Wicitrawirya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 20:
== Nama ==
 
Dalam [[bahasa Sanskerta]], kata ''Wicitrawirya'' secara harfiah berarti "sikap kepahlawanan yang mengagumkan." Dalam tradisi pewayangan [[Jawa]], suku kata "wi" dalam nama "Wicitrawirya" sering dihilangkan, sehingga kerap diucapkan Citrawirya.
 
== Riwayat ==
 
Wicitrawirya lahir sebagai putra bungsu dari pasangan Prabu [[Santanu]] dengan [[Satyawati]]. [[Citrānggada]] adalah nama kakak kandungnya yang menggantikan kekuasaan ayahnya dan memerintah [[kerajaan Kuru]] dengan baik. Namun, Citrānggada gugur di usia muda dalam suatu pertempuran. Sesuai dengan tradisi, maka Wicitrawirya menggantikan kekuasaannya. Pada waktu itu usia Wicitrawirya juga masih muda. Karena Wicitrawirya masih muda untuk melanjutkan pemerintahan, maka ia dibantu oleh saudara tirinya, [[Bisma]].
 
Ketika sudah cukup usia baginya untuk menikah, Bisma memilih calon pengantin yang tepat untuknya. Bisma pergi ke [[Kerajaan Kasi]] dan memenangkan [[sayembara]] yang diselenggarakan di sana. Ia membawa tiga putri Raja yang akan dipersembahkan kepada adiknya, Wicitrawirya. Ketiga putri tersebut bernama [[Amba]], [[Ambika]], dan [[Ambalika]]. Namun Amba tidak ingin menikah dengan Wicitrawirya karena cintanya tertuju kepada orang lain, maka hanya [[Ambika]] dan [[Ambalika]] yang menikahi Wicitrawirya.
Baris 32:
== Janda dan keturunan ==
 
Kedua janda Wicitrawirya—[[Ambika]] dan [[Ambalika]]—akan menyelenggarakan ''[[Niyoga]]'' (ritual ''Putrotpadana'') untuk memohon anak, dan upacara tersebut dipimpin oleh Resi Byasa. Sebelumnya, Byasa menyuruh agar kedua janda tersebut mendatanginya sendirian untuk melakukan ritual suci tersebut. Pertama Ambika datang. Karena ia takut, maka selama proses ritual ia menutup matanya. Byasa berkata bahwa kelak anaknya akan terlahir buta (setelah lahir, anak tersebut diberi nama [[Drestarastra]]).
 
Kemudian Ambalika datang. Karena ia takut, maka selama proses ritual wajahnya pucat. Byasa berkata bahwa anaknya akan terlahir dengan muka pucat sebagai penderita [[anemia]] dan tidak cukup sehat untuk memerintah kerajaan (setelah lahir, anak tersebut diberi nama [[Pandu]]).
 
Atas permohonan [[Satyawati]], Byasa menyuruh agar salah satu dari janda Wicitrawirya melakukan ritual sekali lagi supaya keluarga kerajaan mendapatkan keturunan yang sehat. Alih-alih datang sendiri, Ambika dan Ambalika menyuruh salah satu dari pelayan mereka untuk menghadiri ritual. Pelayan tersebut sangat tenang pada saat proses ritual berlangsung, sehingga anak yang akan dilahirkan tidak cacat. Anak tersebut diberi nama [[Widura]].