Tarombo Batak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 190:
===Untukmu Tarombo Naipospos
 
Pada pertemuan yayasan Naipospos yang dilaksanakan di senayan (tahunnya lupa) saya mendapat undangan dan hadir. Dalam undangan tertulis Naipospos sipitu ama:
1) Lumban Batu,
2) Banjarnahor,
3) Lumban Gaol,
4) Sibagariang,
5) Hutauruk,
6) Simanungkalit,
7) Situmeang. Akbar
Ada Tanjungversi jugalain hadiryang waktumengatakan itubahwa denganNaipospos atributdua kenegaraan.anak Yangdari kamidua tangkapisteri. ituKedua alasananak beliautersebut berbahsaadalah indonesiasatu (bahasaayah batakberbeda sedikitibu, yaitu: saja).
1) Toga Marbun
 
2) Toga Sipoholon.
Konfirmasi kami atas tarombo Naipospos adalah sebagai berikut (tarombo dari orang tua kami): Naipospos mempunyai dua anak yaitu: Toga Marbun dan Toga Sipoholon. Toga Marbun kemudian tinggal di Bakkara dan diakui menjadi marga marbun. Toga Marbun menurunkan tiga putra yaitu: Lumban Batu, Banjarnahor, dan Lumban Gaol. Toga Sipoholon (yang kami ketahui) menurunkan empat putra, yaitu: Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, dan Situmeang.
Toga Marbun tinggal di Bakkara mempunyai tiga anak yaitu:
Dari cerita mulut ke mulut yang kami ketahui (memang kurang layak disebut, kecuali ada niat demi kebaikan dan kerukunan bersama), bahwa Sibagariang dikenal dengan sifatnya yang kurang demokratis, terutama sebagai anak tertua dalam keluarga Toga Sipoholon. Disana ada cerita penguburan Toga Naipospos yang tergesa-gesa, tanpa ditunggu kehadiran putranya (Toga Marbun) dari Bakkara. Hal demikian sangat tidak biasa bagi orang batak. Yang kami pahami pula, bahwa Marbun adalah putra Naipospos dan Toga Sipoholon juga, akan tetapi terlahir dari dua ibu yang berbeda. Kami paham bahwa dalam kondisi demikian (marimbang=satu suami dua/lebih isterinya) antara putra dua isteri tersebut tidak seakrab yang terlahir dari satu bapa dan satu ibu. Namun ketidak harmonisan demikian bukanlah kehendak sendiri, maka tidak baik untuk dipersoalkan. Bukan kesalahan siapa-siapa pula.
1) Lumban Batu,
2) Banjarnahor,
3) Lumban Gaol.
Toga Sipoholon mempunyai empat anak yaitu:
1) Sibagariang,
2) Hutauruk,
3) Simanungkalit,
4) Situmeang.
Dari cerita mulut ke mulut yang kami ketahui (memang kurang layak disebut, kecuali ada niat demi kebaikan dan kerukunan bersama), bahwa Sibagariang dikenal dengan sifatnya yang kurang demokratis, terutama sebagai anak tertua dalam keluarga Toga Sipoholon. Disana ada cerita penguburan Toga Naipospos yang tergesa-gesa, tanpa ditunggu kehadiran putranya (Toga Marbun) dari Bakkara. Hal demikian sangat tidak biasa bagi orang batak. Yang kami pahami pula, bahwa Marbun adalah putra Naipospos dan Toga Sipoholon juga, akan tetapi terlahir dari dua ibu yang berbeda. Kami paham bahwa dalam kondisi demikian (marimbang=/satu suami dua/lebih isterinya) antara putra duakedua isteri tersebut tidak seakrab yang terlahir dari satu bapa dan satu ibu. Namun ketidak harmonisan demikian bukanlah kehendak sendiri, maka tidak baik untuk dipersoalkan. Bukan kesalahan siapa-siapa pula.
 
Harapan kami, tarombo memang penting, karena dengan tarombo kita ketahui kita nomor berapa dan seterusnya, maka partuturan akan mudah ditemukan. Contoh bila aku nomor 15, ke orang bernomor 14, maka kupanggil dia bapa (bapa uda atau bapa tua). Bila nomor 15 ke nomor 17, maka panggilannya cucu (atau ompung jika sebaliknya). Tapi apakah partuturan kita, yang merasa pahan silsilah/tarombo sudah benar? Yang kami perhatikan, justru tidak. Tarombo sering dijadikan objek, untuk kepentingan/keuntungan pribadi. Semoga dengan martarombo tutur-sapa kita makin berkenan bagi Tuhan, bagi sumangot mereka para leluhur kita, dan tentunya bagi kita yang masih hidup dalam masyarakat Batak.
Baris 202 ⟶ 219:
 
Tiniptip sanggar laho bahen huru-huruan, Jolo sinungkun marga asa binoto partuturan. Buat kerabat semarga: Jolo sinungkun nomor asa binoto partuturan. Tutur berarti teratur dan benar adanya. Syalom... Adios...permios.
 
=== Raja Naipospos ===