Orang Arab Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 27:
</tr>
<tr>
<td>[[Berkas:SalimHusein SegafMutahar.jpg|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Habib Luthfi bin Yahya.jpg|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Quraish shihab.jpg|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Menteri FadelMarie Muhammad.jpg|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Salim Segaf.jpg|60x80px]]</td>
</tr>
<tr>
<td><small><div style="line-height:1em">[[SalimH. Segaf Al-JufriMutahar]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Muhammad Luthfi bin Yahya|Habib Luthfi bin Yahya]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Muhammad Quraish Shihab|Quraish Shihab]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[FadelMarie Muhammad|Fadel Muhammad Al-Haddar]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Salim Segaf Al-Jufri]]</small></td>
</tr>
<tr>
<td>[[Berkas:NajwaMenteri ShihabFadel Muhammad.jpg|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:ShireenSalim SungkarSegaf.jpg|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Achmad Albar.jpg|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Najwa Shihab.jpg|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Nabila Syakieb.jpg|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Shireen Sungkar.jpg|60x80px]]</td>
</tr>
<tr>
<td><small><div style="line-height:1em"></small>[[AhmadFadel AlbarMuhammad|Fadel Muhammad al-Haddar]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em"></small>[[NajwaSalim ShihabSegaf Al-Jufri]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em"></small>[[NabilaAhmad SyakiebAlbar]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em"></small>[[ShireenNabila SungkarSyakieb]]</small></td>
</tr>
</table>
|poptime = Lebih dari '''5.000.000'''<ref>Dikutip dari pernyataan Menteri Agama [[Said Agil Husin Al Munawar|Said Agil Al Munawar]] dalam seminar internasional ''Warisan Budaya Arab di Indonesia: Percampuran Budaya Indonesia - Hadramaut (Yaman)'' dari artikel [http://alwishahab.wordpress.com/2009/08/20/hadramaut-dan-para-kapiten-arab/ "Hadramaut dan Para Kapiten Arab"], oleh Alwi Shahab, di muat di Republika, edisi Minggu, 21 Desember 2003.</ref> <ref>{{cite book |title=Ethnic Chinese in Contemporary Indonesia|authorlink=Leo Suryadinata|last=Suryadinata|first=Leo|year=2008|publisher=Chinese Heritage Centre and Institute of Southeast Asian Studies|location=Singapore|isbn=978-981-230-835-1 |ref=harv |page= |pages= |url=https://books.google.com/books?id=UFNKQcvGNSAC&pg=PA29&dq=Arab+Indonesian+-wikipedia&hl=en&ei=YhRRTpCjEcjXrQfi2dmsAg&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=7&ved=0CEcQ6AEwBjgK#v=onepage&q=Arab%20Indonesian%20-wikipedia&f=false|accessdate=}}</ref> <ref name="Hadramaut dan Para Kapiten Arab">{{cite web|url=http://alwishahab.wordpress.com/2009/08/20/hadramaut-dan-para-kapiten-arab/|title=Hadramaut dan Para Kapiten Arab|publisher=|accessdate=24 March 2015}}</ref>
|popplace = [[Jakarta]], [[Jawa Barat]], [[Jawa Tengah]], [[Jawa Timur]], [[Sumatera]], [[Kalimantan]], [[Sulawesi]], dan [[Maluku]].
|langs = [[Bahasa Arab]], [[Bahasa Indonesia]] dan bahasa-bahasa daerah lainnya.
Baris 97:
Di antara marga-marga Hadramaut yang pertama-tama ke Indonesia adalah keluarga [[Basyaiban]], yaitu ''Sayyid Abdurrahman bin Abu Hafs Umar Basyaiban BaAlawi'' pada abad ke-17 Masehi.
 
Pada zaman kejayaan kesultanan-kesultanan Islam di Indonesia, beberapa keturunan Arab dirajakan oleh masyarakat setempat, antara lain di Jawa ([[Kesultanan Demak|Demak]], [[Kesultanan Cirebon|Cirebon]], dan [[Kesultanan Banten|Banten]]), Sumatera ([[Kesultanan Peureulak|Peureulak]], [[Kesultanan Aceh|Aceh]] dan, [[Kesultanan Siak|Siak]], [[Kesultanan Pelalawan|Pelalawan]], dan [[Kesultanan Riau-Lingga|Riau-Lingga]]), dan Kalimantan ([[Kesultanan Sambas|Sambas]], [[Kesultanan Pontianak|Pontianak]], [[Kerajaan Kubu|Kubu]], dan [[Kesultanan Pasir|Pasir]]). Selain itu, sejak lama pula banyak sekali keturunan Arab yang menjadi pedagang, dan mereka tersebar di berbagai penjuru kepulauan Indonesia.
 
