Seni tradisional Banjar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 1:
''Pencak Silat Telabang Kalimantan'' adalah unsur kesenian yang menjadi bagian hidup masyarakat dalam suku Dayak dan Banjar.
Tradisional adalah aksi dan tingkah laku yang keluar alamiah karena kebutuhan dari nenek moyang yang terdahulu.
Tradisi adalah bagian dari tradisional namun bisa musnah karena ketidakmauan masyarakat untuk mengikuti tradisi tersebut.
 
Baris 79:
# [[Rumah Palimasan]] ([[Rumah Gajah]]), penyimpanan barang-barang berharga (bendahara)
# [[Rumah Cacak Burung]] ([[Rumah Anjung Surung]]), kediaman rakyat biasa
# [[Rumah Tadah Alas]]
# [[Rumah Lanting]], rumah di atas air
# [[Rumah Joglo Gudang]]
Baris 114:
=== [[Wayang]] Banjar ===
[[Wayang]] Banjar terdiri dari :
# [[Wayang kulit Banjar]]
# [[Wayang gung]]/[[wayang Gong]] yaitu ([[wayang orang]] versi suku Banjar
 
Baris 165:
==== Keberadaan Madihin di Luar Daerah Kalsel ====
 
Madihin tidak hanya disukai oleh para peminat domestik di daerah Kalsel saja, tetapi juga oleh para peminat yang tinggal di berbagai kota besar di tanah air kita. Salah seorang di antaranya adalah Pak Harto, Presiden RI di era Orde Baru ini pernah begitu terkesan dengan pertunjukan Madihin humor yang dituturkan oleh pasangan Pamadihinan dari kota Banjarmasin Jon Tralala dan Hendra. Saking terkesannya, dia ketika itu berkenan memberikan hadiah berupa ongkos naik haji plus (ONH Plus) kepada Jon Tralala.
Selain [[Jhon Tralala]] dan Hendra, di daerah Kalsel banyak sekali bermukim Pamadihinan terkenal, antara lain: [[Mat Nyarang]] dan [[Masnah]] pasangan Pamadihinan yang paling senior di kota Martapura), [[Rasyidi]] dan [[Rohana]](Tanjung), [[Imberan]] dan [[Timah]] (Amuntai), [[Nafiah]] dan [[Mastura]] Kandangan), [[Khair]] dan [[Nurmah]] (Kandangan), [[Utuh Syahiban]] Banjarmasin), [[Syahrani]] (Banjarmasin), dan [[Sudirman]](Banjarbaru).
Madihin mewakili [[Kalimantan Timur]] pada Festival Budaya Melayu.
Baris 193:
Menurut [[Tajuddin Noor Ganie]] (2006:1) dalam bukunya berjudul [[Jatidiri Puisi Rakyat Etnis Banjar di Kalsel]], [[peribahasa Banjar]] ialah kalimat pendek dalam [[bahasa Banjar]] yang pola susunan katanya sudah tetap dengan merujuk kepada suatu format bentuk tertentu (bersifat formulaik), dan sudah dikenal luas sebagai ungkapan tradisional yang menyatakan maksudnya secara samar-samar, terselubung, dan berkias dengan gaya bahasa perbandingan, pertentangan, pertautan, dan perulangan.
 
Berdasarkan karakteristik bentuk fisiknya, peribahasa Banjar menurut Ganie (2006:1) dapat dipilah-pilah menjadi 2 kelompok besar, yakni :
# [[Peribahasa Banjar berbentuk puisi]], terdiri atas :
## [[Gurindam Banjar|Gurindam]]
Baris 201:
## [[Saluka Banjar|Saluka]]
## [[TamsilBanjar|Tamsil]]
# [[Peribahasa Banjar berbentuk kalimat]], terdiri atas :
## [[Ibarat]]
## [[Papadah]]
Baris 212:
==== Simpulan ====
 
Berdasarkan paparan dan contoh-contoh di atas, maka dapat disimpulkan semua ragam/jenis peribahasa Banjar berbentuk puisi, setidak-tidaknya memiliki salah satu dari 3 ciri karakteristik bentuk, yakni :
# adanya pengulangan atas kosa-kata yang sama,
# adanya kosa-kata yang hampir sama secara morfologis, dan
# adanya kosa-kata yang saling bersajak a/a/a/a, a/b/a/b, dan a/b/b/a baik secara vertikal maupun secara horisontal di awal, di tengah, atau di akhir baris/larisk. Ciri-ciri karakteristik bentuk yang demkian itu identik dengan gaya bahasa perulangan (repetisi).