Sejarah Myanmar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 163:
=== Perang Dunia II dan Jepang ===
{{Utama|Pendudukan Jepang di Burma|Kampanye Burma|Negara Burma}}
Beberapa tokoh nasionalis Birma melihat meletusnya [[Perang Dunia II]] sebagai peluang untuk mendapatkan konsesi-konsesi dari Britania sebagai ganti dukungan yang akan mereka berikan kepada Britania demi memenangkan perang. Golongan-golongan lain, seperti gerakan Thakin, menentang segala bentuk keterlibatan Birma dalam perang tanpa terkecuali. Aung San ikut mendirikan [[Partai Komunis Birma]] (PKB) bersama tokoh-tokoh gerakan Thakin lainnya pada Agustus 1939.<ref name="ms"/> Berbagai pustaka [[Marxisme|Marxis]] serta traktat-traktat dari gerakan [[Sinn Féin]] di Irlandia sudah beredar dan dibaca secara luas di kalangan para aktivis politik. Aung San juga ikut mendirikan Partai Revolusioner Rakyat (''People's Revolutionary Party'', PRPPRR), pengganti Partai Sosialis sesudah [[Perang Dunia II]]. Ia juga turut berperan dalam pendirian [[Blok Kemerdekaan]] (''Freedom Bloc'') dengan mengupayakan persekutuan antara Dobama, ABSU, para biksu yang aktif di bidang politik, serta [[Partai Orang Miskin]], partai dari [[Ba Maw]] .<ref name="ms"/> Setelah organisasi Dobama menyerukan pemberontakan national, Britania mengeluarkan sepucuk surat perintah penahanan terhadap sejumlah besar pimpinan organisasi itu termasuk Aung San, yang meloloskan diri ke Tiongkok. Aung San berniat untuk menjalin hubungan dengan pihak [[Partai Komunis Tiongkok|Komunis Tiongkok]], akan tetapi niatnya itu terdeteksi oleh pemerintah Jepang yang kemudian mendekatinya dengan tawaran dukungan kepada dirinya dalam bentuk satuan intelijen rahasia yang disebut ''Minami Kikan'', dikepalai oleh Kolonel Suzuki dengan tujuan menutup [[Jalan Raya Birma]] dan mendukung upaya pemberontakan nasional. Aung San sempat kembali ke Birma selama jangka waktu yang singkat untuk mengumpulkan dua puluh sembilan pemuda yang kelak berangkat bersamanya ke Jepang untuk menjalani pelatihan militer di [[Pulau Hainan]], Tiongkok. Rombongan pemuda Birma ini kelak dikenal dengan julukan "[[Tiga Puluh Kamerad]]". Tatkala Jepang menduduki [[Bangkok]] pada Desember 1941, Aung San memaklumkan pembentukan [[Tentara Kemerdekaan Birma]] (TKB) untuk mengantisipasi invasi Jepang atas Birma pada 1942.<ref name="ms"/>
[[Berkas:British soldiers patrol Burmese town Bahe.jpg|thumb|Para serdadu Britania berpatroli di puing-puing kota Bahe di Birma pada peristiwa penyerangan Mandalay, Januari 1945]]
BIATKB membentuk pemerintahan darurat di beberapa wilayah Birma pada musim semi 1942, akan tetapi timbul selisih pendapat di kalangan petinggi Jepang sehubungan dengan masa depan Birma. Kolonel Suzuki memang mendorong Tiga Puluh Kamerad untuk membentuk pemerintah darurat, tetapi pimpinan militer Jepang tidak pernah secara resmi menyetujui rencana semacam itu. Angkatan DaratTentara Jepang akhirnya beralih mendukung [[Ba Maw]] untuk membentuk sebuah pemerintahan. Selama perang pada 1942, BIATKB menjadi kian tak terkendali, dan di banyak distrik para pejabat bahkan pelaku kriminal menyatakan diri sebagai kelompok BIATKB. Organisasi ini ditata kembali menjadi Angkatan DaratTentara Pertahanan Birma (''Burma Defence Army'', BDATPB) di bawah Jepang namun tetap dikepalai oleh Aung San. Jika BIATKB bukan merupakan bala tentara reguler, maka BDATPB melaksanakan perekrutan melalui seleksi masuk serta dilatih sebagaimana pasukan-pasukan angkatan darat pada umumnya oleh instruktur-instruktur Jepang. [[Ba Maw]] kemudian dipermaklumkan sebagai kepala negara; dalam jajaran kabinetnya terdapat pula Aung San sebagai Menteri Perang, serta pemimpin Komunis Birma [[Thakin Than Tun]] sebagai menteri Tanah dan Pertanian; ada pula para pemimpin Sosialis Birma, Thakin Nu dan Thakin Mya. Ketika Jepang mempermaklumkan Birma sebagai negara merdeka, secara teori, pada 1943, Angkatan Darat Pertahanan BirmaTPB pun diganti namanya menjadi [[Angkatan DaratTentara Nasional Birma]] (''Burma National Army'', BNATNB).<ref name="ms"/>
 
