Babad Arya Tabanan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
|||
Baris 105:
'''Memindahkan Kerajaan Dan Batur Kawitan Di Pucangan Ke Tabanan'''
Dia menggantikan Ayahnya ( Sri Megada Nata ) menjadi Raja Tabanan, yang kemudian mendapat perintah Dalem agar memindahkan Purinya ( Kerajaannya ) di Pucangan ke daerah selatan, hal ini kemungkinan disebabkan secara geografis dan demografis sulit dicapai oleh Dalem dari Gegel dalam kegiatan inspeksi. Akhirnya Arya Ngurah Langwang mendapat pewisik, …dimana ada asap mengepul, agar disanalah membangun Puri. Setelah melakukan pengamatan dari Kebon Tingguh terlihat di daerah selatan asap mengepul ke atas, kemudian dia menuju ke tempat asap mengepul tersebut, ternyata keluar dari sebuah sumur yang terletak di dalam areal Pedukuhan yaiti Dukuh Sakti, yang sekarang lokasi sumur tersebut berada di dalam Pura Puser Tasik Tabanan. Kemudian disitulah dia membangun Puri, setelah selesai dipindahlah '''Puri / Kerajaannya beserta Pura Batur Kawitan Betara Arya Kenceng''' ( lihat denah ). [[Berkas:Puri Agung Tabanan 1906.jpg|
[[Berkas:DenahPuri Agung Tabanan 1900.jpg|
Pada waktu dia pindah dari Pucangan ke Tabanan diiringi oleh saudara-saudaranya yaitu :
* 1. Ki Gusti Made Utara
Baris 128:
== IV. '''Sang Natheng Singasana / Ki Gusti Ngurah Tabanan / Prabu Winalwan / Sirarya Ngurah Tabanan III / Ida Bhatara Makules, Raja IV & VII''' ==
[[Berkas:Pura Batur Wanasari Tabanan.jpg|
Arya Ngurah Tabanan diminta bantuan oleh Sang Nata Sukasada ( Gegel ) untuk menyerang negara Sasak yang diperintah oleh Kebo Mundur atau Parsua. Dengan keris Kalawong dan tombak Ki Baru Sakti dia berhasil menaklukan Sasak.
Baris 379:
Putra Putra Raja di Puri Dangin dan saudara dekat Raja di Puri Mecutan dan Puri Denpasar kemudian diasingkan ke Lombok. Puri Dangin, Puri Denpasar, Puri Mecutan dan lainnya kemudian di ratakan dengan tanah.
10 Tahun kemudian mereka semua dikembalikan ke Tabanan. Belanda kemudian membentuk suatu daerah otonomi yang dipimpin oleh seorang Self Bestur, daerah otonomi ini disesuaikan dengan pembagian kerajaan-kerajaan sebelumnya. Untuk Tabanan dan Badung Self Bestur diberi gelar Ida Cokorda, Gianyar Ida Anak Agung dan sebagainya. Dalam rangka memilih Kepala Pemerintahaan di Tabanan, Belanda juga mencari dan menerima saran-saran dari beberapa Puri / Jero yang sebelumnya ada dalam struktur kerajaan, tentang bagaimana tatacara memilih seorang raja di Tabanan sebelumnya. Setelah mempertimbangkannya, Pada tanggal 8 Juli 1929, diputuskan oleh pemerintah Belanda, sebagai Kepala / Bestuurder Pemerintahan Tabanan dipilih '''I Gusti Ngurah Ketut''', putra I Gusti Ngurah Putu ( putra Sirarya Ngurah Agung Tabanan, Raja Tabanan ke XX ) dari Puri Mecutan. [[Berkas:Foto041.jpg|
Pada tanggal 1 Juli 1938 Tabanan menjadi Daerah Swapraja, Kepala Daerah Swapraja tetap dijabat oleh I Gusti Ngurah Ketut ( dari Puri Mecutan Tabanan ), kemudian Dia dilantik / disumpah di Pura Besakih pada Hari Raya Galungan tanggal 29 Juli 1938 dan '''Mabiseka Ratu bergelar Cokorda Ngurah Ketut''', dilihat dari urutan Raja Tabanan, dia adalah Raja Tabanan ke XXII 1938 s/d 1944.<ref>Prasasti dan Silsilah ( Keturunan ) Arya Kenceng yang tersimpan di [[Puri Agung Tabanan]], Puri Gede Krambitan, [[Puri Anom Tabanan]], Puri Dangin Tabanan di Jegu</ref>
|