Reog Cemandi: Perbedaan antara revisi

kesenian tradisional asal Sidoarjo, Jawa Timur
Konten dihapus Konten ditambahkan
Dubaya (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi 'Reog Cemandi merupakan sebuah kesenian tradisional yang berasal dari desa Cemandi, Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo dengan menggunakan perangkat topeng barongan dan...'
Tag: tanpa kategori [ * ] tanpa wikifikasi [ * ]
(Tidak ada perbedaan)

Revisi per 2 Desember 2017 08.44

Reog Cemandi merupakan sebuah kesenian tradisional yang berasal dari desa Cemandi, Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo dengan menggunakan perangkat topeng barongan dan kendang. Di tempat lain, kesenian serupa bernama reog dogdog dari sunda, reog kendang dari Tulungagung dan reog bulkio dari Blitar.

Sejarah

Pada tahun 1917 Abdul Katimin yang merupakan santri di pesantren Tegalsari, Ponorogo telah selesai dari kegiatan pesantren melakukan perjalanan pulang ke Sidoarjo dengan berjalan kaki, ketika di Pagerwojo Abdul Katimin bertemu dengan para petani muda yang sedang menabuh kendang yang mengerjakan pertanian cengkih untuk melaksanan shalat ashar berjamaah, tetapi para pemuda tersebut kurang begitu paham melakukan shalat.

Abdul katimin kemudian mengajarkan agama Islam lebih dalam kepada para pemuda tersebut yang ternyata pernah menjadi gemblak seorang warok di Ponorogo, setelah beberapa bulan di Pagerwojo Abdul Katimin berpamitan untuk melanjutkan perjalanan ke sidoarjo, tetapi para pemuda tersebut berkeinginan mengikuti dan menemani Abdul Katimin.

Setelah sampai di Cemandi pada tahun 1918, Abdul Katimin dan para pemuda membuka lahan dan membangun surau untuk beribadah, tetapi para pemuda yang merupakan mantan gemblak tidak meninggalkan kebiasannya menabuh kendang serta menari-nari yang kemudian oleh Abdul Katimin di gunakan sebagai dakwah islam yang dilakukan didalam surau, cara menabuh kendang dirubah menjadi seperti menabuh rebana sehingga banyak warga yang tertarik masuk kedalam surau untuk shalat berjamaah.

pada tahun 1920, aktivitas warga cemandi diketahui belanda sehingga wajib bayar pajak setelah panen dengan mengirim tentara Pribumi Oost-Indische Leger atau OIL. berbagai cara dilakukan tidak berhasil untuk mengusir utusan belanda tersebut, sehingga Abdul Katimin membuat dua topeng barongan yakni barongan lanang dan barongan wadon yang pernah dilihatnya di sekitar pondok Tegalsari ketika menimba ilmu oleh warga setempat.

ketika tentara OIL utusan belanda memasuki desa cemandi untuk menarik hasil pajak kepada warga, Abdul Katemin dan para pemuda dari Pagerwojo mementaskan kesenian barongan dan kendang, Tentara OIL pun mendatangi ikut berjoget dalam keramaian dan disaat itulah prajurit OIL Belanda di hajar beramai-ramai hingga tidak berdaya.

Sejak saat itulah warga Cemandi tidak pernah bernai memungut pajak ke desa tersebut setelah melihat dua topeng barongan dan pada tahun 1922 dinamakan reog cemandi mengambil nama reog di ponorogo karena sama - sama meriah dan mampu mengusir belanda.

perangkat reog

Reog cemandi disajikan dengan perangkat kesenian sederhana yakni :

Tokoh

Reog Cemandi terdiri dari dua tokoh topeng barongan yakni 1. Barongan Lanang, Topeng ini terbuat dari kayu nangka dengan paras pria yang menyeramkan berwarna merah dan berkumis. barongan lanang berpakaian serba hitam seperti penadon ponorogo, kaos lorek atau polos merah dengan membawa pedang. 2. Barongan Wadon,Topeng ini terbuat dari kayu nangka dengan paras perempuan yang cantik berwarna putih. barongan wadon berpakaian kebaya, batik dengan membawa selendang.

Barongan dari reog Cemandi memiliki kekerabatan dengan Ondel - Ondel di jakarta, mengingat tokoh topeng ini dibuat oleh abdul katimin ketika teringat topeng di tegalsari, Ponorogo.

Pemusik Reog Cemandi terdiri dari beberapa pemain 6 hingga 7 kendang yang ditutup kulit hanya satu sisi saja, kendang ini terbuat dari kayu nangka dengan ditutup kulit kambing satu sisi aja pada permukaan atas. pemain kendang menggunakan pakaian serba hitam yang dipadu kain warna cerah.

kendang pada reog Cemandi ini memiliki kekerabatan dengan reog kendang di tulungagung, mengingat Abdul katimin ketika perjalanan ke sidoarjo bertemu dengan para mantan gemblak di tulungagung hingga mengikutinya dan mebuka lahan.

Sebagai Pengiring Tradisi Reog Cemandi saat ini selalu di pentaskan setiap bersih desa Cemandi untuk mengusir roh jahat dan berbagai bentuk keburukan.