Tak lama kemudian, mulai tampak jelas bahwa janji kemerdekaan dari Jepang hanyalah sebuah pepesan kosong dan [[Ba Maw]] telah teperdaya. Ketika mulai kalah dalam perang, Jepang pun menyatakan kemerdekaan Birma sebagai sebuah negara yang berdaulat penuh pada 1 Agustus 1943, tetapi tindakan ini pun hanya dilakukan untuk menyamarkan maksud Jepang yang sebenarnya. [[Aung San]] yang sudah tidak lagi mempercayai Jepang pun membuka negosiasi dengan para pemimpin Komunis, [[Thakin Than Tun]] dan [[Thakin Soe]], serta para pemimpin Sosialis, [[Ba Swe]] and [[Kyaw Nyein]], yang menghasilkan pembentukan [[Organisasi Anti-Fasis]] (''Anti-Fascist Organisation'', AFO) pada Agustus 1944 dalam suatu pertemuan rahasia yang dihadiri oleh PKB, PRPPRR, dan BNATNB di [[Pegu]]. AFO kelak berganti nama menjadi [[Liga Kemerdekaan Rakyat Anti-Fasis]] (''Anti-Fascist People's Freedom League'', disingka AFPFLLKRAF).<ref name="ms"/> [[Thakin Than Tun]] dan [[Thakin Soe|Soe]], sewaktu masih mendekam di dalam penjara Insein pada Juli 1941, bersama-sama telah menyusun ''Manifesto Insein'' yang, berlawanan dengan opini yang beredar di kalangan pergerakan Dobama, menyatakan fasisme dunia sebagai musuh utama dalam perang yang sudah di depan mata dan menyerukan kerja sama untuk sementara waktu dengan Britania dalam suatu koalisi sekutu yang selayaknya mencakup pula [[Uni Soviet]]. Soe secara diam-diam sudah mengatur barisan pertahanan untuk menghadapi pendudukan Jepang, dan [[Thakin Than Tun|Than Tun]] mampu meneruskan informasi intelijen Jepang kepada Soe, sementara para pemimpin komunis lainnya, [[Thakin Thein Pe]] dan [[Tin Shwe]], menjalin kontak dengan pemerintah kolonial dalam pengasingan di [[Shimla|Simla]], India.<ref name="ms"/>
 
