Etika Yudaisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
EmausBot (bicara | kontrib)
k Bot: Migrasi 5 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q174370
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 9:
Selain itu, tujuan hidup pemeluk Yudaisme juga sangat menekankan pada ketaatan<ref name="Wyschorod Michael">Wyschorod Michael, The Body of Faith, (New York: Harper & Row), 174</ref> kepada Allah. Ketika banyak hal membicarakan tentang eksistensi Allah dengan menggunakan rasio maka mereka semua dinilai telah kehilangan iman yang seharusnya taat pada Allah. Tujuan hidup mereka tersirat dalam perjanjian mereka dengan Allah dan pemilihan Allah terhadap bangsa mereka. Hal ini merupakan tolok ukur di mana mereka harus melakukan sesuatu yang baik di mata Allah dengan mengingat bahwa mereka memiliki perjanjian dan mereka juga telah dipilih oleh Allah. <ref name="Wyschorod Michael"/>
 
Atas inisiatif Allah, [[Israel]] terikat perjanjian. Allah mengikat perjanjian dengan [[Nuh]] (Kej 6:18), [[Abraham]] (Kej 12:1-7; 15:4-21; 17: 1-16) dan lain-lain. [[Perjanjian]] terpenting adalah perjanjian di [[Gunung Sinai]]. Di sana mereka diingatkan bahwa Allah telah memilih mereka dan memberikan [[hukum]]-hukum untuk membimbing hidup mereka. Keterikatan antara janji Allah dengan mereka membuat mereka menjadi terikat sebagai umat pilihan Allah. Mereka adalah umat yang dipilih Allah karena Allah mengasihi mereka dan mereka diberikan [[tanggung-jawab]] khusus yaitu menjadi “umat yang kudus”. Inilah [[martabat]] dan [[hakikat]] nilai hidup Israel.
 
== Sumber etika Yudaisme ==
Pengajaran Etika menurut Yahudi lebih menekankan soal bagaimana manusia bersikap. Etika Yudaisme mempunyai dua sumber utama yaitu Etika yang bersumber dari [[Kitab Suci]] ([[Perjanjian Lama|TANAKH]]) dan [[sastra|Literatur]] para [[Rabi]].
 
Yang paling dikenal adalah [[Sepuluh Perintah Allah|kesepuluh Firman Allah]], yang terdapat dalam [[Keluaran]] 20 dan [[Ulangan]] 5:|6-21. Dari kesepuluh perintah ini terdapat enam di antaranya yang merupakan perintah langsung dalam kaitannya dengan sesama yaitu: Hormatilah ayahmu dan ibumu, jangan membunuh, jangan [[zinah|berzinah]], jangan [[mencuri]], jangan mengucapkan [[saksi]] dusta tentang sesamamu, dan jangan mengingini milik sesamamu. Sedangkan keempat lainnya adalah menyangkut hubungan dengan Allah. Tetapi semuanya itu haruslah dilihat sebagai kesatuan dan harus dilaksanakan demi menjaga keterikatan mereka dengan perjanjian bersama Allah.
 
Namun demikian, Yudaisme sebagai [[agama]] [[tradisi]] tidak hanya memiliki tradisi tertulis yaitu Kitab Suci sebagai sumber [[ajaran]]. Sumber lain yakni tulisan-tulisan dari para Rabi yaitu [[Mishna]], [[Midrasy]], [[Talmud]] dan [[Targum]]. Baik dalam [[Kitab Suci]] ataupun [[sastra|literatur]] Rabini sama-sama menekankan pada [[moral]]. Hanya saja Literatur Rabinik melanjutkan penekanannya pada tindakan [[etika|etis]]. Untuk itulah para Rabi membuat formulasi terhadap sistem tradisi yang tertuang dalam [[Mishna]] dan diperluas menjadi [[Talmud]].
 
Kumpulan-kumpulan besar tulisan para rabi ini pada dasarnya memberikan perhatian pada satu pokok persoalan yaitu: bagaimana seharusnya manusia menjalani hidupnya untuk memenuhi perintah Allah sehingga diri mereka menjadi suci dengan berjalan sesuai dengan jalan Tuhan.<ref>Jacob Neusner, et.al. (eds), The Encyclopedia of Judaism Vol. I: A-I (New York: The Continuum Publishing Company, 1999), 252-253.</ref>
 
Dalam Kitab Suci Yahudi, di antara kitab-kitab lainnya, Taurat adalah yang paling menonjol, demikian juga dalam etik Yahudi, Taurat tetap menempati urutan pertama. Telah disebutkan di atas bahwa selain Taurat, etika Yahudi juga mengenal Mishna yaitu ikhtisar penjelasan Rabini tentang Taurat. [[Mishna]] terdiri dari enam kitab yang di dalamnya membicarakan tentang [[hukum pertanian]], hari-hari raya dan hari [[puasa]], [[pernikahan|hukum perkawinan]], [[hukum sipil]] dan [[hukum pidana]], [[undang-undang]] korban [[persembahan]] dan hukum undang-undang kesucian. Mishna kemudian ditafsirkan menjadi lebih luas menjadi Talmud. Talmud berarti [[pengajaran]]. [[Talmud]] masih diperluas lagi dengan [[Midrash]] yaitu sebuah sistem penafsiran dan penjelasan dengan tujuan menyesuaikan ajaran-ajaran itu agar dapat diterapkan dalam pola kehidupan yang sudah banyak berubah. Midrash sendiri ada dua bentuk yaitu Midrash [[Halakha]] dan Midrash [[Aggada]].<ref>R.C Musaph Andriesse, Sastra para Rabi setelah Taurat, (Jakarta:BPK GM,1991), 60-61</ref>
 
