Mustain Billah dari Banjar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 67:
 
'''Sultan Musta'in Billah'''<ref name="Banjarmasih">{{en}} {{cite book|first=[[Mohamad Idwar Saleh|Mohamad Idwar]]|last=Saleh|volume=4|url=http://books.google.co.id/books?id=O8ceAAAAMAAJ&q=panembahan+batu+putih&dq=panembahan+batu+putih&hl=id&ei=S3KhTfvdBcuJrAf256mKAw&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CCcQ6AEwAA|title=Banjarmasih: sejarah singkat mengenai bangkit dan berkembangnya kota Banjarmasin serta wilayah sekitarnya sampai dengan tahun 1950|publisher=Museum Negeri Lambung Mangkurat, Propinsi Kalimantan Selatan|year=1981}}</ref> atau '''Soeltan Moesta'in Allah'''<ref name="De kroniek van Bandjarmasin">{{nl}} {{cite book|pages=91|url=http://books.google.co.id/books?id=ctwBAAAAMAAJ&q=Allah&dq=De+kroniek+van+Bandjarmasin&hl=id&source=gbs_word_cloud_r&cad=4|first=Anton Abraham|last=Cense|title=De kroniek van Bandjarmasin|publisher=C.A. Mees,|year=1928|isbn= }}</ref><br />
atau '''Moestakim Billah'''<ref name="Tijdschrift 6">{{nl icon}} {{cite journal|url=http://books.google.co.id/books?id=HBEDAAAAYAAJ&dq=aji%20tenggal&pg=PA241#v=onepage&q&f=false |pages=241 |title=Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde |volume= 6 |author=Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Lembaga Kebudajaan Indonesia |publisher=Lange & Co.|year= 1857}}</ref>
adalah [[Sultan Banjar]] IV yang memerintah antara [[1595]]-[[1642]]. Ia menggantikan ayahnya Sultan [[Hidayatullah]] (Sultan Banjar III).<ref>{{id icon}} {{cite book|url=http://books.google.co.id/books?id=HiZvFZbm6sgC&lpg=PA88&dq=pulau%20banjar&pg=PA86#v=onepage&q=pulau%20banjar&f=false|pages=86|title=Sejarah nasional Indonesia: Jaman pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia|first=Marwati Djoened|last=Poesponegoro|coauthors=Nugroho Notosusanto|Publisher=PT Balai Pustaka|year= 1992|isbn=9794074098}}ISBN 978-979-407-409-1</ref> Ia mencapai usia yang panjang. Dalam [[Hikayat Banjar]], ia digambarkan pandai berenang dan menyelam serta memiliki fisik yang kuat. Menurut laporan Belanda, pada masa tuanya ia menjadi gila (pikun) sehingga menyerahkan putera-puteranya untuk menjalankan pemerintahan. Sultan Mustain Billah merupakan Raja Banjar yang berdarah [[Suku Dayak Ngaju|Biaju]] dan pendiri [[Kota Martapura]]. Suku Dayak Ngaju menyebut masa pemerintahan Sultan ini dengan sebutan zaman Raja Helu Maruhum Usang.
 
Baris 82:
# [[Panembahan di Darat]]/Pangeran di Darat/Pangeran Dipati Anom (ke-1) (De Patty Anom)
# [[Pangeran Dipati Antasari]]/Pangeran Aria Antasari
# [[Ratu Bagawan]]/[[Ratu Kota Waringin]]/Pangeran Dipati Anta-Kasuma
# [[Ratu Hayu]]/Putri Busu
Sedangkan anak bungsu dari selir orang Jawa yaitu :<ref name="Tijdschrift 23">{{en}}{{cite journal|author=Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië |url=http://books.google.co.id/books?id=sAxBAAAAcAAJ&dq=sulthan%20Acihhat-ollah%20VI&pg=RA1-PA198#v=onepage&q=sulthan%20Acihhat-ollah%20VI&f=false|title=Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië |volume= 23|issue=1-2|pages=198 |publisher=Nederlandsch-Indië |year=1861 }}</ref>
# [[Sultan Rakyatullah]]/[[Pangeran Ratu]]/Pangeran Dipati Mangkubumi/Pangeran Dipati Tapasena/Raden Halit/Ratu Lamak<ref>http://sinarbulannews.files.wordpress.com/2011/01/silsilah-sultan-adam.jpg</ref>
 