Ada kontak-kontak informal antara AFO dan [[Blok Sekutu (Perang Dunia II)|pihak sekutu]] pada 1944 dan 1945 melalui organisasi Britania, [[Force 136]]. Pada 27 Maret 1945, Angkatan Darat Nasional Birmarose bangkit melakukan perlawanan terhadap Jepang di seluruh wilayah Birma.<ref name="ms"/> 27 Maret pernah dijadikan tanggal peringatan 'Hari Perlawanan' sampai militer mengganti namanya menjadi 'Hari [[Tatmadaw]] (Angkatan Bersenjata)'. Sesudah peristiwa itu, [[Aung San]] dan tokoh-tokoh lain pun mulai bernegosiasi dengan [[Louis Mountbatten|Lord Mountbatten]] dan secara resmi bergabung dengan [[Blok Sekutu (Perang Dunia II)|pihak sekutu]] sebagai Angkatan Birma Patriotik (''Patriotic Burmese Forces'', PBF). Dalam pertemuan pertama, AFO memperkenalkan diri kepada pihak Britania sebagai pemerintah darurat Birma dengan Thakin Soe sebagai ketua dan Aung San sebagai seorang anggota panitia pelaksana pemerintahan. Jepang diusir dari hampir seluruh wilayah Birma pada Mei 1945. Negosiasi pun mulai dilakukan dengan pihak Britania menyangkut pelucutan senjata AFO dan keikutsertaan pasukan-pasukannya dalam Angkatan Darat Birma pascaperang. Beberapa veteran telah dibentuk menjadi sebuah barisan semi militer di bawah kepemimpinan Aung San, dengan nama ''Pyithu yèbaw tat'' atau Organisasi Sukarelawan Rakyat (''People's Volunteer Organisation'', disingkat PVO), dan dilatih secara terang-terangan dalam pakaian seragam.<ref name="ms"/> Peleburan PBF berhasil dilaksanakan pada Konferensi [[Kandy|Kandi]] di [[Sri Lanka|Sailan]] pada September 1945.<ref name="ms"/>
Baris 178:
Seusai perang, Gubernur Birma Britania, Sir [[Reginald Dorman-Smith]] kembali ke Birma. Pemerintahan yang kembali dipulihkan membentuk sebuah program kebijakan yang berfokus pada rekonstruksi fisik negara itu dan menunda-nunda pembicaraan seputar kemerdekaan Birma.
 
AFPFLLKRAF bangkit menentang pemerintah dan menimbulkan pergolakan politik di Birma. Timbul pula keretakan di dalam tubuh AFPFLLKRAF di antara kaum Komunis dan Aung San bersama kaum Sosialis menyangkut strategi, yang menyebabkan Than Tun didesak untuk mengundurkan diri dari jabatan sekretaris jenderal pada Juli 1946, serta pemecatan PKB dari AFPFLLKRAF pada bulan Oktober.<ref name="ms"/>
 
Dorman-Smith digantikan oleh [[Hubert Rance]] sebagai gubernur, dan nyaris segera sesudah penunjukannya Kepolisian Rangoon melakukan pemogokan. Pemogokan yang dimulai pada September 1946 itu meluas dan diikuti pegawai-pegawai negeri dan hampir-hampir menjadi sebuah aksi pemogokan umum.
 
Rance menenangkan situasi dengan mengadakan pertemuan bersama Aung San dan membujuknya untuk bergabung dengan Dewan Eksekutif Pemerintah bersama-sama dengan anggota-anggota AFPFLLKRAF lainnya.<ref name="ms"/> Dewan eksekutif yang baru itu, yang kini semakin mendapatkan kepercayaan rakyat, mulai menegosiasikan kemerdekaan Birma, yang terselenggara dengan baik di London dan menghasilkan Persetujuan [[Aung San]]-[[Clement Attlee|Attlee]] pada 27 Januari 1947.<ref name="ms"/> Isi persetujuan itu menimbulkan ketidakpuasan bagi sebagian kalangan di cabang komunis dan konservatif dari AFPFLLKRAF, akan tetapi membuat golongan Komunis Bendera Merah di bawah pimpinan [[Thakin Soe]] tersingkir dari panggung politik dan membuat kaum konservatif tersingkir ke kubu oposisi.
 
