prabu Siliwangi]] meninggalkan PadjajaranPajajaran mengutus empat ''Kandaga Lante'' untuk menyerahkan Mahkota serta menyampaikan amanat untuk Prabu Geusan Ulun yang pada dasarnya Kerajaan Sumedang Larang supaya melanjutkan kekuasaan [[PadjajaranPajajaran]]. Geusan Ulun harus menjadi penerus [[PadjajaranPajajaran]].
Dalam Pustaka'' Kertabhumi ''I/2'' ''menceritakan keempat bersaudara itu: ''"Sira paniwi dening Prabu Ghesan Ulun, Rikung sira rumaksa wadyabala, sinangguhan niti kaprabhun mwang salwirnya"'' (Mereka mengabdi kepada [[Prabu Geusan Ulun]]. Di sana mereka membina bala tentara, ditugasi mengatur pemerintahan dan lain-lain), sehingga penobatan Prabu Geusan Ulun sebagai ''nalendra'' penerus Kerajaan Sunda Padjajaran dan Raja Sumedang Larang ke - 9 mendapat restu dari 44 penguasa daerah Parahyangan yang terdiri dari 26 ''Kandaga Lante'','' Kandaga Lante'' adalah semacam kepala yang satu tingkat lebih tinggi daripada ''cutak'' (camat) dan 18 ''umbul'' dengan cacah sebanyak ± 9000 ''umpi'', untuk menjadi ''nalendra'' baru pengganti penguasa Pajajaran yang telah sirna. ''Pemberian pusaka Padjajaran pada tanggal '''22 April 1578''' akhirnya ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Sumedang.''
 
Dalam Pustaka'' Kertabhumi ''I/2 yang berbunyi:'' "Ghesan Ulun nyakrawartti mandala ning PadjajaranPajajaran kangwus pralaya, ya ta sirna, ing bhumi Parahyangan. Ikang kedatwan ratu Sumedang haneng Kutamaya ri SumedangmandalaSumedang mandala" ''(Geusan Ulun memerintah wilayah Pajajaran yang telah runtuh, yaitu ''sirna'', di bumi Parahyangan. Keraton raja Sumedang ini terletak di Kutamaya dalam daerah Sumedang), selanjutnya diberitakan'' "Rakyan Samanteng Parahyangan mangastungkara ring sira Pangeran Ghesan Ulun" ''(Para penguasa lain di Parahiyangan merestui Pangeran Geusan Ulun).
 
Keempat orang bersaudara, senapati dan pembesar PadjajaranPajajaran yang diutus ke Sumedang tersebut, yaitu Jaya: Perkosa (Sanghyang Hawu); Wiradijaya ''(Nangganan)''; Kondang Hapa; dan Pancar Buana (Embah Terong Peot).
# Jaya Perkosa (Sanghyang Hawu);
# Wiradijaya ''(Nangganan)'';
# Kondang Hapa; dan
# Pancar Buana (Embah Terong Peot).
 
Dalam Pustaka'' Kertabhumi ''I/2'' ''menceritakan keempat bersaudara itu: ''"Sira paniwi dening Prabu Ghesan Ulun, Rikung sira rumaksa wadyabala, sinangguhan niti kaprabhun mwang salwirnya"'' (Mereka mengabdi kepada [[Prabu Geusan Ulun]]. Di sana mereka membina bala tentara, ditugasi mengatur pemerintahan dan lain - lain), sehingga penobatan Prabu Geusan Ulun sebagai ''nalendra'' penerus Kerajaan Sunda PadjajaranPajajaran dan Raja Sumedang Larang ke - 9 mendapat restu dari 44 penguasa daerah Parahyangan yang terdiri dari 26 ''Kandaga Lante'','' Kandaga Lante'' adalah semacam kepala yang satu tingkat lebih tinggi daripada ''cutak'' (camat) dan 18 ''umbul'' dengan cacah sebanyak ± 9000 ''umpi'', untuk menjadi ''nalendra'' baru pengganti penguasa Pajajaran yang telah sirna. ''Pemberian pusaka PadjajaranPajajaran pada tanggal '''22 April 1578''' akhirnya ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Sumedang.'''''
 
Jaya Perkosa adalah bekas senapati Pajajaran, sedangkan Batara Wiradijaya sesuai julukannya bekas ''Nangganan''. Menurut Kropak 630, jabatan ''Nangganan'' lebih tinggi setingkat dari menteri, namun setingkat lebih rendah dari ''Mangkubumi.''
 