Baris 109:
Marhum Panambahan mempunyai hubungan geneologis dengan orang Dayak Ngaju, sebab ibunya merupakan seorang Dayak Ngaju sehingga ketika wafat ia menjadi salah satu Sangiang dari orang-orang Dayak Ngaju. Karena itu dalam sistem kepercayaan orang Ngaju, ia dapat diproyeksikan sebegitu rupa ke alam atas (dunia Sangiang) untuk menjadi salah satu Pantheon mereka.
 
Marhum Panembahan merupakan raja Banjar yang berdarah Biaju (Ngaju), karena itu dengan
mudah ia bisa meminta bantuan orang-orang suku Biaju untuk 'menghabisi' para lawan
politiknya yaitu para bangsawan keraton Banjar. Ia meminta seorang panglima perang suku Ngaju yang bernama Sorang bersama sepuluh orang kawannya untuk masuk Islam dan tinggal menetap di kalangan warga kesultanan. Sorang akhirnya diambil ipar oleh Marhum Panembahan yaitu dengan mengawinkannya dengan Gusti Nurasat, saudara sebapak dari Marhum Panembahan. Penerimaan Sorang masuk ke lingkungan istana dikarenakan Marhum Panembahan sendiri adalah keturunan (utus) orang Ngaju. Hal tersebut sebagai usaha pengokohan kedudukannya dan golongannya atas suatu hak yang diperolehnya dengan jalan usurpasi. Ia memulai menjalankan pemerintahan tanpa pengikut dari golongan bangsawan dan penasihat yang berpengalaman.
 
Baris 125:
Pada masa pemerintahan Mustain Billah, perkenalan pertama orang Banjar dengan Belanda terjadi ketika beberapa pedagang Banjar melakukan aktivitas perdagangan di pelabuhan Banten dalam tahun [[1596]]. Akibat sikap Belanda yang sombong, para pedagang di [[Kesultanan Banten]] tidak mau menjual lada kepada para pedagang Belanda, sehingga mereka tidak memperoleh lada di Banten. Pada saat itu di pelabuhan Banten berlabuh dua buah [[kapal jung]] yang berisi muatan lada dari [[Kesultanan Banjar]] yang dibawa pedagang-pedagang Banjar. Lada merupakan komoditas ekspor primadona Kesultanan Banjar pada abad ke-17. Karena tidak memperoleh lada di Banten, maka Belanda merampok lada dari dua buah jung tersebut. Bagi orang Banjar peristiwa itu menjadi kesan awal yang buruk terhadap Belanda. Untuk mengetahui daerah Kesultanan Banjar yang merupakan daerah penghasil lada, Belanda mengirim sebuah ekspedisi ke Banjarmasin pada tanggal [[17 Juli]] [[1607]] dipimpin Koopman Gillis Michielzoon. Utusan Belanda tersebut dan seluruh anggotanya diajak ke darat, dan kemudian seluruhnya dibunuh, serta harta benda dan kapalnya dirampas. Peristiwa pembantaian terhadap utusan Belanda dengan anggotanya di Banjarmasin itu, menyebabkan Belanda tidak pernah berhasil tinggal lama di Banjarmasin.
 
