Jayawarman II: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Robot: Perubahan kosmetika
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 12:
|id = ISBN 88-544-0117-X
|pages = 24
}} </ref> Pada upacara ini Jayawarman diangkat sebagai penguasa jagat (''Kamraten jagad ta Raja'' dalam bahasa Kamboja) atau Dewa Raja (''Deva Raja'' dalam bahasa Sansekerta). Menurut beberapa sumber, Jayavarman II pernah tinggal di Jawa pada masa kekuasaan wangsa [[Sailendra]], atau "Para Raja Gunung", karena itulah mungkin konsep [[Dewaraja]] dipengaruhi oleh Jawa. Pada saat itu raja-raja Sailendra juga sebagai penguasa [[Sriwijaya]] menguasai Jawa, Sumatra, dan semenanjung Malaya serta sebagian dari Kamboja.<ref>[http://books.google.co.id/books?id=mhkw4Psq0SQC&pg=PA56&lpg=PA56&dq=Angkor+Borobudur+Jayavarman+II+Java&source=bl&ots=abREpPSAuh&sig=BIdxrUZV_UHb1JX8LYQbal3Q0UE&hl=id&sa=X&ei=__RaT_mVDYXprQe2iom4BA&ved=0CDYQ6AEwAw#v=onepage&q=Angkor%20Borobudur%20Jayavarman%20II%20Java&f=false Dancing in shadows: Sihanouk, the Khmer Rouge, and the United Nations in Cambodia]</ref>
 
Berdasarkan prasasti di candi Sdok Kak Thom disebutkan bahwa di puncak gunung Kulen Jayawarman memerintahkan seorang [[Brahmana]] bernama Hiranhadama untuk menggelar upacara agama yang disebut dengan kultus [[dewaraja]] ({{lang-km|ទេវរាជា}}) yang menobatkan Jayawarman II sebagai ''chakrawartin'', penguasa jagat.
 
Pendirian ibu kota baru Hariharalaya kini terletak di dekat Roluos, adalah wilayah permukiman yang kemudian akan berkembang menjadi kawasan kota [[Angkor]]. Meskipun perannya yang penting dalam sejarah Khmer, tidak ditemukan cukup bukti sejarah yang menuliskan mengenai Jayawarman II. Tidak ditemukan prasasti yang dikeluarkan olehnya, akan tetapi namanya disebutkan dalam beberapa prasasti dari zaman berikutnya setelah kematiannya. Ia nampaknya berasal dari keluarga bangsawan, memulai kariernya melalui serbagai penaklukan di beberapa wilayah Kamboja. Ia dikenali sebagai Jayavarman Ibis pada saat itu. “Demi kesejahteraan rakyat dalam bangsa kerajaan yang suci, bunga teratai tidak lagi memiliki tangkai, ia tumbuh berkembang sebagai bunga baru,” demikian pernyataannya dalam sebuah prasasti.<ref>Briggs, ''The Ancient Khmer Empire'' p. 83.</ref> Beberapa detil riwayatnya diceritakan dalam prasasti lain: ia menikahi perempuan bernama [[Hyang]] Amrita; ia mempersembahkan sebuah candi di Lobok Srot, di tenggara Kamboja.