Reformasi Katolik: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ign christian (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Ign christian (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 145:
[[Konsili Trento]] diyakini sebagai puncak dari pengaruh Kontra-Reformasi pada musik gereja di abad ke-16. Bagaimanapun, pemakluman-pemakluman konsili tersebut dalam hal musik bukan merupakan upaya pertama reformasi. Gereja Katolik telah berbicara menentang yang dirasanya sebagai penyalahgunaan musik dalam [[misa]] sebelum Konsili Trento berhimpun untuk membahas musik pada tahun 1562. Pemanipulasian [[Kredo]] ("Aku percaya"; penggunaan syahadat dalam misa) dan penggunaan lagu-lagu non liturgis dibahas pada tahun 1503, nyanyian sekular dan kejelasan verbal dalam bermazmur dibahas pada tahun 1492.<ref>{{en}} [[Karl Gustav Fellerer|K. G. Fellerer]] and [[Moses Hadas]]. "Church Music and the Council of Trent". ''[[The Musical Quarterly]]'', Vol. 39, No. 4 (1953) [https://www.jstor.org/stable/739857 in JSTOR]. p. 576.</ref> Para delegasi di konsili tersebut merupakan penghubung semata dalam rangkaian panjang klerus gereja yang telah mendorong dilakukannya reformasi liturgi musik sejak tahun 1322.<ref>{{en}} Leo P. Manzetti. "Palestrina". ''The Musical Quarterly'', Vol. 14, No. 3 (1928), [https://www.jstor.org/stable/738432 in JSTOR]. p. 330.</ref>
 
Langkah paling ekstrem dalam melakukan reformasi mungkin terjadi pada tahun 1562, ketika Egidio Foscarari (uskup Modena) dan [[Gabriele Paleotti]] (uskup agung Bologna), atas instruksi para [[legatus kepausan]], mulai mengupayakan reformasi tarekat-tarekat religius dan praktik-praktik mereka terkait liturgi.<ref>{{en}} Craig A. Monson. "The Council of Trent Revisited." Journal of the American Musicological Society, Vol. 55, No. 1 (2002), [https://www.jstor.org/stable/831778 in JSTOR] p 20.</ref> Pembaruan-pembaruan yang ditetapkan pada [[klausura|klausura-klausura]] para biarawati, yang meliputi diharamkannya penggunaan organ,{{clarification needed|reason=In Monson's other book (https://books.google.com/books?id=w0hIaY9TiQoC p. 32-33), it seems that Paleotti forbade any instrument other than the organ.}} larangan keterlibatan musisimusikus profesional, dan tidak diperbolehkannya [[polifoni|bernyanyi polifonik]], dianggap jauh lebih ketat daripada semua keputusan yang dihasilkan Konsili Trento dan bahkan daripada yang dapat ditemukan dalam kisah legendaris [[Giovanni Pierluigi da Palestrina]].<ref>Monson, p. 21.</ref>
 
Stimulasi seruan untuk melakukan pembaruan dari banyak tokoh gerejani merupakan teknik penggubahan yang populer pada abad ke-15 dan ke-16 dengan menggunakan materi musik dan bahkan teks-teks yang menyertainya dari gubahan-gubahan lain seperti [[motet]], [[madrigal]], dan ''[[chanson]]''. Sejumlah suara yang menyanyikan teks-teks berbeda dalam berbagai bahasa meyebabkan teks sulit untuk dibedakan di antara campuran kata-kata dan catatan-catatan. [[Misa parodi]] kelak mengandung kumpulan melodi (umumnya baris tenor) serta kata dari lagu-lagu yang mungkin mengenai subjek-subjek sensual, dan seringkali demikian.<ref>Manzetti. 330.</ref> Liturgi musik gereja menjadi semakin terpengaruh oleh nada dan gaya sekuler. Konsili Paris, yang berhimpun pada 1528, dan juga Konsili Trento, berupaya memulihkan perasaan akan kesakralan dalam aransemen gerejani dan apa yang sesuai untuk misa. Konsili-konsili tersebut semata-mata menanggapi isu-isu pada zaman itu.<ref>Fellerer and Hadas. 580–581.</ref>
Baris 157:
 
