Situraja, Sumedang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 85:
=== Situraja Utara ===
Bersama Desa Situraja, Desa Situraja Utara merupakan ibu kota Kecamatan Situraja. Di desa ini terdapat Kantor Polsek, Puskesmas, PDAM, Bank BRI Cabang Pembantu Situraja, Waroeng BJB, BMT Al-Amanah, beberapa unit ATM (BRI, BJB, dan BNI), Perum Pegadaian, dealer Sepeda Motor, Apotik, beberapa toko dan minimarket, serta sekolah SMK Perbankan Syariah.
=== Sukatali ===
Desa Sukatali berada di perbatasan Kecamatan Ganeas dan Kecamatan Situraja, yaitu jalan antara Sumedang-Wado, atau dikenal juga dengan nama Jl. Rd. Umar Wirahadikusumah. Kepala Desanya saat ini adalah Ade Ratna Wulan.
 
Mengenal Desa Sukatali
 
Mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani dan buruh kebun sawo. Ada banyak kios-kios penjual sawo di sepanjang jalan desa ini. Toko-toko semakin banyak bermunculan, mulai dari toko sparepart motor, sparepart sepeda, alat listrik, perkakas, alat pertanian, bahan bangunan, furnitur, handphone, alat tulis, sembako, air minum isi ulang, agen gas LPG, tempat pembayaran listrik, telepon dan PAM, toko serba ada, koperasi, rental PS, dan lain-lain. Terdapat pula bengkel sepeda motor, bengkel mobil, dan bengkel las. Desa ini berkembang sangat pesat, bahkan kabel optik pun telah ditanam. Prasarana sekolah telah lengkap dibangun, mulai dari Playgroup, TK, SD, SMP, hingga SMK dan pesantren. Sukatali pernah mendapat predikat desa terbaik se-Kecamatan versi PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat).
 
Di desa ini juga telah dibentuk radio komunitas yang diberi nama e-channel, dengan motto "Sinergi anak bangsa, berkarya tanpa narkoba". Beberapa penyiarnya adalah Teh Riri, Bunda Zalfa, Mas Arjuno, Cute Boy, Ayah Boboko, Kang Doyok, Kang Deden, Haji Dahlia, Kang Arai, Melon, dll.
 
Desa Sukatali juga dikenal sebagai tempat garasi angkot (angkutan kota) jurusan Sumedang-Cileunyi, yaitu garasi Dahlia dan Garuda Jaya; serta angkot jurusan Sumedang-Situraja, yaitu garasi Dahlia, Mawar dan Mawar Putra.
 
Sawo Sukatali
 
Sukatali terkenal sebagai daerah penghasil buah sawo unggul, karena selain rasanya yang manis, ukurannya juga cukup besar. Namun pembeli sering terkecoh mengira buah sawo yang dijual masih mentah, karena daging buah yang matang memang mengkal. Bibit sawo Sukatali berupa cangkokan banyak diminati, sehingga telah dikirim ke berbagai daerah.
 
Sawo sukatali jenis apel kapas merupakan primadona dari sekian jenis sawo yang rasa manisnya khas. Buah ini terakhir kali diubah namanya menjadi sawo sukatali ST1 oleh Dinas Pertanian Sumedang setelahu penyerahan sertifikat oleh Menteri Pertanian era Bungaran Saragih pada tahun 2002. Sawo sukatali ST1 berhasil mengharumkan nama Desa Sukatali di berbagai daerah serta mengangkat nama daerah tersebut sehingga menjadi tak asing lagi di kawasan Sumedang.
 
Konon menurut salah satu sesepuh Sukatali, pertama kali pohon sawo ditanam di wilayah Sukatali oleh orang yang bernama Satir, seorang warga Sukatali yang menjadi abdi dalem pada waktu zaman Pangeran Mekah (Pangeran Suriatmadja). Satir, seperti yang dituturkan oleh Kepala Desa Sukatali Ny. Ade Ratna Wulan adalah warga Sukatali yang disuruh oleh Pangeran Mekah untuk menanam sawo di depan halaman rumahnya.
 
“Eta sawo saurna sawo ti Belanda, tah ku Kanjeng Dalem (Pangeran Mekah) dipasihkeun ka Satir kanggo dipelak di payuneun bumina. Malah Kanjeng Dalem teh nyarios yen engke mun eta sawo tos dipelak, Sukatali bisa terkenal. (Sawo tersebut katanya berasal dari Belanda, oleh Kanjeng Dalem (Pangeran Mekah) diberikan kepada Satir untuk ditanam di (halaman) depan rumahnya. Malah Kanjeng Dalem berkata bahwa nanti kalau sawo itu sudah ditanam, Sukatali bisa terkenal),” tutur Ade Ratna Wulan mengutip cerita sepuh Sukatali terdahulu.
 
Terlepas dari adanya kepercayaan terhadap “saciduh metu saucap nyata”-nya Kanjeng Dalem, pada dasarnya, kata Ade, menurut penelitian memang tanah di Sukatali sangatlah subur, sehingga apapun pohon yang ditanam di wilayahnya akan tumbuh dengan baik.
 
“Banyak yang melakukan kajian baik itu dari instansi sampai mahasiswa yang meneliti sawo di wilayah kami. Mereka umumnya mengatakan tanah di Sukatali sangat subur,” ujarnya.
 
Namun begitu, kata Ade, khusus untuk pohon sawo memang benar-benar tumbuh dengan baik dan sampai sekarang warganya sebagian besar mempunyai pohon sawo, baik itu di kebun maupun di halaman rumah.
 
“Ini sudah semacam sugesti warga, bahwa pohon sawo tak bisa dilepaskan dari kami. Dan sawolah yang sampai saat ini menjadi sarana meningkatkan ekonomi,” ungkap Ade.
 
Ade percaya, terkenalnya sawo Sukatali karena sejumlah keistimewaannya yang tidak bisa didapat dari sawo yang tumbuh di daerah lain.
 
“Banyak sawo dari daerah lain, tapi bisa dibedakan dengan sawo Sukatali yang mempunyai kelebihan dari rasa dan dagingnya. Hal itu menandakan sawo kami tak akan ada yang menyaingi dan tidak akan ada yang sama,” tegasnya.
 
Ke depan, Ade dan warga Sukatali berharap pada pemerintah agar dibuatkan sentral sawo berupa “outlet” atau sejenisnya untuk tempat promosi sekaligus menampung warganya yang berdagang di kios-kios pinggir jalan. Hal itu untuk mengundang pembeli yang lewat melintasi Jalan Raya Sumedang-Wado yang juga merupakan akses alternatif jalan tengah provinsi.
 
“Ya, harapan itu harus ada, termasuk bagaimana kami mengemas cara penyajian dan memperlakukan sawo sebagai aset yang harus dibanggakan dan menjadi buah yang enak dikonsumsi pembeli,” ujar salah seorang warga Sukatali.
 
Para pedagang di jalur Wado mengaku sampai saat ini merasa tertolong dengan adanya buah sawo yang menjadi komoditas dagangannya. Sudah seharusnya semua elemen untuk menjaga keaslian dan kualitas sawo Sukatali agar komoditas unggulan Sumedang tersebut abadi, terlebih lagi buah ini sudah mendapat sertifikasi dari pemerintah.