Warisan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 51:
d. '''''Aul'''''
Aul menurut bahasa (etimologi) berarti ''irtifa’'' :mengangkat. Kata aul ini kadang-kadang cenderung kepada perbuatan aniaya (curang).
Secara istilah ''aul'' adalah beertambahnya saham ''dzawil furudh'' dan berkurangnya kadar penerimaan warisan mereka. Atau bertambahnya jumlah bagian yang di tentukan dan berkurangnya bagian masing-masing waris.<ref>Muhibbin, Moh. Wahid, Abdul ''Hukum Kewarisan Islam sebagai Pembaharuan Hukum Positif di Indonesia'' (Jakarta: Sinar Grafika 2009) hlm.126</ref>
Terjadinya masalah ''aul'' adalah apabila terjadi angka pembilang lebih besar dari angka penyebut (misalnya 8/6), sedangkan biasanya harta selalu dibagi dengan penyebutnya, namun apabila hal ini dilakukan akan terjadi kesenjanagn pendapatan, dan sekaligus menimbulkan persoalan, yaitu siapa yang lebih ditutamakan daripada ahli waris tersebut.<ref>Lubis, Suhardi K. Simanjuntak Komina. ''Hukum Waris Islam'' (Jakarta: Sinar Grafika 2007). hlm.155</ref>
 
e. '''''Radd'''''
Kata ''Radd'' secara bahasa (etimologi) berarti ''I’aadah'': mengembalikan. Mengembalikan haknya kepada yang berhak. Kata ''radd'' juga berarti ''sharf'' yaitu memulangkan kembali.
''Radd'' menurut istialh (terminologi) adalah mengembalikan apa yang tersisa dari bagian ''dzawul furudh'' nasabiyah kepada mereka sesuai dengan besar kecilnya bagian mereka apabila tidak ada orang lain yang berhak untuk menerimanya.<ref>Muhibbin, Moh. Wahid, Abdul . ''Hukum kewarisan Islam sebagai Pembaharuan [[Hukum Positif]] di [[Indonesia]]'' (Jakarta: Sinar Grafika 2009) hlm.128</ref>
Masalah ''radd'' terjadi apabila pembilangan lebih kecil daripada penyebut ( 23/24), dan pada dasarnya adalah merupakan kebalikan dari masalah ''aul''. Namun penyelesaian masalahnya tentu berbeda denga masalah aul, karena aul pada dasarnya kurangnya yang akan dibagi, sedangkan pada rad ada kelebihan setelah diadakan pembagian.<ref>Lubis, Suhardi K. Simanjuntak Komina ''Hukum Waris Islam'' (Jakarta: Sinar Grafika 2007). hlm.159</ref>