Gagasan bahwa Konsili Trento berhimpun untuk menyingkirkan segala bentuk polifoni dari Gereja Katolik telah tersebar luas, namun tidak terdapat bukti dokumenter untuk mendukung klaim tersebut. Bagaimanapun, mungkin saja beberapa bapa konsili pernah mengusulkan tindakan demikian.<ref>Manzetti. 331.</ref> [[Ferdinand I, Kaisar Romawi Suci]], mendapat kredit sebagai "penyelamat musik gereja" karena ia mengatakan bahwa polifoni seharusnya tidak dihalau keluar dari Gereja. Dikatakan bahwa Ferdinand kemungkinan besar seorang alarmis dan ia melihat adanya kemungkinan polifoni dilarang sepenuhnya melalui Konsili Trento.<ref>Monson. 16.</ref> Konsili Trento tidak berfokus pada gaya musik, tetapi pada sikap-sikap dalam ibadah dan penghormatan selama misa.<ref>Fellerer and Hadas. 576.</ref>
 
====Legenda penyelamat====
Kemelut seputar [[polifoni]] dan kejelasan verbal serta ancaman bahwa polifoni perlu ditiadakan sepenuhnya, yang diduga bersumber dari Konsili Trento, menimbulkan suatu legenda penyelesaian yang dramatis. Legenda tersebut mengisahkan bahwa [[Giovanni Pierluigi da Palestrina]] ({{c.}} 1525/26–1594), seorang musikus gereja dan dirigen paduan suara di [[Roma]], menulis suatu gubahan misa bagi para delegasi Konsili untuk menunjukkan kalau komposisi polifolik dapat mengatur teks sedemikian rupa sehingga kata-katanya dapat dipahami dengan jelas dan tetap enak didengar. ''[[Missa Papae Marcelli]]'' (Misa untuk Paus Marsellus) karya Palestrina dibawakan di hadapan Konsili dan menerima sambutan hangat di antara para delegasi sehingga mereka benar-benar berubah pikiran dan memperbolehkan polifoni untuk tetap digunakan dalam liturgi musikal. Karenanya Palestrina dijuluki "penyelamat polifoni gereja". Legenda tersebut, meski tidak berdasar, telah lama menjadi suatu tumpuan dalam sejarah musik.<ref>{{en}} Henry Davey, "Giovanni Pierluigi, da Palestrina", ''Proceedings of the Musical Association'', 25th Sess. (1898–1899) [https://www.jstor.org/stable/765152 in JSTOR] p 53.</ref> Mitos penyelamat itu pertama kali tersebar melalui sebuah laporan yang dibuat Aggazzari dan Banchieri, yang menyebutkan bahwa [[Paus Marsellus II]] berupaya untuk mengganti semua polifoni dengan ''cantus planus'' yang monofonik.<ref>Davey, p 52.</ref> Pada tahun 1564, setelah berakhirnya sesi ke-22, ''Missa Papae Marcelli'' karya Palestrina dibawakan bagi Sri Paus selagi sedang dipertimbangkan untuk melakukan pembaruan pada [[Paduan Suara Kapel Sistina]].
 
Singkatnya, ''Misa Paus Marsellus'' tidak dipandang penting pada zamannya sendiri dan tidak memiliki peran dalam menyelamatkan polifoni gereja.<ref>{{en}} Carleton Sprague Smith and William Dinneen. "Recent Work on Music in the Renaissance", ''Modern Philology'', Vol. 42, No. 1 (1944), [https://www.jstor.org/stable/434466 in JSTOR] p 45.</ref> Terlepas dari ketiadaan bukti kuat mengenai pengaruhnya selama atau setelah Konsili Trento, tidak dapat dimungkiri bahwa tidak ada figur yang lebih memenuhi syarat daripada Palestrina untuk merepresentasikan kasus polifoni dalam Misa.<ref name="Manzetti. 332">Manzetti. 332.</ref> Setelah mendengarkan musik Palestrina, [[Paus Pius IV]] melalui sebuah dokumen kepausan menjadikan Palestrina model bagi generasi masa depan komponis-komponis musik sakral Katolik.<ref>Davey. 52.</ref>
 
===Reformasi setelah Konsili Trento===
Sebagaimana Palestrina yang semasa dengannya, seorang komponis Flandria bernama [[Jacobus de Kerle]] (1531/32–1591) juga mendapat kredit dengan memberikan suatu model komposisi untuk Konsili Trento. Komposisi karyanya dalam empat bagian, ''[[Preces]] Speciales'', menandai "titik balik resmi dari kesempurnaan akapela Kontra Reformasi".<ref>Smith and Dinneen. 45.</ref> Kerle adalah satu-satunya komponis terkemuka Belanda yang bertindak sejalan dengan Konsili Trento.<ref>{{en}} Hugo Leichtentritt. "The Reform of Trent and Its Effect on Music". ''The Musical Quarterly'', Vol. 30, No. 3 (1944). [https://www.jstor.org/stable/739479 in JSTOR]. p. 326.</ref> [[Orlando de Lassus]] (1530/32–1594), raksasa musik lainnya yang dapat disetarakan dengan Palestrina, merupakan tokoh penting dalam sejarah musik kendati bukan seorang puris layaknya Palestrina.<ref>Davey. 56.</ref> Ia mengungkapkan rasa simpati atas apa yang menjadi perhatian Konsili, namun tetap memperlihatkan kesukaan akan "Misa-Misa Parodi ''chanson''".<ref>Leichtentritt. 326.</ref>
 