Kaum Arab Hadramaut yang datang pada abad ke-18 dan sesudahnya, tidak banyak melakukan pernikahan dengan penduduk asli sebagaimana gelombang kedatangan yang sebelumnya. Mereka datang sudah membawa nama marga-marga yang terbentuk belakangan (sekitar abad 16-17). Keturunan kaum Arab Hadramaut yang datang belakangan ini, masih mudah dikenali melalui nama-nama khas marga mereka. Warga Arab-Indonesia sampai saat ini turut berperan aktif dalam bidang keagamaan Islam dan berbagai bidang kehidupan lainnya di Indonesia.<ref name=":5">{{Cite news|url=http://antimateri.com/kaum-arab-hadrami-di-indonesia-sejarah-dan-dimanika-diasporanya-2/|title=Kaum Arab Hadrami di Indonesia: Sejarah dan Dinamika Diasporanya #2|last=Saefullah|first=Hikmawan|date=2013-08-11|newspaper=antimateri.com|language=en-US|access-date=2017-04-18}}</ref>
Baris 103:
== Bangsa Arab dan Kerajaan Nusantara ==
<gallery mode="packed" caption="Raja-raja Nusantara berdarah Arab-Indonesia" heights="170">
Berkas:Sunan Gunung Jati, Cirebon.jpg|[[Sunan Gunung Jati|Syarif Hidayatullah]], raja ke-2 [[Kesultanan Cirebon]]
Berkas:Maulana Hasanuddin of Banten.jpg|[[Maulana Hasanuddin dari Banten|Sultan Maulana Hasanuddin]], Raja pertama [[Kesultanan Banten]]
Berkas:Sultan Muhammad Syafiuddin II.jpg|[[Muhammad Syafiuddin II dari Sambas|Sultan Muhammad Syafiuddin II]], raja ke-13 [[Kesultanan Sambas]]
Berkas:Sultan Hamid II.jpg|[[Sultan Hamid II|Sultan Syarif Abdul Hamid Alkadrie]], Raja terakhir [[Kesultanan Pontianak]]
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Sultan van Siak TMnr 60027152.jpg|[[Syarif Kasim II|Sultan Syarif Kasim II]], Raja terakhir [[Kesultanan Siak Sri Inderapura]]
Berkas:Syarif Harun dari Pelalawan.jpg|[[Syarif Harun|Sultan Syarif Harun]], Raja terakhir [[Kesultanan Pelalawan]]
Berkas:Abdul Rahman II.jpg|[[:ms:Sultan Abdul Rahman II Muazzam Shah|Sultan Abdul Rahman II Muazzam Shah]], raja terakhir [[Kesultanan Riau-Lingga]]
Berkas:Syarif Saleh al-Aydrus dari Kubu.jpg|[[Syarif Saleh al-Aydrus dari Kubu|Sultan Syarif Saleh al-Aydrus]], Raja ke-8 [[Kerajaan Kubu]]
Berkas:Sultan Muhammad Syafiuddin II.jpg|[[Muhammad Syafiuddin II dari Sambas|Sultan Muhammad Syafiuddin II]], raja ke-13 [[Kesultanan Sambas]]
Berkas:Sultan Ibrahim Chaliluddin, Sultan Paser.jpg|[[Ibrahim Chaliluddin dari Paser|Sultan Ibrahim Chaliludin]], raja terakhir [[Kesultanan Paser]]
Berkas:Abdul Rahman II.jpg|[[:ms:Sultan Abdul Rahman II Muazzam Shah|Sultan Abdul Rahman II Muazzam Shah]], raja terakhir [[Kesultanan Riau-Lingga]]
</gallery>Dalam sejarah pembentukan kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara tidak terlepas dari pengaruh komunitas [[Alawiyyin|Ba' Alawi]] atau para [[Sayyid]] (Syihab, 2004:237-238), antara lain<ref name=":4" />:
 
Baris 116 ⟶ 117:
{{main|Kesultanan Peureulak}}
[[Kesultanan Peureulak|Kerajaan Peureulak]] Didirikan tahun 225 [[Hijriyah]] / 840 [[Masehi]] oleh Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Aziz Syah. Ia adalah putra dari Sayyid Ali bin Muhammad Dibaj bin Ja'far Shadiq, generasi ke 8 dari Rasulullah S.A.W.
 
