Kota Samarinda: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 18:
|kecamatan = 10
|kelurahan = 59
|penduduk =
|penduduktahun = 2015
|kepadatan = 1132
|suku = [[Suku Kutai|Kutai]], [[Suku Banjar|Banjar]], [[Suku Dayak|Dayak]], [[Suku Bugis|Bugis]], [[Suku Jawa|Jawa]], [[Suku Toraja|Toraja]], [[Suku Sunda|Sunda]], [[Suku Minang|Minang]], [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]]<ref>{{en}} {{cite book|pages=18|url=http://books.google.co.id/books?id=f9T74ges6DIC&lpg=PP1&dq=kalimantan&pg=PT19#v=onepage&q&f=false|title=East Kalimantan: The Decline of a Commercial Aristocracy|first=Burhan Djabier|last=Magenda|publisher=Equinox Publishing|year=2010|isbn=6028397210}}ISBN 978-602-8397-21-6</ref>
|bahasa = [[Bahasa Indonesia|Indonesia]], [[Bahasa Banjar|Banjar]], [[Bahasa Kutai|Kutai]]<ref>{{en icon}} {{cite book|url=http://books.google.co.id/books?id=wsWX4TTfFAEC&lpg=PA47&dq=Insular%20Southeast%20Asia%20banjar%20kutai%20lakes%20malay&pg=PA39#v=onepage&q&f=false|pages=42|title= Insular Southeast Asia: linguistic and cultural studies in honour of Bernd Nothofer|first= Fritz|last=Schulze|coauthors=Holger Warnk |publisher=Otto Harrassowitz Verlag|year=2006|isbn=3447054778}} ISBN 978-3-447-05477-5</ref>
Baris 36:
{{redirect|Samarinda}}
{{wikibooks|Wisata:Samarinda}}
'''Kota Samarinda''' merupakan [[ibu kota]] [[provinsi]] [[Kalimantan Timur]], [[Indonesia]] serta salah satu [[Daftar kota di Indonesia|kota]] terbesar di Kalimantan.
== Sejarah ==
{{artikel|Sejarah Kota Samarinda}}
Samarinda yang dikenal sebagai kota seperti saat ini dulunya adalah salah satu wilayah [[Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura]]. Pada abad ke-13 Masehi (tahun 1201–1300), sebelum dikenalnya nama Samarinda, sudah ada perkampungan penduduk di enam lokasi yaitu [[Pulau Atas, Sambutan, Samarinda|Pulau Atas]], [[Karang Asam]], Karamumus ([[Karang Mumus, Samarinda Kota, Samarinda|Karang Mumus]]), Luah Bakung ([[Loa Bakung, Sungai Kunjang, Samarinda|Loa Bakung]]), Sembuyutan ([[Sambutan, Sambutan, Samarinda|Sambutan]]) dan Mangkupelas ([[Mangkupalas, Samarinda Seberang, Samarinda|Mangkupalas]]). Penyebutan enam kampung di atas tercantum dalam manuskrip surat ''Salasilah Raja Kutai Kartanegara'' yang ditulis oleh Khatib Muhammad Tahir pada 30 Rabiul Awal 1265 [[Hijriyah|H]] (24 Februari 1849 [[Masehi|M]]).<ref>Mees, Constantinus Alting (1935). De Kroniek van Koetai. Sanpoort, p. 134.</ref>
Pada tahun 1565, terjadi migrasi [[suku Banjar]] dari Batang Banyu ke daratan Kalimantan bagian timur. Ketika itu rombongan Banjar dari [[Amuntai]] di bawah pimpinan Aria Manau dari [[Kerajaan Kuripan]] (Hindu) merintis berdirinya [[Kerajaan Sadurangas]] (Pasir Balengkong) di daerah [[Paser]]. Selanjutnya suku Banjar juga menyebar di wilayah Kerajaan Kutai Kartanegara, yang di dalamnya meliputi kawasan di daerah yang sekarang disebut Samarinda.▼
Sejarah bermukimnya suku Banjar di Kalimantan bagian timur pada masa otoritas [[Kerajaan Banjar]] juga dinyatakan oleh tim peneliti dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI (1976): “Bermukimnya suku Banjar di daerah ini untuk pertama kali ialah pada waktu kerajaan Kutai Kertanegara tunduk di bawah kekuasaan Kerajaan Banjar.”<ref>Tim Penyusun (1976). Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Kalimantan Timur. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, hlm. 17.</ref> Inilah yang melatarbelakangi terbentuknya bahasa Banjar sebagai bahasa dominan mayoritas masyarakat Samarinda di kemudian hari, walaupun telah ada beragam suku yang datang, seperti Bugis dan Jawa.<ref>Sarip, Muhammad (2015). Samarinda Bahari, Sejarah 7 Zaman Daerah Samarinda. Samarinda: Komunitas Samarinda Bahari, hlm. 18. ISBN: 978-602-73617-0-6.</ref>▼
▲Pada tahun 1565, terjadi migrasi suku Banjar dari Batang Banyu ke daratan Kalimantan bagian timur. Ketika itu rombongan Banjar dari Amuntai di bawah pimpinan Aria Manau dari Kerajaan Kuripan (Hindu) merintis berdirinya Kerajaan Sadurangas (Pasir Balengkong) di daerah Paser. Selanjutnya suku Banjar juga menyebar di wilayah Kerajaan Kutai Kartanegara, yang di dalamnya meliputi kawasan di daerah yang sekarang disebut Samarinda.