Terlepas dari langkanya keputusan-keputusan dari Konsili Trento seputar polifoni dan kejelasan tekstual, reformasi yang merupakan tindak lanjut dari sesi ke-22 mengisi kekosongan yang ditinggalkan Konsili dalam aspek-aspek gaya. Pada sesi ke-24, Konsili memberi wewenang pada "Sinode-Sinode Provinsial" untuk menghasilkan ketentuan-ketentuan seputar musik gereja.<ref>Fellerer and Hadas. 576–577.</ref> Keputusan untuk menyerahkan aplikasi praktis dan persoalan gaya kepada para pemimpin gerejawi setempat dipandang penting dalam membentuk masa depan musik gereja Katolik.<ref>Monson. 27.</ref> Para musikus dan pemimpin gereja setempat dipercayakan untuk menemukan aplikasi yang tepat untuk dekret-dekret Konsili.<ref>{{en}} [[Lewis Lockwood|Lewis H. Lockwood]]. "Vincenzo Ruffo and Musical Reform after the Council of Trent". ''The Musical Quarterly'', Vol. 43, No. 3 (1957), [https://www.jstor.org/stable/740297 in JSTOR]. p. 346.</ref>
 
Walaupun awalnya bersifat teologis dan diarahkan pada sikap para musikus, dekret-dekret Konsili mulai dipikirkan oleh para musikus gereja sebagai suatu pemakluman seputar gaya-gaya musikal yang tepat.<ref>Fellerer and Hadas. 592–593.</ref> Pemahaman ini kemungkin besar tersebar melalui para musikus yang berusaha untuk menerapkan deklarasi-deklarasi Konsili tetapi tidak membaca pemakluman-pemakluman resmi Tridentin. Para musikus gereja mungkin terpengaruh oleh perintah dari para pelindung gerejawi mereka.<ref>Monson. 26.</ref> Para komponis yang menyebut reformasi-reformasi Konsili dalam pengantar untuk komposisi-komposisi mereka tidak secara memadai menegaskan landasan musikal dari Konsili selain landasan rohani dan religius dari karya seni mereka.<ref>Fellerer and Hadas. 576–594.</ref>
<!--
==Church music==
The Netherlandish composer Jacob de Kerle (1531/32-1591) demonstrated to Council delegates that polyphony was capable of projecting the words in a coherent manner. It is quite possible that Kerle, not Palestrina, can be credited as the first "savior" of polyphony. Another composer, Vincenzo Ruffo (c.1508-1587) complied with the reforms of the Council of Trent. Ruffo devoted himself entirely to sacred music in the spirit of the Tridentine reforms. He may be considered the second "savior" of polyphony, composing sacred music that can almost entirely be labelled syllabic homophony.
[[Giovanni Pierluigi da Palestrina|Palestrina]]'s musical mastery and his skill at word setting greatly affected the outcome of this difficult situation, by composing a six part polyphonic mass, called the [[Pope Marcellus Mass]], of 1555, to prove that [[Counterpoint]], that polyphony is indeed compatible with the doctrines of the Counter-Reformation. The Counter-Reformation, in looking at Palestrina's mass, says: 'Yes, all the words are clear, Polyphony is Okay after all' and Palestrina is hailed as the savior of Church Music.
While this may or may not be entirely accurate, Palestrina's music will become the model for the next generations of Catholic composers, and is still held as an ideal for polyphonic clarity.
 
The Netherlandish composer Jacob de Kerle (1531/32-1591) demonstrated to Council delegates that polyphony was capable of projecting the words in a coherent manner. It is quite possible that Kerle, not Palestrina, can be credited as the first "savior" of polyphony. Another composer, Vincenzo Ruffo (c.1508-1587) complied with the reforms of the Council of Trent. Ruffo devoted himself entirely to sacred music in the spirit of the Tridentine reforms. He may be considered the second "savior" of polyphony, composing sacred music that can almost entirely be labelled syllabic homophony.
After all of the debate during the third meeting of the Council of Trent, the council's solutions gave composers very little room for artistic expression. Composers, such as Palestrina and Lasso, would find other ways of expressing their sacred themes during the Counter-Reformation.