Di samping itu, menurut tradisi hari pasaran ''Legi'' (Manis), merupakan saat baik untuk memulainya suatu upaya besar dan sangat penting. Peristiwa itu dianggap sangat penting karena pengukuhan Geusan Ulun sebagai "nyakrawartti" atau ''nalendra'' merupakan semacam proklamasi kebebasan Sumedang yang mensejajarkan diri dengan [[Kerajaan Banten]] dan [[Kerajaan Cirebon]]. ''Arti penting lain yang terkandung dalam peristiwa itu adalah pernyataan bahwa Sumedang Larang menjadi ahli waris serta penerus yang sah dari kekuasaan Kerajaan PadjajaranPajajaran, di bumi Parahyangan.''
 
Mahkota dan beberapa atribut kerajaan yang dibawa oleh senapati Jaya Perkosa dan diserahkan kepada [[Prabu Geusan Ulun]] merupakan bukti legalisasi kebesaran Sumedang Larang, ''sama halnya dengan pusaka [[Majapahit]] menjadi ciri keabsahan [[Demak]], [[Pajang]], dan [[Mataram]].''
Baris 208 ⟶ 228:
Berdasarkan bukti - bukti sejarah baik yang tertulis maupun babad/cerita rakyat, maka penetapan Hari Jadi Sumedang ditetapkan berdasarkan pertimbangan - pertimbangan sejarah.
 
Serangan laskar gabungan Banten, Pakungwati, Demak, dan Angke pada abad XVI ke PadjajaranPajajaran, merupakan peristiwa yang membuat Kerajaan PadjajaranPajajaran ''runtag'' (runtuh).
 
Berakhirnya PadjajaranPajajaran pada waktu itu, tidak menyeret Sumedang Larang dibawah kepemimpinan Pangeran Santri ikut runtuh pula. Soalnya, sebagian rakyat Sumedang Larang pada itu sudah memeluk Agama Islam. Justru dengan berakhirnya masa kekuasaan PadjajaranPajajaran, Sumedang Larang kian berkembang.
 
Penetapan Hari Jadi Kabupaten Sumedang erat kaitannya dengan peristiwa di atas. Terdapat tiga sumber yang dijadikan pegangan dalam menentukan Hari Jadi Kabupaten Sumedang:
* Pertama : Kitab ''Waruga Jagat'', yang disusun Mas Ngabehi Perana tahun 1117 H. Kendati tak begitu lengkap isinya, namun sangat membantu dalam upaya mencari tanggal tepat untuk dijadikan pegangan/penentuan Hari Jadi Sumedang. ''"Pajajaran Merad Kang Merad Ing Dina Selasa Ping 14 Wulan Syafar Tahun Jim Akhir,"'' artinya: Kerajaan PadjajaranPajajaran runtuh pada 14 Syafar tahun Jim Akhir.
* Kedua : Buku Rucatan Sejarah yang disusun Dr. R. Asikin Widjaya Kusumah yang menyertakan antara lain: ''"Pangeran Geusan Ulun Jumeneng Nalendra (harita teu kabawa kasasaha) di Sumedang Larang sabada burak Pajajaran,"'' artinya: Pangeran Geusan Ulun menjadi raja yang berdaulat di Sumedang Larang setelah Kerajaan PadjajaranPajajaran berakhir.
* Tiga : Dibuat Prof. Dr. [[Husein Djajadiningrat]] berjudul: ''Critise Beshuocing van de Sejarah Banten.'' Desertasi ini antara lain menyebutkan serangan tentara Islam ke Ibukota PadjajaranPajajaran terjadi pada tahun 1579, tepatnya Ahad 1 Muharam tahun Alif.
 
Mengacu pada ketiga sumber di atas, maka dalam diskusi untuk menentukan Hari Jadi Sumedang yang dihadiri para sejarawan masing - masing Drs. Said Raksa Kusumah; Drs. Amir Sutaarga; Drs. Saleh Dana Sasmita; Dr. Atja dan Drs. A Gurfani, berhasil menyimpulkan bahwa '''14 Syafar Tahun Jim Akhir itu jatuh pada tahun 1578 Masehi, bukan tahun 1579, tepatnya 22 April 1578'''.
 
