Reformasi Katolik: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ign christian (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Ign christian (bicara | kontrib)
Baris 35:
[[Transubstansiasi]], ajaran bahwa roti dan anggur yang di[[konsekrasi]] [[kehadiran nyata Kristus dalam Ekaristi|benar-benar diubah secara substansial]] menjadi ''[[Tubuh Kristus|tubuh]], [[Darah Kristus|darah]], jiwa, dan [[Kristologi|keilahian]]'' Kristus, juga ditegaskan kembali bersama dengan [[Sakramen (Katolik)|ketujuh sakramen]] Gereja Katolik berdasarkan [[Tradisi Suci]]. Praktik-praktik lain yang menimbulkan kemarahan para reformis Protestan, seperti [[peziarahan Kristen|ziarah]], [[venerasi|penghormatan orang kudus]] dan [[relikui]], penggunaan [[Gambar religius dalam teologi Kristen|gambar dan rupa yang diberkati]], serta [[penghormatan Maria dalam Gereja Katolik|penghormatan Perawan Maria]], mendapat penegasan kembali sebagai praktik-praktik yang terpuji secara rohani.
 
Dalam [[Kanon Trento]], Konsili secara resmi menerima daftar kitab [[Perjanjian Lama]] dalam [[Vulgata]], yang mencakup kitab-kitab [[deuterokanonika]] (juga disebut [[Apokrifa Alkitab|Apokrifa]] oleh pihak Protestan) dalam kesetaraan dengan 39 kitab yang pada umumnya didapati dalam [[Teks Masoret]]. Hal ini menegaskan kembali hasil-hasil dari [[Konsili Roma]] dan [[Konsili Kartago]] (keduanya diadakan pada abad ke-4 M), yang telah menegaskan [[Deuterokanonika|Deuterokanon]] sebagai bagian dari [[Kitab Suci Katolik|Kitab Suci]].<ref>Mengikuti [[Septuaginta]], pihak [[Ortodoks TImurTimur]] umumnya memasukkan kitab-kitab deuterokanonika dengan beberapa kitab tambahan yang tidak ditemukan dalam [[Alkitab Katolik]], namun kitab-kitab tersebut dipandang sebagai otoritas sekunder. [[Gereja Inggris]] dapat menggunakan Alkitab yang menempatkan kitab-kitab deuterokanonika di antara [[Protokanonika]] Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, tidak dipadukan di antara kitab-kitab Perjanjian Lama lainnyayang lain sebagaimana adanya dalam Alkitab Katolik.</ref> Konsili juga menugaskan penyusunan [[Katekismus Roma]], yang berfungsi sebagai pengajaran Gereja yang berwibawa hingga dikeluarkannya ''[[Katekismus Gereja Katolik]]'' pada tahun 1992.
 
While the traditional fundamentals of the Church were reaffirmed, there were noticeable changes to answer complaints that the Counter-Reformers were, tacitly, willing to admit were legitimate. Among the conditions to be corrected by Catholic reformers was the growing divide between the clerics and the laity; many members of the clergy in the rural parishes, after all, had been poorly educated. Often, these rural priests did not know [[Latin]] and lacked opportunities for proper theological training. Addressing the education of priests had been a fundamental focus of the [[humanism|humanist]] reformers in the past.