Kota Samarinda: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 18:
|kecamatan = 10
|kelurahan = 59
|penduduk = 888234812597
|penduduktahun = 2015
|kepadatan = 1132
|suku = [[Suku Kutai|Kutai]], [[Suku Banjar|Banjar]], [[Suku Dayak|Dayak]], [[Suku Bugis|Bugis]], [[Suku Jawa|Jawa]], [[Suku Toraja|Toraja]], [[Suku Sunda|Sunda]], [[Suku Minang|Minang]], [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]]<ref>{{en}} {{cite book|pages=18|url=http://books.google.co.id/books?id=f9T74ges6DIC&lpg=PP1&dq=kalimantan&pg=PT19#v=onepage&q&f=false|title=East Kalimantan: The Decline of a Commercial Aristocracy|first=Burhan Djabier|last=Magenda|publisher=Equinox Publishing|year=2010|isbn=6028397210}}ISBN 978-602-8397-21-6</ref>
|bahasa = [[Bahasa Indonesia|Indonesia]], [[Bahasa Banjar|Banjar]], [[Bahasa Kutai|Kutai]]<ref>{{en icon}} {{cite book|url=http://books.google.co.id/books?id=wsWX4TTfFAEC&lpg=PA47&dq=Insular%20Southeast%20Asia%20banjar%20kutai%20lakes%20malay&pg=PA39#v=onepage&q&f=false|pages=42|title= Insular Southeast Asia: linguistic and cultural studies in honour of Bernd Nothofer|first= Fritz|last=Schulze|coauthors=Holger Warnk |publisher=Otto Harrassowitz Verlag|year=2006|isbn=3447054778}} ISBN 978-3-447-05477-5</ref>
Baris 36:
{{redirect|Samarinda}}
{{wikibooks|Wisata:Samarinda}}
'''Kota Samarinda''' merupakan [[ibu kota]] [[provinsi]] [[Kalimantan Timur]], [[Indonesia]] serta salah satu [[Daftar kota di Indonesia|kota]] terbesar di Kalimantan. SeluruhSamarinda memiliki wilayah kotaseluas ini718 berbatasan langsungkm² dengan [[Kabupatenkondisi Kutai Kartanegara]]. Kota Samarindageografi dapatdaerah dicapaiberbukit dengan perjalananketinggian darat,bervariasi lautdari dan10 udara.sampai Dengan200 [[Sungaimeter Mahakam]]dari yangpermukaan membelah di tengah Kota Samarinda, yang menjadi "gerbang" menuju pedalaman Kalimantan Timurlaut. Kota ini memiliki luas wilayah 718 kilometer persegi<ref name="Smddisdukcapil">ZAILANI,{{cite Akhmad.web ''Wajah Parlemen Samarinda''. [[Samarinda]]: Sultan Pustaka, [[2006]]. ISBN 979-25-7660-6</ref> dan berpenduduk 888.234 jiwa pada tahun 2015 ([|url=http://disdukcapil.samarindakota.go.id/kontenwebprofil-modul2-databprofil-kota-samarinda-dinas-kependudukan-dan-pencatatan-sipil-kota-samarinda.html |title=Gambaran Umum Kota Samarinda |publisher=Disdukcapil Kota Samarinda]), menjadikan|accessdate=22 kotaMei ini2017 berpenduduk}}</ref> terbesarKota diSamarinda seluruhdibelah oleh [[KalimantanSungai Mahakam]] dan menjadi gerbang menuju pedalaman Kalimantan Timur melalui jalur sungai, darat maupun udara.
 
== Sejarah ==
{{artikel|Sejarah Kota Samarinda}}
Samarinda yang dikenal sebagai kota seperti saat ini dulunya adalah salah satu wilayah [[Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura]]. Pada abad ke-13 Masehi (tahun 1201–1300), sebelum dikenalnya nama Samarinda, sudah ada perkampungan penduduk di enam lokasi yaitu [[Pulau Atas, Sambutan, Samarinda|Pulau Atas]], [[Karang Asam]], Karamumus ([[Karang Mumus, Samarinda Kota, Samarinda|Karang Mumus]]), Luah Bakung ([[Loa Bakung, Sungai Kunjang, Samarinda|Loa Bakung]]), Sembuyutan ([[Sambutan, Sambutan, Samarinda|Sambutan]]) dan Mangkupelas ([[Mangkupalas, Samarinda Seberang, Samarinda|Mangkupalas]]). Penyebutan enam kampung di atas tercantum dalam manuskrip surat ''Salasilah Raja Kutai Kartanegara'' yang ditulis oleh Khatib Muhammad Tahir pada 30 Rabiul Awal 1265 [[Hijriyah|H]] (24 Februari 1849 [[Masehi|M]]).<ref>Mees, Constantinus Alting (1935). De Kroniek van Koetai. Sanpoort, p. 134.</ref>
Samarinda yang dikenal sebagai kota seperti saat ini dulunya adalah salah satu wilayah [[Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura]].
 