Atas dasar itu DPRD Daerah Tingkat II Sumedang waktu itu, dalam Keputusan Nomor 1/Kprs/DPRD/Smd/1973, Tanggal 8 Oktober 1973, menetapkan tanggal '''22 April 1578 sebagai Hari Jadi Kabupaten Sumedang'''.
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De woning van de assistent-resident in Sumedang TMnr 3728-816.jpg|jmpl|[[Litografi]] berdasarkan lukisan oleh [[Josias Cornelis Rappard]] yang menggambarkan kediaman ''[[assistent - resident]]'' Belanda di Sumedang pada tahun 1880 - an]]
 
== Pembagian administratif ==
Pusat pemerintahan Kabupaten Sumedang berada di [[Sumedang Selatan, Sumedang|Kecamatan Sumedang Selatan]]. Kabupaten Sumedang terbagi atas 26 kecamatan, 7 kelurahan, dan 276 desa.<ref>{{cite web| title = BUKU XII PROVINSI JAWA BARAT| work=[[Kemendagri]]| url=http://www.kemendagri.go.id/media/filemanager/2015/08/18/3/2/32._jabar.pdf| accessdate = 23 Desember 2016 }}</ref> PusatYakni pemerintahan:
# Kabupaten[[Buahdua, Sumedang| beradaKecamatan diBuahdua]]
# [[Sumedang SelatanCibugel, Sumedang|Kecamatan Sumedang SelatanCibugel]].
# [[BuahduaCimalaka, Sumedang|BuahduaKecamatan Cimalaka]]
# [[CibugelCimanggung, Sumedang|CibugelKecamatan Cimanggung]]
# [[CimalakaCisarua, Sumedang|CimalakaKecamatan Cisarua]]
# [[CimanggungCisitu, Sumedang|CimanggungKecamatan Cisitu]]
# [[CisaruaConggeang, Sumedang|CisaruaKecamatan Conggeang]]
# [[CisituDarmaraja, Sumedang|CisituKecamatan Darmaraja]]
# [[ConggeangGaneas, Sumedang|ConggeangKecamatan Ganeas]]
# [[DarmarajaJatigede, Sumedang|DarmarajaKecamatan Jatigede]]
# [[GaneasJatinangor, Sumedang|GaneasKecamatan Jatinangor]]
# [[JatigedeJatinunggal, Sumedang|JatigedeKecamatan Jatinunggal]]
# [[JatinangorPamulihan, Sumedang|JatinangorKecamatan Pamulihan]]
# [[JatinunggalPaseh, Sumedang|JatinunggalKecamatan Paseh]]
# [[PamulihanRancakalong, Sumedang|PamulihanKecamatan Rancakalong]]
# [[PasehSituraja, Sumedang|PasehKecamatan Situraja]]
# [[RancakalongSukasari, Sumedang|RancakalongKecamatan Sukasari]]
# [[SiturajaSumedang Selatan, Sumedang|SiturajaKecamatan Sumedang Selatan]]
# [[SukasariSumedang Utara, Sumedang|SukasariKecamatan Sumedang Utara]]
# [[Sumedang SelatanSurian, Sumedang|SumedangKecamatan SelatanSurian]]
# [[Sumedang UtaraTanjungkerta, Sumedang|SumedangKecamatan UtaraTanjungkerta]]
# [[SurianTanjungmedar, Sumedang|SurianKecamatan Tanjungmedar]]
# [[TanjungkertaTanjungsari, Sumedang|TanjungkertaKecamatan Tanjungsari]]
# [[TanjungmedarTomo, Sumedang|TanjungmedarKecamatan Tomo]]
# [[TanjungsariUjung Jaya, Sumedang|TanjungsariKecamatan Ujung Jaya]]
# [[TomoWado, Sumedang|TomoKecamatan Wado]]
# [[Ujung Jaya, Sumedang|Ujung Jaya]]
# [[Wado, Sumedang|Wado]]
 
