Kesultanan Banten: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 58:
Pada masa awal kedatangannya ke Cirebon, Syekh Syarif Hidayatullah ([[Sunan Gunung Jati]]) bersama dengan Pangeran Walangsungsang sempat melakukan syiar Islam di wilayah Banten yang pada masa itu disebut sebagai ''Wahanten'', Syarif Hidayatullah dalam syiarnya menjelaskan bahwa arti ''jihad'' (perang) tidak hanya dimaksudkan perang melawan musuh-musuh saja namun juga perang melawan hawa nafsu, penjelasan inilah yang kemudian menarik hati masyarakat ''Wahanten'' dan ''pucuk umum'' <ref>Nafsiah, Siti. 2000. Prof. Hembing pemenang the Star of Asia Award : pertama di Asia ketiga di dunia. [[Jakarta]] : Gema Insani Press</ref>(penguasa) ''Wahanten Pasisir''. Pada masa itu di wilayah ''Wahanten'' terdapat dua penguasa yaitu Sang Surosowan (anak dari prabu Jaya Dewata atau Silih Wangi) yang menjadi ''pucuk umum'' (penguasa) untuk wilayah ''Wahanten Pasisir'' dan Arya Suranggana yang menjadi ''pucuk umum'' untuk wilayah ''Wahanten Girang''.<ref>Ekajati, Edi Suhardi, Etti R. S, Abdurrahman. 1991. Carita Parahiyangan karya Pangeran Wangsakerta : ringkasan, konteks, sejarah, isi naskah, dan peta. [[kota Bandung|Bandung]] : Yayasan Pembangunan Jawa Barat</ref>
 
Di wilayah ''Wahanten Pasisir'' Syarif Hidayatullah bertemu dengan Nyai Kawung anten (putri dari Sang Surosowan), keduanya kemudian menikah dan dikaruniai dua orang anak yaitu Ratu Winaon (lahir pada 1477 m) dan Pangeran [[Maulana Hasanuddin]] (Pangeran Sabakingkin : nama pemberian dari kakeknya Sang Surosowan) yang lahir pada 1478 m.<ref name=iskandar1/> Iskandar, Yoseph. 2005. Sejarah Jawa Barat. Bandung : Geger Sunten</ref. Sang Surosowan walaupun tidak memeluk agama Islam namun sangat toleran kepada para pemeluk Islam yang datang ke wilayahnya.
 
Syarif Hidayatullah kemudian kembali ke kesultanan Cirebon untuk menerima tanggung jawab sebagai penguasa kesultanan Cirebon pada 1479 setelah sebelumnya menghadiri rapat para wali di Tuban yang menghasilkan keputusan menjadikan [[Sunan Gunung Jati]] sebagai pemimpin dari para wali.