Aung San juga berhasil merumuskan kesepakatan dengan suku-suku minoritas demi mempertahankan kesatuan Birma dalam [[Konferensi Panglong]] pada 12 Februari, yang sejak itu diperingati sebagai 'Hari Persatuan'. U Aung Zan Wai, U Pe Khin, Myoma U Than Kywe, Mayor Aung, Sir Maung Gyi, dan Dr. Sein Mya Maung adalah para negosiator dan pemimpin terpenting dalam Konferensi Pinlon (Panglong) yang berunding dengan pemimpin nasional tertinggi Birma, Jenderal Aung San, dan para pucuk pimpinan lainnya pada 1947. Semua pemimpin ini memutuskan untuk bergabung bersama-sama membentuk Perserikatan Birma. Perayaan Hari Persatuan adalah salah satu dari perayaan terbesar dalam sejarah Birma. Besarnya popularitas AFPFLLKRAF, yang kini dikuasai Aung San dan kaum Sosialis, dibuktikan dengan kemenangan telak yang diperolehnya dalam [[Pemilihan umum Birma, 1947|pemilihan anggota badan konstituante pada April 1947]].<ref name="ms"/> Tetapi pada Juli 1947, Aung San dan beberapa anggota kabinet dibunuh oleh lawan-lawan politiknya.<ref name="ms"/><ref>{{cite web|url=http://www.ibiblio.org/obl/docs/panglong_agreement.htm| title=The Panglong Agreement, 1947|publisher=Online Burma/Myanmar Library}}</ref> Tak lama kemudian, pemberontakan meletus di Arakan dipimpin oleh rahib veteran, U Seinda, dan menjalar ke distrik-distrik lainnya.<ref name="ms"/>
 
Pada 19 Juli 1947, [[U Saw]], salah seorang Perdana Menteri Birma praperang yang konservatif, merancang [[Hari Martir Myanmar|pembunuhan atas Aung San]] dan beberapa anggota kabinetnya ternmasuk abang sulungnya, [[Ba Win]], pada saat melakukan pertemuan di gedung Sekretariat.<ref name="ms"/><ref>{{cite web|url=http://www.irrawaddy.org/article.php?art_id=719|title=Who Killed Aung San? — an interview with Gen. Kyaw Zaw|date=August 1997|publisher=''[[The Irrawaddy]]''|accessdate=30 October 2006}}</ref> Sejak peristiwa itu, tanggal 19 Juli diperingati sebagai [[Hari Martir Myanmar|Hari Martir]]. Thakin Nu, pemimpin kaum Sosialis, kemudian diminta untuk membentuk sebuah kabinet baru. Thakin Nu kelak memimpin upacara penyerahan kemerdekaan kepada Birma pada 4 Januari 1948. Keinginan rakyat untuk melepaskan diri dari Britania sangat kuat kala itu sampai-sampai Birma memutuskan untuk tidak bergabung dalam [[Persemakmuran Bangsa-Bangsa]], bertolak belakang dengan keputusan India dan Pakistan .<ref name="ms"/>
Baris 198:
Birma menerima bantuan asing untuk membangun kembali negeri itu pada tahun-tahun permulaan kemerdekaannya, tetapi dukungan terus-menerus dari Amerika atas kehadiran militer Nasionalis Tiongkok di Birma mengakibatkan negara itu akhirnya menolak sebagian besar bantuan asing, menolak untuk bergabung dengan Pakta Pertahanan Asia Tenggara ([[Pakta Pertahanan Asia Tenggara|SEATO]]) dan mendukung [[Konferensi Asia–Afrika]] yang diselenggarakan di Bandung pada 1955.<ref name="ms"/> Lazimnya Birma berusaha untuk tidak berpihak dalam percaturan politik dunia serta merupakan salah satu dari negara-negara pertama di dunia yang mengakui berdirinya [[Israel]] dan [[Tiongkok|Republik Rakyat Tiongkok]].
 