Kepala pedagang (opperkoopman) VOC pada masa itu adalah François Wittert. Sebuah ekspedisi dikirim oleh otoritas VOC ke Banjarmasin untuk mengkonfirmasi kejadian tersebut. Kapal-kapal ''Hazewind'', ''Brak'', ''Halve Maan'' dan ''Klein Veere'' berangkat pada tanggal [[20 Maret]] [[1612]].<ref>[http://www.vocsite.nl/geschiedenis/handelsposten/bandjarmasin.html Banjer-Massin - Overzicht van de vestigingen van de Verenigde Oostindische Compagnie]</ref> Dalam tahun [[1612]] secara mengejutkan armada Belanda tiba di Banjarmasin untuk membalas atas terbunuhnya [[ekspedisi]] '''Gillis Michielzoon''' tahun [[1607]]. Armada ini menyerang Banjarmasin dari arah [[pulau Kembang]], menembaki [[Kuin]], ibukota Kesultanan Banjar. Penyerangan ini menghancurkan [[Banjar Lama]] yang merupakan [[istana]] [[Sultan Banjar]], karena itu ibukota kerajaan dipindahkan, dari Kuin yang hancur ke [[Kayu Tangi]], [[Martapura]]. Meskipun ibukota kerajaan telah dipindahkan oleh Sultan Mustain Billah, namun aktivitas perdagangan, di pelabuhan [[Banjarmasin]] tetap ramai. Hubungan dagang dengan bangsa asing tetap berjalan terutama dengan bangsa [[Inggris]]. Tahun [[1615]] '''Casirian David''' telah mendirikan faktory di [[Banjarmasin]]. Hubungan dagang dengan Belanda terputus, tetapi diteruskan dengan perantaraan orang-orang China. Pedagang Denmark juga telah menetap di Banjarmasin. Pada tahun [[1626]] produksi lada Banjar sangat meningkat, sehingga VOC berusaha untuk memperoleh monopoli lada, dan berusaha menghilangkan kejadian tahun [[1612]] yaitu penyerbuan Belanda terhadap kerajaan Banjar. Belanda juga meminta maaf atas perbuatannya merampok kapal kesultanan Banjar dalam pelayaran perdagangan ke [[Brunei]] [[4 Juli]] [[1626]]. Perdagangan kerajaan Banjar diarahkan ke Cochin Cina dan Makassar sehingga Belanda merasa dirugikan akibat perpindahan route dagang kesultanan Banjar itu.
 
== Ancaman Mataram ==
Baris 148:
 
Isi perjanjian :
# Banjarmasin tak akan menjual atau mengekspor ladanya selama di Banjarmasin masih ada orang-orang VOC ataupun kapal-kapalnya.
# Peminjaman uang sejumlah 3.000 real kepada Sultan yang akan dibayar kembali dengan lada seharga 5 real sepikulnya.
# Pinjaman ini yang dibelikan kepada picins dan barang-barang lainnya atas nama Sultan boleh diangkut tanpa bea oleh kapal-kapal VOC.
 
