Utara (Mahabharata): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 17:
Dalam [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]'', '''Utara''' {{Sansekerta|उत्तर|Uttara|disebut '''Prabu Utoro''' di Jawa}} adalah nama salah seorang putra [[Wirata]], Raja [[Kerajaan Matsya|Matsya]]. Ia memiliki seorang kakak bernama [[Sweta (Mahabharata)|Sweta]] (Seta) dan dua orang adik bernama [[Wratsangka]] dan [[Utari]]. Dalam versi [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]], Utara merupakan putra [[Wirata|Matsyapati]]. Istrinya bernama Sindusari.
 
Dalam naskah ''[[Wirataparwa]]'', diceritakan bahwa ia adalah seorang pangeran yang sombong dan takabur. Ketika kerajaannya diserang oleh para Korawa dari [[Hastinapura]], ia sesumbar untuk menghadang mereka dengan hanya ditemani oleh seorang waria bernama Wrehanala.
 
== Pertempuran melawan Korawa ==
Baris 23:
Dalam kitab kedua ''[[Mahabharata]]'', yaitu ''[[Sabhaparwa]]'', dikisahkan bahwa para pangeran [[Hastinapura]]—seratus [[Korawa]] dan lima [[Pandawa]]—bermain [[dadu]] dengan taruhan bahwa yang kalah harus menjalani hukuman pengasingan selama 12 tahun, dan pada tahun ke-13 mereka diwajibkan untuk hidup dalam penyamaran selama setahun. Setelah itu, yang kalah berhak pulang kembali ke [[Hastinapura]]. Apabila identitas mereka terbongkar oleh pihak yang menang, maka yang kalah harus mengulangi hukuman yang sama. Permainan tersebut dimenangkan oleh para [[Korawa]] yang dipimpin [[Duryodana]]. Para Pandawa pun menerima kekalahan mereka. Kisah pengasingan para Pandawa diceritakan dalam naskah ''[[Wanaparwa]].
 
Kitab ''[[Wirataparwa]]'' memuat kisah penyamaran para Pandawa setelah menjalani masa pengasingan. Dalam kitab tersebut diceritakan bahwa para Pandawa memilih [[kerajaan Matsya]] sebagai tempat tinggal mereka dalam menjalani masa penyamaran. Menjelang berakhirnya masa penyamaran, sekutu Duryodana yang bernama [[Susarma]] dari [[kerajaan Trigarta|Trigarta]], memperkirakan bahwa para Pandawa tinggal di kerajaan Matsya. Pendapatnya diterima Duryodana. Ia pun mengerahkan pasukannya ke kerajaan tersebut sebagai pancingan agar para Pandawa mau menampakkan diri mereka.
 
Pasukan [[Kerajaan Trigarta|Trigarta]] yang dipimpin Susarma mengepung kerajaan Matsya dari selatan. Pada saat itu, seluruh pasukan Matsya yang dipimpin Raja [[Wirata]] memusatkan pertahanan diri di sana. Di arah lain, pasukan Hastinapura juga telah mencapai perbatasan Matsya. Ketika berita pengepungan pasukan Hastinapura sampai ke keraton Raja Wirata, Utara membusungkan dada untuk menghadang mereka sendirian. Atas nasihat dan petunjuk dari ibunya (Ratu [[Sudesna]]), ia pun berangkat dengan penuh percaya diri untuk menghadang mereka, dengan hanya ditemani oleh seorang [[waria]] bernama [[Arjuna|Wrehanala]], sebagai kusir kereta perangnya. Tanpa diketahui olehnya, Wrehanala adalah [[Arjuna]]—salah satu [[Pandawa]]—yang sedang menyamar.