Perang Soviet–Afganistan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 145:
|accessdate=2007-02-04 }}</ref>}}
 
== DistribusiPengiriman Pasukan Soviet ==
=== Pilihan untuk campur tangan ===
[[Berkas:Evstafiev-40th army HQ-Amin-palace-Kabul.jpg|jmpl|280px|ka|BentengMarkas pasukanAngkatan Darat ke-40 Uni Soviet di Kabul, 1987. Sebelum distribusipengiriman pasukan, bangunan ini adalah [[Istana Tajbeg]] [[di mana]] Amin dibunuh.]]
Uni Soviet memutuskan untuk memberi bantuan kepada Afganistan untuk menjalankanmempertahankan revolusirezim komunis. Pemimpin Soviet,Dengan berdasarkanmempercayai informasi dari [[KGB]], para pemimpin Soviet merasa bahwa Amin menstabilisasikantelah mendestabilisasi situasi di Afghanistan. KGB di Kabul telahsudah memperingatkan orangsetelah kudeta yang hendakdilancarkan mengkudetaoleh Amin dan pembunuh Taraki bahwa kepemimpinan Aminpemerintahannya akan menujumemicu ke "represi kasar"penindasan, dan hasilnyaakibatnya, aktivasipengaktifan dan konsolidasi kelompok oposisi."<ref>{{cite book
| first= Martin
| last= Walker
| authorlink=
| coauthors=
| year= 1994
| title= The Cold War - A History
| edition=
| publisher= Stoddart
| location= Toronto, Canada
| id= }}</ref>
 
Soviet mendirikan komisi khusus di Afganistan, atasyang terdiri dari pemimpinketua KGB [[Yuri Andropov]], Ponomaryev dari Komite Pusat dan [[Dmitry Ustinov]], Menteri Pertahanan Uni Soviet [[Dmitry Ustinov]]. Pada akhir Oktober, mereka melaporkan bahwa Amin membersihkansedang menyingkirkan musuh-musuhnya, termasuk simpatisanorang-orang yang setia kepada Soviet; kesetiannya terhadap Moskwa hanyalah bohongandiragukan; dan dia sedang mecari jalurhubungan diplomatik dengan Pakistan dan jika mungkin, dengan [[Republik Rakyat Tiongkok]]. Hal yang sangat membuat Soviet curiga dengan amin adalah pertemuan rahasia Amin dengan ''charge d'affaires'' [[Amerika Serikat]] J. Bruce Amstutz, walaupun pertemuan itu sebenarnya tidak menghasilkan apa-apa.<ref>Coll, Steven. ''Ghost Wars: The Secret History of the CIA, Afghanistan, and bin Laden, from the Soviet Invasion to September 10, 2001.'' New York: Penguin Books, 2004. hlm. 48.</ref>
 
Argumentasi terakhir untuk mengeliminasi Amin adalah informasi yang didapat oleh KGB dari agennya di Kabul,; menurut dugaan,konon dua daripenjaga penjagapribadi Amin membunuh presiden sebelumnya, [[Nur Muhammad Taraki]], dengan menggunakan bantal, dan Amin diduga adalah agen CIA. Nantinya,Tuduhan halAmin inisebagai agen CIA masih dibantahdiperdebatkan karena Amin selalu menunjukanmenunjukkan keramahansikap kepadayang sangat bersahabat dengan Uni Soviet. Jendral Soviet Vasily Zaplatin, yang merupakan penasihat politik saat itu, menyatakan bahwa empat menteri muda Taraki bertanggung jawab atas peristiwa destabilisasi, namuntetapi Zaplatin gagal untuk menekankan inihal tersebut.
 
=== Invasi Afganistan oleh Uni Soviet ===
 
[[Berkas:SovietInvasionAfghanistanMap.png|jmpl|ka|280px|Rute Invasi Soviet pada akhir [[Desember]] [[1979]].]]
Pada tanggal [[22 Desember]], penasihat Soviet menasihati kepada Pasukan Bersenjata Afganistan, agar mereka untuk menjalani pemeliharaan untuk [[tank]] dan untuk peralatan perang lainnya yang penting sekali. Sementara itu, hubungan telekomunikasi keluar area Kabul diputus, mengisolasi ibukota. Dengan memburuknya situasi keamanan, sebagian besar anggota Pasukan Pasung Soviet bergabung dengan pasukan darat di Kabul dan mereka mulai mendarat di Kabul. Serempak, Amin memindahkan kantor presiden ke [[Istana Tajbeg]], dipercaya bahwa tempat ini lebih aman dari risiko-risiko lainnya yang mungkin terjadi.<ref>Garthoff, Raymond L. ''Détente and Confrontation.'' Washington D.C.: The Brookings Insitute, 1994. hal. 1017-1018</ref><ref>Arnold, Anthony. ''Afghanistan’s Two-Party Communism: Parcham and Khalq.'' Stanford: Hoover Institution Press, 1983. jal. 96.</ref> Kakaknya dan Jendral Babadzhan bertemu dengan panglima besar pasukan ke-40 sebelum Soviet memasuki Afganistan, untuk bekerja atas rute dan lokasi pasukan Soviet.<ref>Garthoff, Raymond L. ''Détente and Confrontation.'' Washington D.C.: The Brookings Insitute, 1994. hal. 1017.</ref>