▲Sejarah bermukimnya suku Banjar di Kalimantan bagian timur pada masa otoritas Kerajaan Banjar juga dinyatakan oleh tim peneliti dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI (1976): “Bermukimnya suku Banjar di daerah ini untuk pertama kali ialah pada waktu kerajaan Kutai Kertanegara tunduk di bawah kekuasaan Kerajaan Banjar.”<ref>Tim Penyusun (1976). Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Kalimantan Timur. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, hlm. 17.</ref>
Sekitar tahun 1668, Sultan yang dipertuan Kerajaan Kutai memerintahkan Pua Ado bersama pengikutnya yang asal tanah [[Sulawesi]] membuka perkampungan di [[Samarinda Seberang|Tanah Rendah]]. Pembukaan perkampungan ini dimaksud Sultan Kutai, sebagai daerah pertahanan dari serangan bajak laut asal [[Filipina]] yang sering melakukan perampokan di berbagai daerah pantai wilayah [[kerajaan Kutai Kartanegara]]. Selain itu, Sultan yang dikenal bijaksana ini memang bermaksud memberikan tempat bagi masyarakat Bugis yang mencari suaka ke Kutai akibat peperangan di daerah asal mereka. Perkampungan tersebut oleh Sultan Kutai diberi nama Sama Rendah. Nama ini tentunya bukan asal sebut. Sama Rendah dimaksudkan agar semua penduduk, baik asli maupun pendatang, berderajat sama. Tidak ada perbedaan antara orang [[Suku Bugis|Bugis]], [[Suku Kutai|Kutai]], [[Suku Banjar|Banjar]] dan suku lainnya.
Mengenai asal mula nama Samarinda, terdapat versi lain mengenai asal-usul nama "Samarendah." Tradisi lisan penduduk Samarinda menyebutkan, asal-usul nama Samarendah dilatarbelakangi oleh posisi sama rendahnya permukaan Sungai Mahakam dengan pesisir daratan kota yang membentenginya. Tempo dulu, setiap kali air sungai pasang, kawasan tepian kota selalu tenggelam. Selanjutnya, tepian Mahakam mengalami pengurukan/penimbunan berkali-kali hingga kini bertambah 2 meter dari ketinggian semula.▼
▲penduduk Samarinda menyebutkan, asal-usul nama Samarendah dilatarbelakangi oleh posisi sama rendahnya permukaan Sungai Mahakam dengan pesisir daratan kota yang membentenginya. Tempo dulu, setiap kali air sungai pasang, kawasan tepian kota selalu tenggelam. Selanjutnya, tepian Mahakam mengalami pengurukan/penimbunan berkali-kali hingga kini bertambah 2 meter dari ketinggian semula.
[[Oemar Dachlan]] mengungkapkan, asal kata “sama randah” dari [[bahasa Banjar]] karena permukaan tanah yang tetap rendah, tidak bergerak, bukan permukaan sungai yang airnya naik-turun. Ini disebabkan jika patokannya sungai, maka istilahnya adalah “sama tinggi”, bukan “sama rendah”. Sebutan “sama-randah” inilah yang mula-mula disematkan sebagai nama lokasi yang terletak di pinggir sungai Mahakam. Lama-kelamaan nama tersebut berkembang menjadi sebuah lafal yang melodius: “Samarinda”.<ref>Dachlan, Oemar (1978). “Asal-Usul Nama Samarinda Sejak Zaman sebelum Kemerdekaan, Nama Ini Sudah Terkenal di Seluruh Indonesia.” Jakarta: Majalah Bulanan Prima, April 1978) dalam Oemar Dachlan, Kalimantan Timur dengan Aneka Ragam Permasalahan dan Berbagai Peristiwa Bersejarah yang Mewarnainya. Jakarta: Yayasan Bina Ruhui Rahayu, 2000, hlm. 133.</ref>
== Geografi dan administrasi ==
Baris 128 ⟶ 106:
=== Pembagian administratif ===
{{utama|Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Samarinda}}
Kota Samarinda terdiri dari 10 kecamatan yang terbagi atas 59 kelurahan. Kecamatan Samarinda Utara merupakan kecamatan dengan luas wilayah terbesar, sedangkan Kecamatan Samarinda Kota memiliki wilayah terkecil.
{| class="wikitable"
|-
! No !! Nama Kecamatan !! Luas Wilayah
* [[Samarinda Ilir, Samarinda|Samarinda Ilir]]▼
|-
* [[Samarinda Kota, Samarinda|Samarinda Kota]]▼
|-
* [[Samarinda Ulu, Samarinda|Samarinda Ulu]]▼
|-
* [[Sambutan, Samarinda|Sambutan]]▼
|-
* [[Sungai Pinang, Samarinda|Sungai Pinang]]▼
|-
| 5 || [[Samarinda Seberang, Samarinda|Samarinda Seberang]] || 12,49 km²
|-
|-
|-
|-
| 9 || [[Sungai Kunjang, Samarinda|Sungai Kunjang]] || 43,04 km²
|-
|}
== Pemerintahan ==
|