Kabupaten Kepahiang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Relly Komaruzaman (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Relly Komaruzaman (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 41:
[[Berkas:Kepahiang Cell.JPG|thumb|300px|Kepahiang Cell merupakan toko [[ponsel]] yang terdapat di Kabupaten Kepahiang.]]
[[Zaman]] perjuangan melawan kolonial Belanda menjadi saksi sejarah mulai dikenalnya nama Kepahiang. Pada masa itu, Kota Kepahiang dikenal sebagai ibu kota Kabupaten Rejang Lebong yang disebut Afdeling Rejang Lebong. Sesaat setelah peralihan kekuasaan dari penjajahan [[Belanda]] ke [[Jepang]], hingga kemudian Jepang menjajah bumi pertiwi 3,5 tahun lamanya, Kota Kepahiang tetap merupakan pusat pemerintahan bagi Kabupaten Rejang Lebong. Bahkan, setelah [[proklamasi]] kemerdekaan Republik Indonesia, yakni sejak 18 agustus 1945 hingga 1948, Kepahiang tetap menjadi ibu kota Kabupaten Rejang Lebong sekaligus sebagai basis kota perjuangan. Sebab, mulai dari pemerintahan sipil dan seluruh kekuatan perjuangan yang terdiri dari [[Laskar Rakyat]], [[Badan Perlawanan Rakyat]] (BPR dan TKR yang kemudian sebagai cikal bakal [[TNI]]), semuanya berpusat di Kepahiang.
[[Berkas:Kepahiang Weather.png|thumb|300px||right|Tampilan aplikasi cuaca Kepahiang.]]
 
Pada akhir tahun 1948, masa yang tak mungkin bisa dilupakan oleh masyarakat Kepahiang. Karena pada tahun itulah, khususnya menjelang agresi militer Belanda kedua, seluruh fasilitas vital Kota Kepahiang dibumihanguskan. Dimulai dari kantor bupati, gedung daerah, kantor polisi, [[kantor pos]], [[telepon]], [[penjara]], dan [[jembatan]] yang akan menghubungkan Kota Kepahiang dengan tempat-tempat lainnya terpaksa dibakar untuk mengantisipasi gerakan penyerbuan tentara [[Hindia Belanda]] yang terkenal bengis masuk ke pusat-pusat kota dan pemerintahan serta basis perjuangan rakyat.
 
Setahun kemudian, seluruh aparatur Pemerintah Kabupaten Rejang Lebong berada dalam pengasingan di hutan-hutan. Sehingga pada waktu terjadi penyerahan kedaulatan dari Pemerintah Hindia Belanda ke Pemerintah Republik Indonesia, yang oleh masyarakat waktu itu disebut ''kembali ke kota'', terjadilah keharuan yang sulit dibendung. Dikarenakan aparatur Pemerintah Kabupaten Rejang Lebong tidak dapat lagi kembali berkantor ke Kota Kepahiang karena seluruh fasilitas pemerintahan daerah telah dibumihanguskan. Dengan semangat yang pantang menyerah dan semangat yang membaja, seluruh aparatur pemerintahan daerah terpaksa menumpang ke Kota Curup, karena masih tersisa sebuah bangunan pesanggrahan yang sekarang tempat bersejarah itu dibangun menjadi [[GOR Curup]].
 
[[Berkas:Kepahiang Regency Government Office Bengkulu.jpg|thumb|left300px||right|Kantor Pemerintahan Kabupaten Kepahiang.]]
Pada 1956, Kota Curup ditetapkan sebagai ibu kota Kabupaten Rejang Lebong berdasarkan undang-undang. Sejak itu pula, peran Kepahiang mulai memudar, bahkan ada yang menyebut mahkota kejayaan Kabupaten Kepahiang surut. Dengan ditetapkannya Curup sebagai ibu kota Kabupaten Rejang Lebong, maka Kota Kepahiang sendiri ditetapkan sebagai ibu kota kecamatan, bagian dari wilayah Kabupaten Rejang Lebong. Pada masa-masa berikutnya, lantaran memiliki nilai historis tinggi, sejumlah tokoh masyarakat Kepahiang pernah memperjuangkan Kepahiang menjadi ibu kota provinsi dan kota administratif. Perjuangan mulia tersebut kandas dikarenakan pemerintah pusat tak menanggapi keinginan dan aspirasi masyarakat tersebut.