=== Kesultanan Siak Sri Inderapura ===
{{main|=== Kesultanan Siak}}Demak ===
{{main|Kesultanan Demak}}[[Kesultanan Demak|Sultan Demak]] pertama adalah [[Raden Patah]], ia adalah murid dan menantu [[Sunan Ampel]]. Menurut data sejarah dari al-Habib Hadi bin Abdullah al-Haddar dan al-Habib Bahruddin Azmatkhan Ba’Alawi, Raden Patah adalah putera dari Sultan Abu Abdullah (Wan Bo atau [[Kerajaan Champa|Raja Champa]]) bin Ali Nurul Alam bin [[Jamaluddin Akbar al-Husaini|Maulana Husain Jumadil Kubro]] bin Ahmad Syah Jalaluddin bin Abdullah Azmatkhan bin Abdul Malik bin Alawi Amal al-Faqih bin [[Muhammad Shahib Mirbath]]. Menurutnya, terjadi pemutar balikan sejarah terkait nasab Raden Patah oleh tokoh-tokoh orientalis Belanda pada waktu itu yang menyimpangkan nasab Raden Patah kepada [[Brawijaya V]] atau Bhre Kertabumi, [[Kerajaan Majapahit|Raja Majapahit]] terakhir dari Dinasti Raden Wijaya, yang bahkan kekeliruan sejarah tersebut juga tercantum dalam Babad Tanah Jawi Galuh Mataram.<ref>{{Cite web|url=http://www.malaya.or.id/index.php/2015/07/24/manaqib-raden-fattah-azmatkhan-1424-1518-masehi/|title=Manaqib Raden Fattah Azmatkhan 1424–1518 Masehi – MALAYA Culture {{!}} Yayasan Alam Melayu Sriwijaya|website=www.malaya.or.id|language=id-ID|access-date=2017-04-26}}</ref><ref>{{Cite news|url=http://ranji.sarkub.com/bukti-bukti-pemalsuan-nasab-raden-patah-demak-yang-tertolak-oleh-ranji-silsilah-kesultanan-cirebon-dan-kesultanan-banten/|title=BUKTI BUKTI PEMALSUAN NASAB RADEN PATAH DEMAK YANG TERTOLAK OLEH RANJI SILSILAH KESULTANAN CIREBON DAN KESULTANAN BANTEN {{!}} Ranji Sarkub|date=2015-05-10|newspaper=Ranji Sarkub|language=id-ID|access-date=2017-04-26}}</ref>
[[Kesultanan Siak]] menjadi kerajaan Islam pada tahun 1723 [[Masehi]]. Sejak Sultan ke VII, tampuk pimpinan dipegang oleh anak cucu dari Sayyid Usman bin Syihabuddin. Pada zaman Sultan ke XII, [[Syarif Kasim II dari Siak|Sultan Syarif Kasim II]], selaku [[Yang Dipertuan Besar Siak|Sultan Siak]] terakhir, telah secara ikhlas mempercepat proses kemerdekaan dan kesatuan wilayah Indonesia dengan menyerahkan dan memasukkan [[Kesultanan Siak]] dalam [[Negara Kesatuan Republik Indonesia]].
 
=== Kesultanan Banten ===
{{main|Kesultanan Banten}}
[[Kesultanan Banten]] didirikan pada tahun 1568 [[Masehi]] oleh [[Maulana Hasanuddin dari Banten|Sultan Maulana Hasanuddin]] atas perintah dan restu ayahnya, [[Sunan Gunung Jati|Sultan Syarif Hidayatullah bin Syarif Abdullah]] dari [[Kesultanan Cirebon]], salah seorang dari [[Walisongo]].
 
=== Kesultanan Cirebon ===
{{main|Kesultanan Cirebon}}[[Kesultanan Cirebon]] didirikan oleh Raden Walangsungsang (Pangeran Cakrabuana) pada tahun 1430 [[Masehi]], putera sulung [[Prabu Siliwangi|Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi]] dengan Nyai Subanglarang. Pada tahun 1479, Pangeran Walangsungsang menyerahkan kekuasaan atas [[Kesultanan Cirebon]] kepada keponakannya, [[Sunan Gunung Jati]] (Syarif Hidayatullah) dan menobatkannya sebagai raja ke-2 [[Kesultanan Cirebon]].
 
