Suku Dayak Lawangan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k cosmetic changes, removed stub tag
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: penggantian teks otomatis (- didalam, + di dalam)
Baris 279:
Setelah peti besi itu diterima oleh Kakah Ukop, berpesanlah orang dari sebelah dan mengatakan kepada dia, peti ini jangan dibuka olehmu sebelum sampai ke tempatmu.
 
Dengan perasaan sangat cemas Kakah Ukop kembali dengan alat-alat yang dibawanya, disertai tanda tanya memenuhi pikirannya, apa yang sebenarnya didalamdi dalam peti besi ini.
 
Lama-kelamaan sampailah dia pada daratan, entah dimana Kakah Ukop masih belum mengetahui dengan jelas, bangkitlah dia dengan membawa peti besi itu beserta gong. Dalam keadaan yang sangat letih, beristirahatlah dia untuk melepas lelah lalu teringatlah dia akan peti besi itu tetapi lupa akan isi pesan dari orang yang memberikannya, karena menurut perasaan Kakah Ukop, dia telah sampai ke tempat asalnya maka peti besi itu dibuka ternyata keluarlah berduyun-duyun bercorak ragam manusia dari dalamnya. Dia meneliti tempat itu ternyata masih belum sampai pada tempat asalnya. Langsung peti itu ditutup kembali dan meneruskan perjalanan menuju daerah Pasir Kenilo. Nama tempat dimana Kakah Ukop membuka peti itu adalah KAYUN TANGI.
Baris 317:
sekarang tinggal nama AYUS dan INTONG yang berangkat meninggalkan kampung KAYUN TANGI mudik mensiwah ine menuju ke daerah LENDOK OLENG LUTUNG yaitu yang dikatakan PASAR ARBA BENUA LAWAS dan juga yang dikatakan KAYUN TANGI yaitu BANJARMASIN. Setelah Ayus dan Intong sampai di Lendok Oleng Lutung. Mereka berdua banyak melakukan pembangunan atau bermufakat untuk mengadakan tempat ibadah untuk tempat beramal. Dikarenakan pembangunan tempat ibadah mengalami sedikit keterlambatan maka masyarakat setempat terpaksa pergi beribadah ke tempat lain. Kalau tidak disebabkan hal itu pilihan masyarakat ke Pasar Arba Benua Lawas saja.
 
Lama kelamaan masyarakat tersebut mengatur amal dan ibadahnya di Lendok Oleng Lutung. Lalu berkatalah si Intong kepada saudaranya si Ayus, kata si Intong "Saya mau mengikuti adik kita si Tia Pelule karena menurut berita dia sudah memeluk Islam, saya mau menemui dia dan saya mau pergi haji ke Mekah Medinah menuruti si Tia Pelule". Setelah si Intong berangkat ke Mekah Medinah maka selamatlah dia didalamdi dalam perjalanan dan masyarakat tersebut mengikuti jejaknya untuk pergi haji. Setelah pulang dari Mekah Medinah, sampailah dia di daerah Kayun Ganji. Pada waktu perjalanan si Intong ke Kayun Ganji, kapal yang ditumpanginya terbalik diisap oleh pohon Kayun Ganji hanya satu orang yang selamat dan hidup yaitu si Intong. Sadar bahwa hanya dia yang selamat, segeralah dia naik keatas pohon Kayun Ganji. Sesampainya diatas pohon dilihatnya ada seekor burung, yang bernama MANUK BALANG BULAU atau Burung Garuda. Lalu pikir si Intong lebih baik saya berpegang di taji Manuk Balang Bulau ini, biarlah kemana saja ini nanti sampainya dibawa terbang oelh burung itu. Tidak lama kemudian Manuk Balang Bulau ini terbang. Sekian lamanya burung garuda ini terbang turunlah di daerah PADANG MELUKA. Si Manuk Balang Bulau tadi turun disitu dan memangsa seekor lembu lalu dengan sigap si Intong turun dari taji burung garuda ini ke daratan. Berjalanlah dia menyusuri Padang Meluka .Karena si Intong belum tahu arah tujuannya sehingga didalamdi dalam perjalanan dia menemukan sungai, sungai itu airnya yang sebelah agak keruh dan yang sebelah lagi agak jernih.
 
"Oh si Intong selalu berkata didalamdi dalam hatinya, apakah ini yang diceritakan oleh orang-orang tua dahulu yang dimaksud dengan sungai SEREMALIK?". Menurut cerita bila air sungai ini disentuh dengan jari maka jarinya dapat berubah menjadi batu. Dicobalah oleh si Intong menyentuh air sungai itu dengan jarinya pada bagian air yang keruh maka langsung jari si Intong membeku menjadi batu.
 
Lalu dia meneruskan perjalanannya. DidalamDi dalam perjalannya sampailah dia pada sebuah kampung, yang bernama kampung TERANTANG BINI.
 
Setiap laki-laki yang memasuki kampung itu selalu lekas mati karena dikeroyok oleh kaum perempuan penduduk kampung ini. Maka si Intong langsung menemui pimpinan kampung ini, singkat cerita si Intong menikah dengan pimpinan kampung ini. Dengan memakai keahlian yang dia miliki (jari telunjuk kirinya yang telah berubah menjadi batu tersebut). Selamatlah si Intong dalam menjalani perkawinannya. Dan segala hal yang dapat mematikan bagi kaum laki-laki di kampung ini, sejak itu amanlah kampung Terantang Bini. Si Intong beralih namanya menjadi HAJI BATU. Dan kampung Teratang Bini pun berubah namanya menjadi ARPAH. Si Intong menjadi pimpinan di daerah Arpah. Maka tamatlah riwayat si Intong.