Sanitasi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k cosmetic changes, replaced: dimana → di mana, removed stub tag
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 7:
== Sanitasi dan air ==
Terdapat hubungan yang erat antara masalah sanitasi dan penyediaan air, di mana sanitasi berhubungan langsung dengan <ref name="middleton">[http://www.usembassyjakarta.org/ptp/airbrs5.html Middleton, Richard. Makalah hijau: Air bersih, Sumber daya yang rawan]</ref>:
# '''Kesehatan'''. Semua penyakit yang berhubungan dengan air sebenarnya berkaitan dengan pengumpulan dan pembuangan limbah manusia yang tidak benar. Memperbaiki yang satu tanpa memperhatikan yang lainnya sangatlah tidak efektif.<ref name="middleton"/>
# '''Penggunaan air'''. Toilet siram desain lama membutuhkan 19 liter air dan bisa memakan hingga 40% dari penggunaan air untuk kebutuhan rumah tangga. Dengan jumlah penggunaan 190 liter air per kepala per hari, mengganti toilet ini dengan unit baru yang menggunakan hanya 0,7 liter per siraman bisa menghemat 25% dari penggunaan air untuk rumah tangga tanpa mengorbankan kenyamanan dan kesehatan. Sebaliknya, memasang unit penyiraman yang memakai 19 liter air di sebuah rumah tanpa WC bisa meningkatkan pemakaian air hingga 70%. Jelas, hal ini tidak diharapkan di daerah yang penyediaan airnya tidak mencukupi, dan hal tersebut juga bisa menambah jumlah limbah yang akhirnya harus dibuang dengan benar.<ref name="middleton"/>
# '''Biaya dan pemulihan biaya'''.<ref name="middleton"/>
:a. Biaya pengumpulan, pengolahan dan pembuangan limbah meningkat dengan cepat begitu konsumsi meningkat. Merencanakan hanya satu sisi penyediaan air tanpa memperhitungkan biaya sanitasi akan menyebabkan kota berhadapan dengan masalah lingkungan dan biaya tinggi yang tak terantisipasi. Pada tahun 1980, Bank Dunia melaporkan bahwa dengan menggunakan praktik-praktik konvesional, untuk membuang air dibutuhkan biaya lima sampai enam kali sebanyak biaya penyediaan. Ini adalah untuk konsumsi sekitar 150 hingga 190 liter air per kepala per hari. Informasi lebih baru dari Indonesia, Jepang, Malaysia dan A. S. menunjukkan bahwa rasio meningkat tajam dengan meningkatnya konsumsi; dari 1,3 berbanding 1 untuk 19 liter per kepala per hari menjadi 7 berbanding 1 untuk konsumsi 190 liter dan 18 berbanding 1 untuk konsumsi 760 liter.<ref name="middleton"/>
:b. Penggunaan ulang air. Jika sumber daya air tidak mencukupi, air limbah merupakan sumber penyediaan yang menarik, dan akan dipakai baik resmi disetujui atau tidak. Karena itu peningkatan penyediaan air cenderung mengakibatkan peningkataan penggunaan air limbah, diolah atau tidak dengan memperhatikan sumber-sumber daya tersebut supaya penggunaan ulang ini tidak merusak kesehatan masyarakat.<ref name="middleton"/>
 
== Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ==
 
=== Uraian singkat ===
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah satu Program Nasional di bidang sanitasi yang bersifat lintas sektoral. Program ini telah dicanangkan pada bulan Agustus 2008 oleh Menteri Kesehatan RI. STBM merupakan pendekatan untuk mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.
 
Baris 26:
# Setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar.<ref name="stbm">[http://stbm-indonesia.org/?r=sekilas-stbm Sekilas Sanitasi Total Berbasis Masyarakat]</ref>
 
=== Sejarah ===
STBM mulai diuji coba tahun 2005 di 6 kabupaten (Sumbawa, Lumajang, Bogor, Muara Enim, Muaro Jambi, dan Sambas). Sejak tahun 2006 Program STBM sudah diadopsi dan diimplementasikan di 10.000 desa pada 228 kabupaten/ kota. Saat ini, sejumlah daerah telah menyusun rencana strategis pencapaian sanitasi total dalam pembangunan sanitasinya masing-masing. Dalam 5 tahun ke depan (2010 – 2014) STBM diharapkan telah diimplementasikan di 20.000 desa di seluruh kabupaten/ kota.<ref name="stbm">[http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/441-sejak-2006-sudah-10000-desa-terapkan-stbm.html]</ref>
 
=== Latar belakang ===
Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air minum, higiene dan sanitasi masih sangat besar. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program
(ISSDP) tahun 2006, menunjukkan 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka.<ref name="stbm">[http://www.depkes.go.id/downloads/pedoman_stbm.pdf]</ref>
 
Berdasarkan studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006, perilaku masyarakat dalam mencuci tangan adalah
:(i) setelah buang air besar 12%,
:(ii) setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%,
:(iii) sebelum makan 14%,
:(iv) sebelum memberi makan bayi 7%, dan
:(v) sebelum menyiapkan makanan 6 %.
Sementara studi BHS lainnya terhadap perilaku pengelolaan air minum rumah tangga menunjukan 99,20% merebus air untuk mendapatkan air minum, tetapi 47,50 % dari air tersebut masih mengandung Eschericia coli.
 
== Catatan kaki ==
{{reflist}}
* {{cite book|title=Poor Sanitation Threatens Public Health|year=2008|publisher=US Fed News Service, Including US State News|url=http://search.proquest.com/pqrl/docview/473306534/fulltext/13A649EB1A7676E0178/15?accountid=12774}}
* {{cite book|last=Bartram|first=Jamie|title=How Health Professionals can Leverage Health Gains from Improved Water, Sanitation and Hygiene Practices|year=2010|publisher=Perspectives in Public Health|pages=215–221|url=http://search.proquest.com/pqrl/docview/758416733/fulltext/13A649EB1A7676E0178/9?accountid=12774}}
 
== Lihat pula ==
Baris 51:
== Pranala luar ==
{{Wiktionary|sanitation}}
* [http://www.irc.nl/ IRC /en/ World Health Organization overview on sanitation]
* [http://water.worldbank.org/water/shw-resource-guide Sanitation, Hygiene and Wastewater Resource Guide (World Bank)]
<!--http://www.sanitasi.or.id/index2.php?option=com_docman&task=doc_view&gid=6&Itemid=86-->