=== Kesultanan Siak Sri Inderapura ===
{{main|Kesultanan AcehSiak}}
[[Kesultanan Siak]] menjadi kerajaan Islam pada tahun 1723 [[Masehi]]. Sejak Sultan ke VII, tampuk pimpinan dipegang oleh anak cucu dari Sayyid Usman bin Syihabuddin. Pada zaman Sultan ke XII, [[Syarif Kasim II dari Siak|Sultan Syarif Kasim II]], selaku [[Yang Dipertuan Besar Siak|Sultan Siak]] terakhir, telah secara ikhlas mempercepat proses kemerdekaan dan kesatuan wilayah Indonesia dengan menyerahkan dan memasukkan [[Kesultanan Siak]] dalam [[Negara Kesatuan Republik Indonesia]].
 
=== Kerajaan Pelalawan ===
{{main|Kesultanan Pelalawan}}
Raja pertama [[Kesultanan Pelalawan]] yang berdaulat adalah [[Syarif Abdurrahman|Sultan Syarif Abdurrahman]], adik dari [[Sayyid Ali dari Siak|Sultan Syarif Ali dari Siak]] dan putera dari Sayyid Utsman bin Abdurrahman bin Sa'id yang menikah dengan Puteri Sultan Siak ke 4.
=== Kesultanan Pontianak ===
{{main|Kesultanan Pontianak}}
Baris 128 ⟶ 141:
{{main|Kerajaan Kubu}}
[[Kerajaan Kubu]] didirikan pada tahun 1911 H / 1778M, Sultan pertamanya adalah Syarif Idrus bin Abdurrahman Alaydrus. Pada tahun 1958 M, Sultan Kubu terakhir, Syarif Hasan bin Zen ‘Alaydrus, menyerahkan kesultanan ke pemerintah [[Republik Indonesia]].
 
=== Kerajaan Pelalawan ===
=== Kerajaan Sabamban ===
{{main|Kesultanan Pelalawan}}
{{main|Sabamban}}[[Sabamban|Kerajaan Sabamban]] didirikan oleh [[Pangeran Sjarif Ali Al Aidroes|Pangeran Syarif Ali bin Syarif Abdurrahman Alaydrus]], cucu dari Syarif Idrus bin Abdurrahman Alaydrus, raja pertama [[Kerajaan Kubu]]. Setelah [[Pangeran Sjarif Ali Al Aidroes|Pangeran Syarif Ali]] wafat, cucunya yang bernama Pangeran Syarif Qasim bin Syarif Hasan Alaydrus diangkat menjadi raja kedua Kerajaan Sabamban.
Raja pertama [[Kesultanan Pelalawan]] yang berdaulat adalah [[Syarif Abdurrahman|Sultan Syarif Abdurrahman]], adik dari [[Sayyid Ali dari Siak|Sultan Syarif Ali dari Siak]] dan putera dari Sayyid Utsman bin Abdurrahman bin Sa'id yang menikah dengan Puteri Sultan Siak ke 4
 
=== Kesultanan Cirebon ===
{{main|=== Kesultanan Cirebon}}Riau-Lingga ===
{{main|Kesultanan Riau-Lingga}}Raja pertama [[Kesultanan Riau-Lingga]] adalah [[Ms:Sultan Abdul Rahman Muazzam Shah|Sultan Abdul Rahman Muazzam Shah]] (berkuasa dari tahun [[1819]] - [[1832]]) yang junga merupakan [[Sultan Johor]] ke-17, ia adalah putra dari [[Ms:Sultan Mahmud Shah III|Sultan Mahmud Shah III]], raja ke-16 [[Kesultanan Johor]]. [[Ms:Sultan Abdul Rahman Muazzam Shah|Sultan Abdul Rahman Muazzam Shah]] merupakan keturunan dari [[Ms:Tun Habib Abdul Majid|Tun Habib Abdul Majid]], Bendahara Kesultanan Johor yang ke-19.
=== Kesultanan Demak ===
 