== Perdagangan Lada ==
Mendekati tahun [[1628]], Banjarmasin penghasil lada terbesar di Indonesia bagian tengah. Lada diangkut ke Cina, Jepara, Makassar dan Batavia, daerah pemasaran lada. Ketika VOC menurunkan harga lada, pedagang Banjar memindahkan perdagangannya ke Cochin dan menyebabkan perdagangan kontinental menjadi ramai. Keberanian VOC menurunkan harga lada, karena meningkatnya kekuasaannya di pulau Jawa. VOC berupaya menjalankan strategi perdagangan, dan mulai mencampuri urusan-urusan istana.
* Golongan bangsawan Banjar menguasai seluruh perdagangan karena kekuasaan mereka dalam bidang politik dan pengusaha hak apanase yang menghasilkan komoditas ekspor saat itu. Di daerah pedalaman perkebunan lada dikuasai kaum bangsawan seperti di daerah Negara, Alai, Tabalong, sehingga Dijk menyebut Pangeran Anom atau Pangeran [[Surya Nata II]] sebagai : ''Koning yan het pepergebergte'' (raja dari pegunungan lada). Para bangsawan mempunyai pasukan sendiri dan budak-budak yang dipersenjatai.
* Perdagangan lada sangat memengaruhi perkembangan politik kesultanan Banjar. Pokok pangkal pertikaian antar keluarga keraton dan perebutan kekuasaan, pertikaian menghadapi Belanda semuanya bersumber dari sengketa penghasilan dari perkembangan perdagangan ini. Perdagangan lada menjadi sumber kemakmuran dan kekayaan, sekaligus menjadi sebab-musabab pertikaian.
* Perdagangan di Banjarmasin dimonopoli orang-orang Cina. Besarnya volume perdagangan lada yang diangkut ke Cina, merupakan dorongan peningkatan penanaman lada. Kapal-kapal Cina mengangkat ke Banjarmasin barang-barang porselen, yang sangat laku di Banjarmasin sehingga rata-rata 12 buah jung Cina tiap tahun datang ke Banjarmasin. Pengaruh golongan Cina turut menentukan perkembangan politik kerajaan Banjar. Bahkan Sultan, sering menggunakan golongan Cina untuk menghadapi lawan politik dalam negeri, maupun menghadapi politik perdagangan luar negeri. Pesatnya perdagangan di Banjarmasin, menghasilkan kekayaan yang berlimpah.
* Jenis perdagangan yang paling menonjol di Pelabuhan Banjarmasin adalah lada karena pemakaian lada dunia yang luar biasa di Eropa. Kesultanan Banjarmasin, mengandalkan lada sebagai komoditas ekspor.
* Jenis-jenis bahan perdagangan yang diperdagangkan selain lada antara lain : emas, intan, cengkeh dan pala, mutiara, kamfer, bezoin, drakendoed, poreo, lilin, barang anyaman. Sedangkan barang-barang impor berupa : batu agiat merah, gelang, cincin, tembaga, batu karang, porselen, beras, candu, garam, gula, asam, kain dan pakaian.
* Jalur perdagangan kesultanan Banjarmasin sampai ke Cochin Cina, disamping perdagangan di seluruh Nusantara.
* Para pedagang yang ikut meramaikan perdagangan di kesultanan Banjarmasin terdiri dari : orang-orang Cina, Siam, Johor, Jawa, Palembang, Portugis, Inggris dan Belanda.
* Persaingan dagang sangat ketat, karena perdagangan bebas merupakan politik kerajaan yang dipegang teguh. Campur tangan kerajaan boleh dibilang tidak terlalu ketat terhadap dunia perdagangan, namun peranan syahbandar, sangat menentukan terhadap maju mundurnya perdagangan di pelabuhan, khususnya di kesultanan Banjarmasin.
* Tanah-tanah apanase umumnya ditanami lada, yang mengakibatkan produksi pertanian menjadi menurun, sehingga kesultanan Banjar kekurangan beras, tergantung pada pemasukan beras dari luar, seperti Kotawaringin, Jawa dan Makassar.
* Orang Banjar pada mulanya bercocok tanam padi, mengubah usahanya dengan berkebun lada. Para Petani perkebunan ini menjualnya kepada ''pambalantikan'' (agen pembelian) yang kemudian menjualnya ke pedagang asing. Petani perkebunan sebagian besar adalah para bangsawan yang memiliki tanah apanase yang luas. Kefeodalan Banjar diwarnai oleh kepemilikan tanah apanase yang menghasilkan lada, dan sebagai pedagang yang menjual ladanya kepada pedagang asing. Hal ini faktor penyebab persaingan dan pertikaian antar bangsawan menyangkut tahta, harta kekayaan, dan perdagangan lada.
 
== Inggris ==
Kontrak dagang pertama baru berhasil dilakukan VOC setelah mendapatkan tuan syahbandar Ratna Diraja Goja Babouw tanggal [[4 September]] [[1635]]. Isi kontrak itu, antara lain, bahwa selain mengenai pembelian lada dan tentang bea cukai, VOC juga akan membantu kesultanan Banjarmasin untuk menaklukkan [[Kesultanan Pasir|Pasir]], dan melindunginya terhadap serangan [[Kesultanan Mataram|Mataram]].
Namun kedatangan kapal Pearl Inggris di Banjarmasin, Tewseling dan Gregory tanggal [[17 Juni]] [[1635]], Inggris meminta diperbolehkan secara resmi, untuk ikut berdagang dan mendirikan loji, yang bagi VOC tentunya membahayakan eksistensinya di Banjarmasin.
 
Baris 195:
Kejadian tahun [[1638]] sangat merendahkan martabat bangsa Belanda dan Belanda berusaha menghancurkan Kerajaan Banjar sebagai balas dendam terhadap pembantaian orang-orang Belanda tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan Belanda adalah menyebarkan surat kepada Raja-raja Nusantara yang selama ini bersahabat baik dengan Belanda.
 
