Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan aplikasi seluler
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 27:
}}
 
'''Lokomotif C18''' adalah salah satu jenis [[lokomotif uap]] yang pernah dioperasikan di [[Indonesia]]. Lokomotif ini dahulu dioperasikan oleh sebuah perusahaan kereta api [[Hindia Belanda]] bernama [[Solosche Tramweg Maatschappij]] (SoTM). Lokomotif yang dibuat oleh pabrik kereta api [[Jerman]] [[Hartmann]] ini mulai digunakan pada tanggal [[1 Mei]] [[1908]]. Hanya ada satu lokomotif jenis C18 yang pernah diproduksi. Karena SoTM bangkrut tidak lama setelah lokomotif ini dioperasikan, lokomotif ini pun diambil alih oleh [[Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij]] (NIS). Selama masa beroperasinya, lokomotif ini kebanyakan beroperasi di [[Jalur kereta api Purwosari-Boyolali]] untuk mengangkut penumpang serta barang.
 
Setelah [[Kemerdekaan Indonesia|Indonesia merdeka]] pada tahun [[1945]], pemerintah membentuk perusahaan kereta api bernama Djawatan Kereta Api (DKA). Mulai tahun [[1950]], DKA memesan lokomotif diesel baru yang lebih canggih untuk mengganti lokomotif uap yang sudah usur. Peran lokomotif C18 sebagai penarik kereta api di [[Jalur kereta api Purwosari-Boyolali]] mulai terganti oleh lokomotif diesel seperti [[D300]] dan [[D301]].
Baris 34:
 
Pada tahun [[1969]], lokomotif ini disimpan di dipo lokomotif [[Stasiun Gundih|Gundih]].
Pada tahun [[1982]], saat [[Depok]] setelah menjadi [[kota administratif]], lokomotif ini disimpan di dipo lokomotif [[Stasiun Depok|Depok]] dan hanya lokomotif C1803 yang disimpan di dipo lokomotif milik [[Tjitajam-Tjiandjoer Stoomtram Maatschappij|TTSM]] yang melayani rute [[Stasiun Citayam|Citayam]]-[[Cianjur]] di [[Cileungsi, Bogor|Stasiun Cileungsi]], [[Bogor]].
 
Saat itu, daerah [[Cileungsi, Bogor|Cileungsi]] masih sedikit ramai karena ada kantor pos, kantor desa dan [[stasiun kereta api]]. Pada masa [[Kerusuhan Mei 1998|kerusuhan tahun 1998]], dipo lokomotif di [[Stasiun Depok]] dan [[Stasiun Cileungsi]] ini ditutup.
 
Kemungkinan pada saat itu lokomotif ini digunakan untuk menarik kereta api lokal [[Stasiun Serpong|Serpong]]-[[Stasiun Jakarta Kota|Jakarta]], [[Surabaya]]-[[Lamongan]], [[Bogor]]-[[Depok]]-[[Jakarta]], [[Cirebon]]-[[Stasiun Jatibarang|Jatibarang]], [[Jakarta]]-[[Stasiun Bekasi|Bekasi]]-[[Stasiun Cikampek|Cikampek]], [[Semarang]]-[[Surakarta]], [[Semarang]]-[[Surabaya]] dan [[Stasiun Citayam|Citayam]]-[[Stasiun Nambo|Nambo]]-[[Jatimekar, Jati Asih, Bekasi|Jabung]].
 
Pada tahun [[1970-an]], saat populasi lokomotif uap di Indonesia semakin menyusut, Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) memutuskan untuk mengkonservasi berberapa lokomotif uap supaya tidak semua lokomotif uap punah.
 
Pada tahun [[1980-an]], saat populasi lokomotif uap di [[Jabodetabek]] semakin menyusut, bahwa:
* Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA)
* Menteri Perhubungan