Pada tahun 1565, terjadi migrasi [[suku Banjar]] dari Batang Banyu ke daratan Kalimantan bagian timur. Ketika itu rombongan Banjar dari [[Amuntai]] di bawah pimpinan Aria Manau dari [[Kerajaan Kuripan]] (Hindu) merintis berdirinya [[Kerajaan Sadurangas]] (Pasir Balengkong) di daerah [[Paser]]. Selanjutnya suku Banjar juga menyebar di wilayah Kerajaan Kutai Kartanegara, yang di dalamnya meliputi kawasan di daerah yang sekarang disebut Samarinda.
Pada abad ke-13 Masehi (tahun 1201 – 1300), sebelum dikenalnya nama Samarinda, sudah ada perkampungan penduduk di enam lokasi yaitu:
# Pulau Atas;
# Karang Asam;
# Karamumus (Karang Mumus);
# Luah Bakung (Loa Bakung);
# Sembuyutan (Sambutan); dan
# Mangkupelas (Mangkupalas).
Penyebutan enam kampung di atas tercantum dalam manuskrip surat Salasilah Raja Kutai Kartanegara yang ditulis oleh Khatib Muhammad Tahir pada 30 Rabiul Awal 1265 H (24 Februari 1849 M).<ref>Mees, Constantinus.Alting (1935). De Kroniek van Koetai. Sanpoort, p. 134.</ref>
 
Sejarah bermukimnya suku Banjar di Kalimantan bagian timur pada masa otoritas [[Kerajaan Banjar]] juga dinyatakan oleh tim peneliti dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI (1976): “Bermukimnya suku Banjar di daerah ini untuk pertama kali ialah pada waktu kerajaan Kutai Kertanegara tunduk di bawah kekuasaan Kerajaan Banjar.”<ref>Tim Penyusun (1976). Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Kalimantan Timur. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, hlm. 17.</ref> Inilah yang melatarbelakangi terbentuknya bahasa Banjar sebagai bahasa dominan mayoritas masyarakat Samarinda di kemudian hari, walaupun telah ada beragam suku yang datang, seperti Bugis dan Jawa.<ref>Sarip, Muhammad (2015). Samarinda Bahari, Sejarah 7 Zaman Daerah Samarinda. Samarinda: Komunitas Samarinda Bahari, hlm. 18. ISBN: 978-602-73617-0-6.</ref>
Pada tahun 1565, terjadi migrasi suku Banjar dari Batang Banyu ke daratan Kalimantan bagian timur. Ketika itu rombongan Banjar dari Amuntai di bawah pimpinan Aria Manau dari Kerajaan Kuripan (Hindu) merintis berdirinya Kerajaan Sadurangas (Pasir Balengkong) di daerah Paser. Selanjutnya suku Banjar juga menyebar di wilayah Kerajaan Kutai Kartanegara, yang di dalamnya meliputi kawasan di daerah yang sekarang disebut Samarinda.
 
Sejarah bermukimnya suku Banjar di Kalimantan bagian timur pada masa otoritas Kerajaan Banjar juga dinyatakan oleh tim peneliti dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI (1976): “Bermukimnya suku Banjar di daerah ini untuk pertama kali ialah pada waktu kerajaan Kutai Kertanegara tunduk di bawah kekuasaan Kerajaan Banjar.”<ref>Tim Penyusun (1976). Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Kalimantan Timur. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, hlm. 17.</ref>
 
Inilah yang melatarbelakangi terbentuknya bahasa Banjar sebagai bahasa dominan mayoritas masyarakat Samarinda di kemudian hari, walaupun telah ada beragam suku yang datang, seperti Bugis dan Jawa.<ref>Sarip, Muhammad (2015). Samarinda Bahari, Sejarah 7 Zaman Daerah Samarinda. Samarinda: Komunitas Samarinda Bahari, hlm. 18. ISBN: 978-602-73617-0-6.</ref>
 
Sampai pertengahan abad ke-17, wilayah Samarinda merupakan lahan persawahan dan perladangan beberapa penduduk. Lahan persawahan dan perladangan itu umumnya dipusatkan di sepanjang tepi Sungai Karang Mumus dan sungai Karang Asam.
 
