Perjanjian Giyanti: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler
AdrianusFarrell (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 7:
[[Berkas:msGiyanti.jpg|thumb|Naskah Perjanjian Giyanti 1755]]
 
Menurut dokumen register harian '''N. Hartingh''' (Gubernur [[VOC]] untuk Jawa Utara), pada tanggal [[10 September]] [[1754]] N. Hartingh berangkat dari [[Semarang]] untuk menemui '''Pangeran Mangkubumi'''. Pertemuan dengan [[Hamengkubuwana I|Pangeran Mangkubumi]] sendiri baru pada [[22 September]] [[1754]]. Pada hari berikutnya diadakan perundingan yang tertutup dan hanya dihadiri oleh sedikit orang. [[Pangeran Mangkubumi]] didampingi oleh '''Pangeran Notokusumo''' dan '''Tumenggung Ronggo'''. Hartingh didampingi '''Breton''', Kapten '''Donkel''', dan sekretaris '''Fockens'''. Sedangkan yang menjadi juru bahasa adalah '''Pendeta Bastani'''.
 
Pembicaraan pertama mengenai pembagian Mataram. N. Hartingh menyatakan keberatan karena tidak mungkin ada dua buah matahari. Mangkubumi menyatakan di [[Cirebon]] ada lebih dari satu Sultan. Hartingh menawarkan [[Mataram]] sebelah timur. Usul ini ditolak sang Pangeran. Perundingan berjalan kurang lancar karena masih ada kecurigaan di antara mereka. Akhirnya setelah bersumpah untuk tidak saling melanggar janji maka pembicaraan menjadi lancar. Kembali Gubernur [[VOC]] mengusulkan agar Mangkubumi jangan menggunakan gelar Sunan, dan menentukan daerah mana saja yang akan dikuasai oleh dia. Mangkubumi berkeberatan melepas gelar Sunan karena sejak 5 tahun lalu diakui rakyat sebagai Sunan. (Pangeran Mangkubumi diangkat sebagai Sunan [Yang Dipertuan] atas kerajaan [[Mataram]] ketika [[Paku Buwono II]] wafat di daerah '''Kabanaran''', bersamaan [[VOC]] melantik Adipati Anom menjadi [[Paku Buwono III]]).