Pada 1958, Birma mulai pulih di bidang ekonomi, tetapi kembali mengalami kemerosotan di bidang politik akibat pecahnya AFPFLLKRAF menjadi dua faksi, faksi pertama dipimpin oleh Thakin Nu dan Thakin Tin, sementara faksi yang lain dipimpin oleh [[Ba Swe]] dan Kyaw Nyein.<ref name="ms"/> Perpecahan ini tidak terelakkan kendati imbauan 'Senjata untuk Demokrasi' dari U Nu di luar dugaan disambut baik oleh U Seinda di Arakan, orang [[Pa-O]], beberapa kelompok orang Mon dan orang Shan, dan terutama oleh PVO dengan menyerahkan persenjataan mereka.<ref name="ms"/> Meskipun demikian, situasi menjadi sangat tidak stabil di parlemen, dengan lolosnya U Nu dari pemungutan suara untuk pengajuan mosi tidak percaya kepada pemerintah hanya berkat dukungan dari pihak oposisi Front Persatuan Nasional (''National United Front'', disingkat NUF) yang diyakini berisi anasir-anasir 'kripto-komunis'.<ref name="ms"/> Angkatan darat garis keras yang kini menyadari 'ancaman' dari PKB pun berpakat dengan U Nu melalui NUF, dan pada akhirnya U Nu 'diimbau' oleh Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal [[Ne Win]], untuk mengambil alih pemerintahan Birma.<ref name="ms"/> Lebih dari 400 'simpatisan komunis' ditahan, 153 orang di antaranya dideportasi ke Pulau Coco di [[Laut Andaman]], termasuk Aung Than, pemimpin NUF dan abang dari Aung San. Surat khabar ''Botataung'', ''Kyemon'' dan ''Rangoon Daily'' juga diberedel.<ref name="ms"/>
 
[[Pemerintahan sementara]] Ne Win berhasil menenangkan situasi dan membuka jalan bagi penyelenggaraan [[Pemilihan umum Birma, 1960|pemilihan umum baru pada 1960]] yang mengembalikan Partai Persatuan U Nu ke tampuk pemerintahan dengan kemenangan mayoritas.<ref name="ms"/> Situasi stabil tidak bertahan lama, manakala [[Federalisme|Gerakan Federal]] [[Shan]], yang dirintis oleh [[Yawnghwe|Nyaung Shwe]] Sawbwa [[Sao Shwe Thaik]] (Presiden Birma merdeka yang pertama 1948–52) dan menghendaki suatu federasi yang 'longgar', dipandang sebagai gerakan separatis yang menuntut pemerintah untuk menghormati hak melepaskan diri dalam 10 tahun yang diatur dalam Konstitusi 1947. Ne Win telah berhasil melucuti kekuasaan feodal para [[Saopha|Sawbwa]] Shan dengan ganti pemberian pensiun seumur hidup dalam jumlah yang memuaskan pada 1959.
Baris 219:
Pada 1978, sebuah operasi militer dilancarkan atas kaum Muslim [[Orang Rohingya|Rohingya]] di [[Negara Bagian Rakhine|Arakan]], yang diberi nama [[Operasi Raja Naga di Arakan|Operasi Raja Naga]], yang mengakibatkan 250.000 orang terpaksa [[pengungsi|mengungsi]] ke [[Bangladesh]].
 
Setelah dibebaskan pada 1966, U Nu meninggalkan Birma pada pada bulan April 1969, dan membentuk Partai Demokrasi Parlementer (PDP) pada bulan Agustus tahun yang sama di [[Bangkok]], Thailand, bersama salah satu anggota Ketiga Puluh Kamerad, [[Bo Let Ya]], salah seorang tokoh pendiri PKB dan mantan Menteri Pertahanan dan deputi Perdana Menteri, Bo Yan Naing, dan U Thwin, mantan BIATKB dan mantan Menteri Perdagangan. Seorang lagi anggota Ketiga Puluh Kamerad, Bohmu Aung, mantan Menteri Pertahanan, kelak ikut menggabungkan diri. Yang keempat, Bo Setkya, yang telah bersembunyi selepas kudeta 1962, wafat di Bangkok tak lama sebelum U Nu tiba.<ref name="ms"/> PDP melancarkan aksi pemberontakan bersenjata di sepanjang perbatasan Thailand sejak 1972 sampai 1978 ketika Bo Let Ya terbunuh dalam sebuah serangan yang dilancarkan oleh organisasi Persatuan Kebangsaan Karen (PKK). U Nu, Bohmu Aung, dan Bo Yan Naing pulang ke Rangoon setelah mendapatkan amnesti pada 1980.<ref name="ms"/> Ne Win juga kelak diam-diam melakukan perundingan damai pada 1980 dengan KIO dan CPB, yang sekali lagi menemui jalan buntu sebagaimana perundingan yang sebelumnya.<ref name="ms"/>
 
=== Krisis dan Pemberontakan 1988 ===