Sai Baba dari Shirdi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Mengganti kategori yang dialihkan Ulama Sufi menjadi Ulama sufi
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 16:
== Kisah Singkat Shirdi Baba ==
=== Sebab Musabab Kelahiran ===
[[Berkas:Shirdi Sai2.jpg‎|thumbjmpl|500px|leftkiri|Shirdi Baba duduk dekat dhuni]]
[[Berkas:Sendal Sai baba.jpg|thumbjmpl|200px|rightka|Sandal dan Tongkat Sai Baba.]]
Di sebuah desa bernama Pathri yang terletak di wilayah Nizam, tinggal sepasang suami istri yang taat bernama Ganggabhava dan Devagiriamma. Sang istri adalah bhakta setia Dewi Gauri (Pendamping Dewa [[Shiva]], yang disebut pula Dewi [[Parvathi]]).
Suaminya, Ganggabhava adalah bhakta setia Dewa [[Shiva]]. Mereka tidak mempunyai anak. Hal ini membuat mereka tidak terlalu memikirkan masalah duniawi. Mereka menghabiskan waktu dengan melakukan pemujaan kepada Dewa Shiva dan Dewi Parvathi. Ganggabhava menjalankan perahu sebagai mata pencahariannya. Saat itu musim hujan dan air sungai meluap. Karena khawatir perahunya akan terbawa banjir bila tidak diawasai, Ganggabhava memberitahu istrinya bahwa ia akan pergi ke sungai dan akan tinggal di sana semalam untuk menjaga perahunya. Sang istri menyiapkan makan malam untuk suaminya pada jam 7 malam dan setelah suaminya pergi ia pun menyelesaikan makan malamnya sendiri.<ref>Jandhyala Venkateswara Sastry, Tapovanam, Sri Sathya Sai Sathcharithra,SSBPT, India, hal. 59.</ref>
Baris 32:
Pikiran itu sangat dalam tertanam di benaknya. Seiring berjalanya waktu ia memutuskan melakukan tapa agar dapat memperoleh darshan (penampakan ilahi) Dewa Shiva dan Dewi Parvathi. Ia memutuskan untuk pergi ke hutan dan melanjutkan pencarian spiritualnya. Walau Devagiriamma sedang hamil anak ketiga, karena kesetiannya ia memutuskan untuk ikut menemani suaminya. Dalam perjalanan ke hutan ia melahirkan seorang bayi laki-laki tepat di bawah pohon banyan pada hari Senin tanggal 28 September 1838 Masehi. Devagiriamma membungkus bayinya dengan sepotong kain sari, meninggalkannya dan pergi mengikuti suaminya ke hutan.<ref>Jandhyala Venkateswara Sastry, Tapovanam, Sri Sathya Sai Sathcharithra,SSBPT, India, hal. 62</ref>
=== Masa Kecil Sampai Dewasa ===
[[Berkas:Shirdi sai3.jpg|thumbjmpl|175 px|rightka|Shirdi Baba bersandar di Masjid Dwarakamayi]]
Ada seorang [[Sufi]] Fakir tinggal di desa sekitar hutan tersebut. Ia tidak mempunyai anak laki-laki. Ia menemukan bayi yang terbuang itu dan membawanya pulang. Ia senang karena merasa Allah telah memberikannya seorang bayi. Dari tahun 1838-1842 [[Masehi]], anak itu tumbuh di rumah Fakir. Setelah Fakir meninggal, istrinya yang kemudian mengasuh anak lelaki itu.
Shirdi Baba memiliki beberapa kebiasaan di masa kecilnya, ia akan pergi ke kuil Hindu dan berteriak, “Akulah Allah” dan “Allah Malik Hai” (Tuhanlah Yang Mahakuasa). Di sisi lain ia pergi ke Masjid, menangis dan berkata, ‘“Rama adalah Tuhan” dan “Shiva adalah Allah” Karena kelakuanya itu, pemeluk dari umat Hindu dan Muslim tersebut mengeluh kepada istri Fakir. Ia mengalami kesulitan mengasuh anak lelaki itu dengan benar. Ia kemudian membawa anaknya ke seorang terpelajar dan memiliki ashram yang bernama Venkusa. Dari tahun 1842-1851, anak lelaki itu diasuh oleh Venkusa. Ia mengasuhnya dengan kasih sayang dan perhatian. Hal tersebut membuat kecemburuan dan kedengkian pada penghuni lain yang juga tinggal di ashram Venkusa. Suatu hari ia pergi meninggalkan ashram dan mengembara dari satu tempat ke tempat lain selama beberapa tahun.
Baris 41:
 
=== Mahasamadhi ===
[[Berkas:Makam Shirdi Baba.jpg‎|thumbjmpl|250px|leftkiri|Makam Shirdi Baba]]Menjelang akhir hidupnya, Sai Baba dari Shirdi berpesan kepada bhakta kesayangnya Dixit, Abdullah dan Sarada Devi. Ia berpesan bahwa ia akan bereinkarnasi kembali 8 tahun setelah Mahasamadhi (meninggalkan tubuh fisiknya) di wilayah Andhra (India Selatan) dan ia akan berinkarnasi dengan nama yang sama, Sai Baba. Nama kesayangannya adalah Sathyam.<ref>Jandhyala Venkateswara Sastry, Tapovanam, Sri Sathya Sai Sathcharithra,SSBPT, India, hal. 64-66</ref>
Sai Baba pun kemudian Mahasamadhi pada 15 Oktober, 1918 pukul 2:30 sore. Dia mengambil Mahasamadhi di pangkuan salah satu pengikutnya dan kemudian dimakamkan di "Booty Wada" sebagaimana keinginannya. Kemudian sebuah tempat suci dibangun di tempat itu dan kemudian dikenal sebagai Samadhi Mandir.<ref>A Comprehensive Life Sketch of Shree Shirdi Sai Baba, Puttaparthi, 2005, page 413</ref> Hari saat Shirdi Baba mahasamadhi adalah hari yang sangat suci bagi umat Hindu dan bagi umat Islam dimana festival Hindu [[Dassera]] dan hari raya Muslim, [[Muharram]] telah datang pada hari yang sama. Ini juga merupakan tanda kebesarannya sebagaimana orang-orang percaya bahwa jiwa-jiwa mulia meninggalkan bumi pada beberapa hari suci datang sekaligus.
 
Baris 80:
 
== Perkembangan Gerakan ==
[[Berkas:Samadhi Mandir Shirdi Baba.jpg‎|thumbjmpl|275px|reft|Samadhi Mandir saat ini]]
Dalam perkembangannya, Sai Baba kemudian dianggap sebagai ''Pir'' oleh beberapa kelompok [[sufi]]. Meher Baba menyatakan Shirdi Baba sebagai ''Qutub-e-Irshad''—yang tertinggi dari lima Qutub.<ref>Kalchuri, Bhau: "Meher Prabhu: Lord Meher, The Biography of the Avatar of the Age, Meher Baba", Manifestation, Inc. 1986. p. 64</ref>