Stasiun Tanggung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dikembalikan ke revisi 12913633 oleh Karsono Puguh (bicara): KA Bangunkarta tak berhenti di Tanggung. (TW)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 16:
'''Stasiun Tanggung (TGG)''' adalah sebuah [[stasiun kereta api]] kelas III/kecil yang terletak di [[Tanggungharjo, Tanggungharjo, Grobogan]], [[Jawa Tengah]]. Stasiun yang terletak pada ketinggian +20 meter ini termasuk dalam [[Daerah Operasi IV Semarang]]. Stasiun ini hanya memiliki dua jalur dengan jalur 2 sebagai sepur lurus.
 
Stasiun ini merupakan [[stasiun kereta api]] nomor dua tertua di [[Indonesia]] dan merupakan stasiun kereta api tertua yang masih operasional di Indonesia. Pada tanggal [[10 Agustus]] [[1867]], jalur kereta api pertama dibuka antara Tanggung-Kemijen[[Stasiun Samarang|Samarang]] yang berjarak 25 [[kilometer]] oleh [[Daftar Penguasa Hindia Belanda|Gubjend.]] [[Ludolph Anne Jan Wilt Sloet van de Beele]]. Bangunan stasiun yang didirikan pertama kali telah dibongkar pada tahun [[1910]], Pada tahun yang sama, NIS membangun stasiun baru di Tanggung, bergaya arsitektur “Chalet-NIS” yang banyak dipakai ketika NIS merenovasi stasiun-stasiunnya antara 1900-1915. “Chalet” sebenarnya adalah sebutan untuk bangunan berarsitektur tradisional di pegunungan Alpen, seperti lumbung, kandang maupun rumah tinggal. Ciri-ciri gaya bangunan ini adalah konstruksi kayu dengan atap dari sirap batu dan tritisan lebar untuk melindungi bangunan dari hujan dan salju. Dalam perkembangannya gaya arsitektur ini menjadi simbol kesederhanaan, keselarasan dengan alam, kebebasan dan demokrasi<ref>{{Cite news|url=http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/2016/06/20/stasiun-tanggung/|title=Stasiun Tanggung - Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah|last=putudananjaya|date=2016-06-20|newspaper=Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah|language=en-US|access-date=2017-06-10}}</ref>. kemudian dibangunlah bangunan stasiun yang baru, yang dapat dilihat sampai sekarang. Pada pertengahan tahun [[1980-an]], stasiun ini pernah hendak dibongkar dan ditempatkan di [[Taman Mini Indonesia Indah]], [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]].
 
Stasiun ini sudah empat kali direnovasi, yakni pertama tahun [[1984]], kedua setelah [[banjir]] [[1996]] (tepatnya tahun [[1997]]), ketiga kali renovasi pada tanggal [[15 Maret]] [[2000]] dan terakhir kali [[banjir]] pada [[Desember 2006]] (tepatnya pada bulan [[Februari 2007]]).
 
Karena sulitnya moda transportasi umum ke stasiun ini, akhirnya stasiun ini beralih fungsi sebagai stasiun pemantau. Didepan bangunan stasiun didirikan monumen dan tanda "Di Bumi inilah kita bermula", serta Stasiun ini dibuka untuk umum maupun komunitas yang ingin mengetahui sejarah perkeretaapian di Indonesia.
Karena fungsinya yang terbatas, tidak ada jalan keluar masuk kendaraan ke stasiun. Jalan masuk kendaraan melalui perumahan penduduk yang dibangun di pekarangan stasiun dengan menyewa kepada [[PT Kereta Api]].
 
Saat ini satu-satunya kereta api yang berhenti di stasiun ini adalah [[Kereta api Bangunkarta|KA Bangunkarta]] tujuan [[Stasiun Gambir|Jakarta]] (KA 55) untuk bersilang dengan sesamanya tujuan [[Stasiun Surabaya Gubeng|Surabaya]] (KA 56) yang melintas langsung.
 
Saat ini kereta api yang berhenti untuk bersilang di stasiun ini adalah :
Saat ini satu-satunya kereta api yang berhenti di stasiun ini adalah* [[Kereta api Bangunkarta|KA Bangunkarta]] tujuan [[Stasiun Gambir|Jakarta]] (KA 55) untuk bersilang dengan sesamanya tujuan [[Stasiun Surabaya Gubeng|Surabaya]] (KA 56) yang melintas langsung.
* [[KA Brantas|KA Brantas Tambahan]] tujuan [[Stasiun Blitar|Blitar]] (PLB 7032) dengan [[Kereta api Matarmaja]] tujuan [[Stasiun Pasar Senen|Jakarta]] (KA 171) yang melintas langsung.
* [[KA Brantas|KA Brantas Tambahan]] tujuan [[Stasiun Pasar Senen|Jakarta]] (PLB 7031) dengan [[Kereta api Indocement|Kereta api Angkutan Semen]] tujuan [[Stasiun Karangtalun|Karangtalun]] (KA 2732) yang melintas langsung.
<center>
<table border="1" cellspacing="0" cellpadding="4" style="font-size:90%;">