Winanto: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Arif putra 2302 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Arif putra 2302 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 23:
|currentlyresides=
}}
'''[[Mayor Jenderal]] [[KKO]] ([[Purnawirawan|Purn.]]) Winanto''', ({{lahirmati|[[Solo]], [[Jawa Tengah]] |6|3|1935| [[Jakarta Pusat]] |2|9|2012}}) adalah Salah satu [[Perwira Tinggi]] [[Korps Marinir]] [[TNI AL]] alumni [[Akademi Angkatan Laut]] angkatan VI (1956-1959 (1056/P) yang berasal dari satuan khusus yaitu [[Batalyon Intai Amfibi|Intai Amfibi Korps MarinirKomando AL]]. peran penting yang pernah dilakukan dalam pengabdiannya sebagai prajurit [[Korps MarinirKKO]] adalah menjadi Komandan Tim dalam memimpin pengangkatan jenazah para [[Pahlawan Revolusi]] dari sebuah sumur tua di kawasan [[Lubang Buaya]] [[Jakarta Timur]], yang dibunuh oleh kekejaman pemberontakan [[Gerakan 30 September]]/[[Partai Komunis Indonesia]] [[G30S/PKI]].
 
Winanto, memimpin langsung pengangkatan para jenazah kekejaman [[G30S/PKI]] pada sumur tua di kawasan [[Lubang Buaya]], [[Pondok Gede]], [[Jakarta Timur]]. Ia yang ketika itu adalah seorang Perwira Kompi Intai Para Amfibi atau (Kipam KKO) kini [[Batalyon Intai Amfibi]] [[Korps Marinir]] berpangkat [[Kapten]] [[KKO]], bersama delapan anak buahnya dengan menggunakan peralatan selam, berhasil masuk ke sumur tua untuk mengangkat para jenazah yang telah dalam kondisi membusuk antara lain jenazah [[Letjen]] [[TNI]] [[Achmad Yani]], [[Mayjen]] [[TNI]] [[Siswondo Parman]], [[Mayjen]] [[TNI]] [[Suprapto]], [[Mayjen]] [[TNI]] [[Mas Tirtodarmo Harjono]], [[Brigjen]] [[TNI]] [[Sutoyo Siswomiharjo]], [[Brigjen]] [[TNI]] [[Donald Isaac Panjaitan]], dan [[Lettu]] [[Zeni|Czi]] [[Pierre Tendean]].<ref>[http://sejarah.kompasiana.com/2013/07/16/pengangkat-jenazah-pahlawan-revolusi-di-lubang-buaya-577218.html "Pengangkat Jenazah Pahlawan Revolusi di Lubang Buaya"] ''Website sejarah.kopasiana.com''</ref>
 
== Kapten KKO Winanto angkat jenazah Pahlawan Revolusi ==
Sebenarnya jenazah sudah ditemukan sejak tanggal [[3 Oktober]] [[1965]], atas bantuan Polisi [[Soekitman]] dan masyarakat sekitar. Peleton I RPKAD yang dipimpin Letnan [[Sintong Panjaitan]] segera melakukan penggalian. Tapi mereka tak mampu mengangkat jenazah karena bau yang menyengat. [[Mayor Jenderal]] [[TNI]] [[Soeharto]] pun memerintahkan penggalian dihentikan pada malam hari. Penggalian akan kembali dilanjutkan keesokan harinya. Dalam buku Sintong Panjaitan, ''Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando'' yang ditulis wartawan senior Hendro Subroto, dilukiskan peristiwa seputar pengangkatan jenazah. Kala itu Sintong berdiskusi dengan Kopral Anang, anggota [[RPKAD]] yang dilatih oleh [[Komando Pasukan Katak]] [[TNI AL]]. Kopral Anang mengatakan peralatan selam milik [[RPKAD]] ada di [[Cilacap]], [[Jawa Tengah]] hanya [[KKO]] yang punya peralatan selam di [[Jakarta]].<ref>[http://www.tnial.mil.id/tabid/79/articleType/ArticleView/articleId/25280/Default.aspx "KESAKSIAN PRAJURIT KKO PENGANGKAT JENAZAH PAHLAWAN REVOLUSI"]</ref>
 
Singkat cerita, [[KKO]] meminjamkan peralatan selam tersebut. Tanggal [[4 Oktober]], 47 tahun lalu, Tim KKO dipimpin oleh Komandan KIPAM KKO-AL [[Kapten]] [[KKO]] Winanto melakukan evakuasi jenazah [[Pahlawan Revolusi]]. Satu persatu pasukan KKO turun ke dalam lubang yang sempit itu. Pada pukul 12.05 WIB, anggota [[RPKAD]] Kopral Anang turun lebih dulu ke [[Lubang Buaya]]. Dia mengenakan masker dan tabung oksigen. Anang mengikatkan tali pada salah satu jenazah. Setelah ditarik, yang pertama adalah jenazah Lettu Czi [[Pierre Tendean]], ajudan Jenderal TNI [[AH Nasution]]. Pukul 12.15 WIB Serma KKO Suparimin turun, dia memasang tali pada salah satu jenazah, tetapi rupanya jenazah itu tertindih jenazah lain sehingga tak bisa ditarik. Lalu giliran Prako KKO Subekti yang turun pukul 12.30 WIB. Dua jenazah berhasil ditarik, Mayjen [[S Parman]] dan Mayjen [[Suprapto]]. Pukul 12.55 WIB, Kopral KKO Hartono memasang tali untuk mengangkat jenazah Mayjen [[MT Haryono]] dan Brigjen [[Sutoyo]].