== Bupati ==
Berikut adalah nama - nama [[Daftar Bupati Sumedang|Bupati Sumedang]]:<ref>''[http://www.sumedangkab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=50&Itemid=34 Sejarah singkat Kabupaten Sumedang]'', www.sumedangkab.go.id, Copyright © 2009 Pemerintah Kabupaten Sumedang. Dikelola oleh Dishubkominfo Kab. Sumedang. Diakses 12 Desember 2011.</ref>
# [[Pangeran Santri|Pangeran Kusumahdinata I]] ([[Pangeran Santri]]) : 1530 - 1578
# [[Prabu Geusan Ulun|Pangeran Kusumahdinata II]] ([[Prabu Geusan Ulun|Pangeran Geusan Ulun]]) : 1578 - 1601
# Pangeran Kusumahdinata III (Pangeran Rangga Gempol I) : 1601 - 1625
# Pangeran Kusumahdinata IV (Pangeran Rangga Gede) : 1625 - 1633
# Raden Bagus Weruh (Pangeran Kusumahdinata V/ Pangeran Rangga Gempol II) : 1633 - 1656
# Pangeran Kusumahdinata VI (Pangeran Panembahan/ Pangeran Rangga Gempol III) : 1656 - 1706
# [[Dalem Adipati Tanumaja]] : 1706 - 1709
# Raden Tumenggung Kusumahdinata VII (Pangeran Rangga Gempol IV/ Pangeran Karuhun) : 1709 - 1744
# Dalem Istri Rajaningrat : 1744 - 1759
# Dalem Adipati Kusumahdinata VIII (Dalem Anom) : 1759 - 1761
# Dalem Adipati Surianagara II : 1761 - 1765
# Dalem Adipati Surialaga : 1765 - 1773
# Dalem Adipati Patrakusumah (''Tusschen Bestur'' Parakanmuncang) : 1773 - 1789
# Dalem Aria Sacapati III : 1789 - 1791
# Raden Tumenggung Surianagara (Pangeran Kusumahdinata IX/ Pangeran Kornel) : 1791 - 1828
# Dalem Adipati Kusumahyuda (Dalem Ageung) : 1828 - 1833
# Dalem Adipati Kusumahdinata (Dalem Alit) : 1833 - 1834
# Raden Tumenggung Suriadilaga : 1834 - 1836
# [[Pangeran Suria Kusumah Adinata / Pangeran Soegih|Pangeran Suria Kusumah Adinata/ Pangeran Sugih]] : 1836 - 1882
# Pangeran Aria Suria Atmaja (Pangeran Mekkah) : 1882-1919
# Adipati Aria Kusumadilaga : 1919 - 1937
# Tumenggung Aria Suria Kusumah Adinata : 1937 - 1946
# Tumenggung Hasan Sacakusumah : 1946 - 1947
# Tumenggung Mohamad Singer : 1947 - 1949
# Tumenggung Hasan Sacakusumah : 1949 - 1950
# Raden Abdurachman Kartadipura : 1951 - 1958
# Sulaeman Sumita Kusumah : 1951 - 1958
# Antam Sastradipura (Kepala Daerah) dan R. Enoh Suriadikusumah (Pj. Bupati) : 1958 - 1960
# Mohamad Chafil : 1960 - 1966
# Adang Kartaman : 1966 - 1970
# Drs. Supian Iskandar (Pj. Bupati) : 1970 - 1972
# Drs. Supian Iskandar : 1972 - 1977
# Drs. Suyud (Pj. Bupati) : 1977 - 1978
# Drs. H. Kustandi Abdurahman : 1978 - 1983
# Drs. H. Sutarja : 1983 - 1993
# Drs. H. Moch Husein Jachjasaputra : 1993 - 1998
# Drs. H. Misbach : 1998 - 2003
# H. [[Don Murdono]], S.H., M.Si : 2003 - 2013
# Drs. H. Endang Sukandar, M.Si (Wafat saat menjabat) : 2013 - 2 November 2013
# Drs. H. Ade Irawan, M.Si. : 2 November 2013 - 28 Maret 2016 (Dilantik Januari 2014) (Diberhentikan tanggal 28 Maret 2016 karena korupsi DPRD Cimahi<ref>[https://m.tempo.co/read/news/2016/03/28/078757455/ade-irawan-resmi-diberhentikan-sebagai-bupati-sumedang Ade Irawan Resmi Diberhentikan sebagai Bupati Sumedang]</ref>)
# Ir. H. Eka Setiawan, Dipl., S.E., M.M. (Plt.)<ref>[http://www.jabarprov.go.id/index.php/news/16629/2016/03/28/Aher-Serahkan-SK-Pemberhentian-Ade-Irawan Aher Serahkan SK Pemberhentian Ade Irawan kepada Eka Setiawan]</ref> 28 Maret 2016 - sekarang
 
Bupati yang memimpin Sumedang sampai tahun 19491950 merupakan keturunan langsung dari Prabu Geusan Ulun (lihat masa pemerintahan) tetapi pada tahun 1773 – 1791 yang menjadi Bupati Sumedang adalah Bupati penyelang/ sementara dari Parakanmuncang. Menggantikan putra Bupati Surianagara II yang belum menginjak dewasa yakni Rd. Jamu atau terkenal sebagai Pangeran Kornel.
 
<!-- (belum ada referensi, sembunyikan dahulu)
Baris 306 ⟶ 327:
Kecamatan yang bergabung [[kabupaten Subang]]:
 
Kecamatan yang beegabungbergabung [[Kabupaten Garut]]:
-->
== Trayek angkutan umum ==
Baris 312 ⟶ 333:
# Elf Buhe Jaya/Rukun Wargi Jurusan Bandung - Cikijing (lewat Sumedang) dari Term. Leuwi Panjang
# Elf Jurusan Bandung - Cirebon (lewat Sumedang) dari Term. Cicaheum
# Medal Sekarwangi Jurusan Sumedang - Jakarta Term. Kp Rambutan
 
== Lihat pula ==