Ikan asin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Andri.h (bicara | kontrib)
-kat
Borgxbot (bicara | kontrib)
k Robot: Cosmetic changes
Baris 1:
[[GambarBerkas:Ikan_asin_salted_fish.jpg|thumb|240px|Ikan asin di pasar tradisional]]
'''Ikan asin''' adalah bahan makanan yang terbuat dari daging [[ikan]] yang diawetkan dengan menambahkan banyak [[garam]]. Dengan metode pengawetan ini daging ikan yang biasanya membusuk dalam waktu singkat dapat disimpan di suhu kamar untuk jangka waktu berbulan-bulan, walaupun biasanya harus ditutup rapat.
 
== Prosesnya ==
[[ImageBerkas:Salt fish dip 070826-292 mank.jpg|thumb|left|220px|Ikan layang tengah direndam dan ditaburi garam. [[Muara Angke]] ]]
Beraneka jenis ikan yang biasa diasinkan, baik [[ikan darat]] maupun [[ikan laut]]. Ikan-ikan ini dikumpulkan dalam suatu wadah dan lalu ditaburi atau direndam dalam larutan garam pekat. Ikan-ikan yang besar biasanya dibelah atau dipotong-potong lebih dulu agar garam mudah meresap ke dalam daging.
 
[[ImageBerkas:Sun_drying 070826-306 mank.jpg|thumb|left|220px|Menjemur ikan asin di pelataran PHPT Muara Angke]]
Karena perbedaan kepekatan dan tekanan [[osmosis]], kristal-kristal garam akan menarik cairan sel dalam daging ikan keluar dari tubuhnya. Sementara itu partikel garam meresap masuk ke dalam daging ikan. Proses ini berlangsung hingga tercapai keseimbangan konsentrasi garam di luar dan di dalam daging.
 
Konsentrasi garam yang tinggi dan menyusutnya cairan sel akan menghentikan proses [[autolisis]] dan menghambat pertumbuhan [[bakteri]] dalam daging ikan.
Baris 13:
Setelah itu, ikan-ikan ini dijemur, direbus atau difermentasi untuk meningkatkan keawetannya.
 
== Faktor-faktor yang berpengaruh ==
Kecepatan [[penetrasi]] garam ke dalam tubuh ikan dipengaruhi oleh beberapa hal. Di antaranya:
* ''Konsentrasi garam''
: Semakin tinggi konsentrasi garam yang digunakan, semakin cepat proses masuknya garam ke dalam daging ikan. Akan lebih baik apabila digunakan garam kristal untuk mengasinkan.
* ''Jenis garam''
: Garam murni (NaCl 95%) lebih mudah diserap dan menghasilkan ikan asin dengan kualitas yang lebih baik. Garam rakyat mengandung unsur-unsur lain (Mg, Ca, senyawa [[sulfat]]), kotoran, bakteri dan lain-lain yang dapat menghambat penetrasi garam dan merusak rasa ikan.
 
* ''Ketebalan daging ikan''
: Semakin tebal daging ikan, proses pengasinan akan membutuhkan waktu yang semakin lama dan garam yang lebih banyak. Sehingga ikan-ikan besar biasanya dibelah-belah, dikeping atau diiris tipis sebelum diasinkan.
 
* ''Kadar lemak dalam daging''
Baris 27:
 
* ''Kesegaran daging ikan''
: Ikan yang kurang segar memiliki daging yang lebih lunak dan cairan tubuh yang mudah keluar, sehingga proses pengasinan bisa lebih cepat. Namun juga garam yang masuk dapat terlalu banyak sehingga ikan menjadi terlalu asin dan kaku.
 
* ''Suhu daging ikan''
: Semakin tinggi suhu daging ikan, semakin cepat garam masuk ke dalam tubuh ikan.
 
== Ikan asin dan bahan pengawet berbahaya ==
Pengolahan ikan asin secara tradisional hampir selalu membutuhkan bantuan sinar [[matahari]] untuk mempercepat pengeringan, dan mencegah agar ikan tidak menjadi busuk.
 
Masalahnya matahari tidak selalu bersinar dengan cukup setiap harinya, terutama di [[musim hujan]] di mana [[awan]] [[mendung]] seringkali menutupi langit. Akibatnya, banyak ikan yang tidak terawetkan dengan baik, menurun kualitasnya, dan bahkan menjadi busuk.
 
Untuk mengurangi kerugian, sementara pengolah mengambil jalan pintas menggunakan bahan-bahan kimia seperti [[pestisida]] dan [[formalin]]. Bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan ini digunakan sebagai pengawet tambahan untuk mencegah pembusukan. Formalin juga mencegah pengurangan bobot ikan yang berlebihan akibat menguapnya cairan tubuh ikan yang diasinkan.
 
Alternatif bahan pengawet tambahan yang aman adalah [[khitosan]]. Akan tetapi bahan yang diekstrak dari cangkang kulit [[udang]] dan [[kepiting]] ini belum populer dan belum diproduksi secara massal di [[Indonesia]].
 
== Lihat pula ==
* [[Pengawetan makanan]]
 
== Pustaka ==
Afrianto, E. dan E. Liviawaty. 1989. ''Pengawetan dan pengolahan ikan''. Penerbit Kanisius, Jogyakarta. ISBN 979-413-032-X
 
== Pranala luar ==
* [http://www.kompas.com/kesehatan/news/0511/08/100637.htm Kisah ikan asin berformalin], Harian Kompas Nopember 2005
 
{{makanan-stub}}
Baris 54:
[[Kategori:Bahan makanan]]
 
[[ja:干物]]
[[en:Salt-cured meat]]
[[de:Trockenfisch]]
[[en:Salt-cured meat]]
[[ja:干物]]