{{main|Kesultanan Demak}}
=== Kesultanan Sambas ===
{{main|Kesultanan Sambas}}Raja Islam pertama [[Kesultanan Sambas]] adalah Raden Sulaiman, yang dinobatkan pada tahun 1671 dengan gelar Sultan Muhammad Syafiuddin I. Raden Sulaiman merupakan putera dari Sultan Sarawak pertama, Pangeran Muda Tengah bin Sultan Muhammad Hasan. Kakeknya, [[Ms:Sultan Muhammad Hasan|Sultan Muhammad Hasan]] merupakan [[Daftar Sultan Brunei|Sultan Brunei]] ke-10. Dari silsilah [[Ms:Sultan Muhammad Hasan|Sultan Muhammad Hasan]] inilah, Raden Sulaiman memiliki garis keturunan kepada [[Syarif Ali dari Brunei|Sultan Syarif Ali]] dari [[Tha'if]], [[Daftar Sultan Brunei|Sultan Brunei]] ke-4 yang merupakan menantu dari Sultan Brunei ke-3 [[Ahmad (Brunei)|Sultan Ahmad]].<ref>{{Cite web|url=http://melayuonline.com/ind/history/dig/67/kesultanan-sambas|title=Kesultanan Sambas {{!}} Melayu Online|website=melayuonline.com|access-date=2017-04-26}}</ref>
{{main|Kesultanan Sambas}}
 
=== Kerajaan Aceh ===
{{main|Kesultanan Aceh}}[[Kesultanan Aceh]] didirikan oleh [[Ali Mughayat Syah dari Aceh|Ali Mughayat Syah]] dari Dinasti Meukuta Alam. Pada perkembangan selanjutnya, [[Kesultanan Aceh]] dipimpin oleh beberapa dinasti, diantaranya adalah [[Sultan Perak|Keturunan Dinasti Perak]], [[Kerajaan Inderapura|Keturunan Inderapura]], Dinasti Darul-Kamal, [[Sultan Pahang|Keturunan Dinasti Pahang]], [[Alawiyyin|Dinasti Syarif Jamalullail]], hingga yang terakhir adalah Dinasti Bugis.
{{main|Kesultanan Aceh}}
 
[[Kesultanan Aceh]] selama 28 tahun dipimpin oleh [[Alawiyyin|Dinasti Syarif Jamalullail]], dari [[Badrul Alam dari Aceh|Sultan Badrul Alam Syarif Hasyim Jamaluddin]] (berkuasa dari tahun [[1699]] - [[1702]]) hingga [[Syamsul Alam dari Aceh|Sultan Syamsul Alam]] (berkuasa dari tahun [[1726]] - [[1727]]).<ref>{{Cite web|url=http://islamidia.com/inilah-anak-cucu-nabi-muhammad-di-indonesia/|title=Inilah Anak Cucu Nabi Muhammad di Indonesia {{!}} islamidia.com|website=islamidia.com|access-date=2017-04-26}}</ref>
 
=== Kerajaan Pasir ===
{{main|Kerajaan Pasir}}Penguasa pertama [[Kerajaan Pasir]] adalah Putri Betung atau Putri Di Dalam Petung. Putri Betung menikah dengan seorang keturunan Arab bernama '''Pangeran Indera Jaya''' dari [[Gresik]] dan dikaruniai dua orang anak, '''Adjie Patih Indra''' dan '''Putri Adjie Meter'''. Pada perkembangan selanjutnya, Adjie Patih menggantikan kedudukan ibunya sebagai raja di [[Kerajaan Pasir]]. Sedangkan Putri Adjie Meter menikah dengan seorang Arab keturunan [[Alawiyyin|Ba' Alawi]] dari [[Kesultanan Mempawah]]. Suami dari Putri Adjie Meter inilah yang kemudian menyebarkan agama Islam di [[Kerajaan Pasir]] sekitar tahun [[1600]] [[Masehi]]. <ref>{{Cite web|url=http://kesultanan_pasir.tripod.com/sadurangas/id02.html|title=KERAJAAN PASIR BALENGKONG (SADURANGAS)|website=kesultanan_pasir.tripod.com|access-date=2017-04-26}}</ref>
{{main|Kerajaan Pasir}}
 
Pernikahan antara Putri Adjie Meter dengan seorang Arab keturunan [[Alawiyyin|Ba' Alawi]] dari Mempawah dikaruniai dua orang anak, '''Imam Mustafa''' dan '''Putri Ratna Berana'''. Putri Ratna Berana kemudian dinikahkan dengan '''Adjie Anum bin Adjie Patih Indra'''. Keturunan dari pernikahan antara Putri Ratna Berana dan Adjie Anum inilah yang nantinya akan menurunkan raja-raja di [[Kerajaan Pasir]].<ref>{{Cite web|url=http://melayuonline.com/ind/history/dig/496/kesultanan-pasir|title=Kesultanan Pasir (Sadurangas) {{!}} Melayu Online|website=melayuonline.com|access-date=2017-04-26}}</ref>
 
== Galeri ==
<gallery mode="packed" caption="Arab-Indonesia" heights="170">