Bagian mengenai [[hukum]] (Halakhah) dalam Talmud lebih panjang. Melalui Halakhah, manusia dituntun kepada jalan yang seharusnya ditempuh (Halakhah berasal dari Halakh yang artinya pergi, berjalan). Halakha menjadi jawaban atas pertanyaan: Apa yang dikehendaki Allah dari saya? Untuk bisa melakukan apa yang dikehendaki Allah manusia harus menempuh [[Halakha]], jalan yang harus ditempuh.<ref>Hans Ucko, Akar Bersama: belajar tentang iman Kristen dari dialog Kristen-Yahudi ; diterj.Martin L.Sinaga (Jakarta:BPK GM,1995), 20.</ref> Halakha sebagai perluasan dari Taurat melahirkan 613 aturan hukum. Dari 613 aturan ini, 148 adalah bentuk perintah atau suruhan : Haruslah…… dan 365 larangan: Janganlah……
 
Arti Halakha bagi orang Yahudi luar biasa penting karena bagi mereka Halakha menjadi dasar untuk berdiri. Semua hukum dan perintah Taurat disadur dan dibahas dalam Halakha. Halakha melindungi agama Yahudi dan membantu menerapkan Taurat secara praktis dalam kehidupan yang selalu berkembang dan berubah. Halakha sangat membantu dalam memahami perintah-perintah Taurat lebih spesifik. Meskipun Halakha adalah perluasan Taurat namun aturan-aturan ini haruslah ditaati sebagaimana menaati Hukum Taurat itu sendiri.
 
== Karakteristik etika Yudaisme ==
Berdasarkan penjabaran tentang pandangan Yudaisme akan tujuan hidup, hubungannya dengan perbuatan-perbuatan etis dan sumber etika Yahudi, dapat dikatakan bahwa etika Yudaisme adalah etika yang didasarkan pada pertimbangan etis di setiap area kehidupan di mana manusia harus terus berusaha sebaik mungkin menjalani hidup yang sesuai dengan kehendak Allah. Mereka (Bangsa Yahudi) menyadari bahwa hidup ini adalah anugerah dan bahwa mereka adalah umat pilihan Allah sehingga semua tindakan yang mereka lakukan terutama dalam hubungan dengan sesama itu benar di hadapan Allah.
 
Di dalam etika Yahudi ada belarasa yang kuat berkenaan dengan moralitas yang berhubungan dengan persoalan kemanusiaan. Etika Yahudi menghargai keunikan [[individu]] dengan menghilangkan [[diskriminasi]]. Keyakinan ini bersumber dari Kitab Suci yang menuliskan manusia setara menurut gambar dan rupa Allah ([[imitatio dei]]).<ref>Dan Chon-Sherbok, Judaism:History,Belief and Practice (New York:Rouledge,2003), 566.</ref> Pandangan ini sangat penting dan menjadi dasar refleksi etis. Dengan keyakinan bahwa manusia diciptakan menurut gambar Allah berarti di dalam diri setiap orang terdapat elemen [[Ilahi]], bagian dari Allah. Sebab itu, manusia harus memperlakukan sesamanya manusia dengan baik bukan hanya karena manusia diciptakan serupa dengan [[Ilahi]] tetapi juga karena Allah adalah bagian masing-masing manusia. Dengan kata lain, bagaimana kita berelasi dengan orang lain sama dengan kita sedang berelasi dengan Allah.<ref>Byron L. Sherwin, Jewish Ethics for the twenty First Century: Living in The Image of God, (New York: Syracuse University Press, 2000), 10.</ref> Moralitas Yahudi menekankan pada [[motivasi]] kemanusiaan. [[Iman]] Yahudi tidak semata-mata berurusan dengan aksi dan akibatnya tetapi juga menuntut tujuan atau maksud yang benar. Harus diingat bahwa yang penting dalam Yudaisme adalah apa yang manusia lakukan, bukan apa yang manusia percayai.
Baris 63:
* [[Byron Sherwin]]. 2004. ''Golems among us: How a Jewish legend can help us navigate the biotech century''
* [[Daniel Sinclair|Sinclair, Daniel]]. 1989. ''Tradition and the biological revolution: The application of Jewish law to the treatment of the critically ill''
* _________. ''Jewish biomedical law.'' Oxford
* Zohar, Noam J. 1997. ''Alternatives in Jewish Bioethics''. Albany: State University of New York Press.
* Zoloth Laurie. 1999. ''Health care and the ethics of encounter: A Jewish discussion of social justice.'' Univ. of North Carolina Press.
Baris 75:
 
== Pranala luar ==
* [http://www.medethics.org.il The Schlesinger Institute for Jewish Medical Ethics]
* [http://academics.ajula.edu/Content/ContentUnit.asp?CID=186&u=674&t=0 Bioethics program] at the [[American Jewish University]], Los Angeles, California
* [http://www.myjewishlearning.com/daily_life/About_Jewish_Daily_Life/TO_Ethical_Behavior.htm Jewish Ethics at myjewishlearning.com]