Sigismund III Vasa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 34:
[[Pemilihan bebas 1587|Ia terpilih]] menjadi penerus tahta Persemakmuran Polandia-Lituania dan kemudian mencoba mendirikan sebuah [[uni personal]] yang terdiri dari Persemakmuran dan Swedia ([[Uni Polandia-Swedia]]). Setelah ia dijatuhkan dari jabatannya sebagai Raja Swedia oleh pamannya, [[Karl IX dari Swedia]], ia terus mencoba untuk merebut kembali tahta Swedia hingga akhir hayatnya.<ref name="encyclopediaofukraine.com"/>
 
Ketika terjadi kekacauan di [[Keharyapatihan Moskwa|Moskwa]] (''"[[smutnoeMasa vremyaKekacauan]]''"), ia memanfaatkan kejadian tersebut dan melancarkan serangan ke Rusia. Ia sempat menduduki kota [[Moskwa]] selama dua tahun (1610–12) dan juga kota [[Smolensk]]. Pada tahun 1617, konflik Polandia-Swedia (yang sempat terhenti oleh gencatan senjata pada tahun 1611) kembali meletus. Saat pasukan Sigismund sedang sibuk bertempur melawan [[Kesultanan Utsmaniyah]] di Moldavia (1617–21), Raja [[Gustavus II Adolphus]] dari Swedia (anak laki-laki Karl IX) menyerbu wilayah Sigismund. Pasukan Swedia kemudian merebut kota [[Riga]] (1621) dan hampir seluruh wilayah [[Livonia]] Polandia. Sigismund menyepakati [[Gencatan Senjata Altmark]] dengan Swedia pada tahun 1629, tetapi ia tidak dapat lagi merebut tahtanya di Swedia. Selain itu, wilayah Livonia juga terlepas dari kendali Polandia, sehingga kewibawaan kerajaan di kancah internasional menurun.<ref>{{cite web|url=http://www.britannica.com/EBchecked/topic/543630/Sigismund-III-Vasa|title=Sigismund III Vasa - king of Poland and Sweden|publisher=|accessdate=30 October 2016}}</ref>
 
Sigismund merupakan tokoh yang sangat kontroversial di Polandia. Masa kekuasaannya yang panjang merupakan [[zaman keemasan Polandia|masa kejayaan Persemakmuran]]. Namun, pada saat yang sama, kemunduran dimulai pada masa kekuasaan Sigismund. Sejarah-sejarah populer (seperti buku karya [[Paweł Jasienica]]) seringkali menyajikan Sigismund sebagai tokoh yang bertanggung jawab atas kehancuran Persemakmuran, sementara sejarawan-sejarawan akademis tidak terlalu menyalahkan Sigismund.