Pangeran: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 17:
Meskipun sama-sama keturunan penguasa monarki, tetapi para putri memiliki tugas yang berbeda. Biasanya putri tidak diberikan kekuasaan untuk memimpin sebagai adipati sebagaimana para pangeran, kecuali dalam beberapa monarki seperti di Majapahit. Di banyak kebudayaan, tugas utama putri biasanya terkait pernikahan mereka. Melalui pernikahan antar dinasti, diharapkan terjadi jalinan persahabatan antar kerajaan dan kekaisaran. Para permaisuri dari raja dan kaisar Eropa banyak yang merupakan putri dari negara lain. [[Catarina d'Aragón|Katherine dari Aragon]] yang merupakan istri [[Henry VIII dari Inggris|Henry VIII]], Raja Inggris, adalah putri Spanyol. [[Maria Antonia|Marie Antoinette]] yang merupakan istri [[Louis XVI dari Perancis|Louis XVI]], Raja Prancis, awalnya adalah putri dari Kekaisaran Romawi Suci. Dalam beberapa kasus, pernikahan antar dinasti juga akan mengantarkan kepada penyatuan dua kerajaan di masa mendatang. Hal ini memungkinkan bila sang putri adalah pewaris dari kerajaan tersebut. Hal ini terjadi pada pernikahan [[Isabel dari Kastilia|Putri Isabel]], pewaris takhta Kastilia dan Leon, dengan [[Fernando II dari Aragon|Pangeran Fernando]], putra mahkota Kerajaan Aragon, yang pada keberjalanannya akan menjadi penyatuan Spanyol.
 
Di beberapa kebudayaan, pernikahan antar sesama anggota dinasti yang sama juga dilakukan untuk menjaga kemurnian darah. Hal ini terjadi pada masa Mesir Kuno. Seorang firaun kerap menikah dengan saudari tiri mereka. Hal ini juga dilakukan di Jepang pada masa lampau. [[Kaisar Bidatsu]] menikah dengan saudarinya seayah, Putri Nukatabe, yang kemudian juga naik takhta sebagai [[KaisarinaMaharani Suiko]] sepeninggal suami sekaligus saudaranya. [[Kaisar Jomei]] menikahi keponakannya, Putri Takara. Sebagaimana Suiko, Putri Takara juga naik takhta sepeninggal suaminya dengan nama [[KaisarinaMaharani Kōgyoku]].
 
== Gelar pangeran dalam beberapa kebudayaan ==
Dalam penggunaan resminya di [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat|Kesultanan Yogyakarta]], gelar untuk anak laki-laki dengan permaisuri adalah '''Gusti Bendara Pangeran Harya'' (GBPH)''', sedangkan untuk anak laki-laki dengan istri-selir bergelar '''Bendara Pangeran Harya''' '''(BPH)'''. Menantu pria sultan juga mendapat gelar pangeran, seperti suami [[GKR Mangkubumi]] yang bergelar [[Wironegoro|'''Kanjeng Pangeran Harya''']]. Sedangkan di [[Kasunanan Surakarta]], gelar untuk anak laki-laki sunan dengan permaisuri adalah '''Kanjeng Gusti Pangeran Harya'' (KGPH)''', sedangkan anak laki-laki dari istri-selir bergelar '''Bendara Kanjeng Pangeran'' (BKP)'''. Gelar ini diberikan saat sudah dewasa.
 
=== Brunei ===