Pada tahun [[1668]], rombongan orang-orang Bugis Wajo yang dipimpin [[La Mohang Daeng Mangkona]] (bergelar ''Pua Ado'') hijrah dari tanah [[Kesultanan Gowa]] ke [[Kesultanan Kutai]]. Mereka hijrah ke luar pulau hingga ke Kesultanan Kutai karena mereka tidak mau tunduk dan patuh terhadap [[Perjanjian Bongaya]] setelah [[Kesultanan Gowa]] kalah akibat diserang oleh pasukan [[Belanda]]. Kedatangan orang-orang Bugis Wajo dari Kerajaan Gowa itu diterima dengan baik oleh Sultan Kutai.<ref name="Pemkot Smd">[http://www.samarinda.go.id/sejarah Situs Pemkot Samarinda (2008) - Sejarah]</ref>
 
Atas kesepakatan dan perjanjian, oleh Raja Kutai rombongan tersebut diberikan lokasi sekitar kampung melantai, suatu daerah dataran rendah yang baik untuk usaha pertanian, perikanan dan perdagangan. Sesuai dengan perjanjian bahwa orang-orang Bugis Wajo harus membantu segala kepentingan Raja Kutai, terutama di dalam menghadapi musuh.<ref name="Pemkot Smd"/>
 
Semua rombongan tersebut memilih daerah sekitar [[muara]] [[Karang Mumus, Samarinda Ilir, Samarinda|Karang Mumus]] (daerah Selili seberang) tetapi daerah ini menimbulkan kesulitan di dalam pelayaran karena daerah yang berarus putar (berulak) dengan banyak kotoran sungai. Selain itu dengan latar belakang gunung-gunung (Gunung Selili).<ref name="Pemkot Smd"/>
 
Sekitar tahun 1668, Sultan yang dipertuan Kerajaan Kutai memerintahkan Pua Ado bersama pengikutnya yang asal tanah [[Sulawesi]] membuka perkampungan di [[Samarinda Seberang|Tanah Rendah]]. Pembukaan perkampungan ini dimaksud Sultan Kutai, sebagai daerah pertahanan dari serangan bajak laut asal [[Filipina]] yang sering melakukan perampokan di berbagai daerah pantai wilayah [[kerajaan Kutai Kartanegara]]. Selain itu, Sultan yang dikenal bijaksana ini memang bermaksud memberikan tempat bagi masyarakat Bugis yang mencari suaka ke Kutai akibat peperangan di daerah asal mereka. Perkampungan tersebut oleh Sultan Kutai diberi nama Sama Rendah. Nama ini tentunya bukan asal sebut. Sama Rendah dimaksudkan agar semua penduduk, baik asli maupun pendatang, berderajat sama. Tidak ada perbedaan antara orang [[Suku Bugis|Bugis]], [[Suku Kutai|Kutai]], [[Suku Banjar|Banjar]] dan suku lainnya.
 
Mengenai asal mula nama Samarinda, terdapat versi lain mengenai asal-usul nama "Samarendah." Tradisi lisan penduduk Samarinda menyebutkan, asal-usul nama Samarendah dilatarbelakangi oleh posisi sama rendahnya permukaan Sungai Mahakam dengan pesisir daratan kota yang membentenginya. Tempo dulu, setiap kali air sungai pasang, kawasan tepian kota selalu tenggelam. Selanjutnya, tepian Mahakam mengalami pengurukan/penimbunan berkali-kali hingga kini bertambah 2 meter dari ketinggian semula.
Dengan rumah rakit yang berada di atas air, harus sama tinggi antara rumah satu dengan yang lainnya, melambangkan tidak ada perbedaan derajat apakah bangsawan atau tidak, semua "sama" derajatnya dengan lokasi yang berada di sekitar muara sungai yang berulak dan di kiri kanan sungai daratan atau "rendah". Diperkirakan dari istilah inilah lokasi pemukiman baru tersebut dinamakan Samarenda atau lama-kelamaan ejaan Samarinda. Istilah atau nama itu memang sesuai dengan keadaan lahan atau lokasi yang terdiri atas dataran rendah dan daerah persawahan yang subur.<ref name="Pemkot Smd"/>
 
Sementara itu, terdapat versi lain mengenai asal-usul nama "Samarendah." Tradisi lisan
penduduk Samarinda menyebutkan, asal-usul nama Samarendah dilatarbelakangi oleh posisi sama rendahnya permukaan Sungai Mahakam dengan pesisir daratan kota yang membentenginya. Tempo dulu, setiap kali air sungai pasang, kawasan tepian kota selalu tenggelam. Selanjutnya, tepian Mahakam mengalami pengurukan/penimbunan berkali-kali hingga kini bertambah 2 meter dari ketinggian semula.
 
[[Oemar Dachlan]] mengungkapkan, asal kata “sama randah” dari [[bahasa Banjar]] karena permukaan tanah yang tetap rendah, tidak bergerak, bukan permukaan sungai yang airnya naik-turun. Ini disebabkan jika patokannya sungai, maka istilahnya adalah “sama tinggi”, bukan “sama rendah”. Sebutan “sama-randah” inilah yang mula-mula disematkan sebagai nama lokasi yang terletak di pinggir sungai Mahakam. Lama-kelamaan nama tersebut berkembang menjadi sebuah lafal yang melodius: “Samarinda”.<ref>Dachlan, Oemar (1978). “Asal-Usul Nama Samarinda Sejak Zaman sebelum Kemerdekaan, Nama Ini Sudah Terkenal di Seluruh Indonesia.” Jakarta: Majalah Bulanan Prima, April 1978) dalam Oemar Dachlan, Kalimantan Timur dengan Aneka Ragam Permasalahan dan Berbagai Peristiwa Bersejarah yang Mewarnainya. Jakarta: Yayasan Bina Ruhui Rahayu, 2000, hlm. 133.</ref>
 
== Geografi dan administrasi ==
Baris 128 ⟶ 106:
=== Pembagian administratif ===
{{utama|Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Samarinda}}
Kota Samarinda terdiri dari 10 kecamatan yang terbagi atas 59 kelurahan. Kecamatan Samarinda Utara merupakan kecamatan dengan luas wilayah terbesar, sedangkan Kecamatan Samarinda Kota memiliki wilayah terkecil.
Secara administratif, Samarinda dibagi menjadi 10 kecamatan<ref>[http://www.samarindakota.go.id/kecamatan Kecamatan di Samarinda]. ''Pemkot Samarinda''. Diakses pada 26 Juni 2012</ref>, antara lain:
 
{{col|2}}
{| class="wikitable"
* [[Loa Janan Ilir, Samarinda|Loa Janan Ilir]]
|-
* [[Palaran, Samarinda|Palaran]]
! No !! Nama Kecamatan !! Luas Wilayah
* [[Samarinda Ilir, Samarinda|Samarinda Ilir]]
|-
* [[Samarinda Kota, Samarinda|Samarinda Kota]]
*| 1 || [[SamarindaLoa SeberangJanan Ilir, Samarinda|SamarindaLoa SeberangJanan Ilir]] || 26,13 km²
|-
* [[Samarinda Ulu, Samarinda|Samarinda Ulu]]
*| 2 || [[Samarinda UtaraPalaran, Samarinda|Samarinda UtaraPalaran]] || 221,29 km²
|-
* [[Sambutan, Samarinda|Sambutan]]
*| 3 || [[SungaiSamarinda KunjangIlir, Samarinda|SungaiSamarinda KunjangIlir]] || 17,18 km²
|-
* [[Sungai Pinang, Samarinda|Sungai Pinang]]
*| 4 || [[Samarinda IlirKota, Samarinda|Samarinda IlirKota]] || 11,12 km²
{{colend}}
|-
| 5 || [[Samarinda Seberang, Samarinda|Samarinda Seberang]] || 12,49 km²
|-
*| 6 || [[Samarinda KotaUlu, Samarinda|Samarinda KotaUlu]] || 22,12 km²
|-
*| 7 || [[Samarinda UluUtara, Samarinda|Samarinda UluUtara]] || 229,52 km²
|-
*| 8 || [[Sambutan, Samarinda|Sambutan]] || 100,95 km²
|-
| 9 || [[Sungai Kunjang, Samarinda|Sungai Kunjang]] || 43,04 km²
|-
*| 10 || [[Sungai Pinang, Samarinda|Sungai Pinang]] || 34,16 km²
|}
 
== Pemerintahan ==