Surat yang ditujukan kepada Raja-raja Nusantara itu berbunyi, antara lain isinya : Gubernur Jenderal dan Dewan Hindia (Raad van Indie) dengan ini memberitahukan kepada Raja-Raja Nusantara, terutama di daerah-daerah VOC menjalankan perdagangan, bahwa :
# Antara VOC dan Kerajaan Banjar pada tahun 1635 telah diadakan suatu kontrak dagang.
# Kontrak itu menyatakan diberikannya monopoli lada kepada VOC dengan penetapan harga 5 real sepikul dan bea cukai 7% untuk Sultan. Di Martapura dibuat sebuah loji yang dengan orang-orang VOC beserta barang dagangannya dibawah perlindungan Sultan. VOC mengerahkan sebuah kapal perang untuk menjaga muara sungai Banjar terhadap serangan Mataram.
# Bahwa Sultan telah melakukan tindakan mengingkari kontrak 1635 itu dengan tindakan kekerasan pada tahun 1635 menghancurkan loji di Martapura serta membunuh orang-orang Belanda serta merampas milik VOC 100.000 real.
# Karena itu VOC akan membalas dengan segala kekuatannya dan minta bantuan kepada raja-raja Nusantara yang bersahabat dengan dia, bukan menghentikan bantuan senjata saja, melainkan diminta pula agar raja-raja Nusantara ini melarang rakyatnya berdagang ke Martapura, sebelum kota itu menjadi puing-puing dan hancur berantakan dan dinasti raja-raja musnah. Barulah sesudah itu VOC akan berdamai dengan rakyat Kerajaan Banjar.
 
Baris 204:
Tindakan Kerajaan Banjar dengan cara yang spesifik ini untuk melepaskan diri dari segala ikatan monopoli, dilanjutkan dengan usaha mengajak Sultan Makassar bekerjasama menghancurkan perdagangan Belanda. Sultan mengirim utusan ke Sultan Makassar dipimpin oleh nakhoda Bahong.
 
Belanda sangat marah atas tindakan Kerajaan Banjar ini, dan membuat maklumat yang ditujukan kepada Raja-Raja Nusantara yang disebut insinuasi mengenai pembunuhan orang-orang Belanda oleh Raja Martapura.
Kata-kata yang kasar dan kemarahan mendalam disebutkan dalam surat itu :
{{cquote|''...seperti pembunuh dan manusia binatang tetapi juga sebagai si kikir yang tak berperikemanusiaan dan perampok barang-barang milik orang asing. Darah mereka terbunuh menangis di muka Tuhan....sehingga mereka tidak mungkin berdamai, kecuali Martapura hanya tinggal tumpukan-tumpukan puing dan Sultan yang terkutuk itu dan turunannya diusir atau dibunuh oleh rakyatnya sendiri.''
|4
|5=}}
Kepada pemimpin ekspedisi penghukum Banjarmasin diberikan instruksi cara menyiksa yang seteliti-telitinya dan perintah itu ditutup dengan kalimat:
{{cquote|''Tuhan melindungi perjalanan tuan dan memberikan kemenangan atas penghianat-penghianat jahat itu Amin''
|4
|5=}}
 
== Ekspedisi Penghukuman I pada tahun 1638 ==
[[Ekspedisi]] penghukuman atas Banjarmasin itu berupa [[blokade]] yang tak berarti dalam melakukan tugasnya. Mereka hanya menemukan dan menangkap [[77]] [[orang Banjar]] laki-laki dan perempuan yang tak mengerti persoalan [[politik]] dari perahu nelayan yang sedang berlayar. Orang-orang yang ditangkap inilah yang menerima instruksi penyiksaan itu dengan siksaan yang paling keji tak berperikemanusiaan. Mereka disiksa dengan cara memotong kuping, tangan, mengerat-kerat hidung, mencungkil mata, seperti yang diinstuksikan [[Batavia]]. Setelah disiksa orang-orang ini dikirim ke darat, sehingga menimbulkan panik penduduk setempat.
 
Baris 220:
Pada tahun [[1638]] itu pula VOC-Belanda mengirim ekspedisi penghukuman yang kedua dengan tugas yang sama, tetapi juga gagal karena perlawanan Kesultanan Banjarmasin cukup kuat. [[Tragedi]] [[pembantaian]] terhadap orang-orang Belanda ini terjadi pada masa pemerintahan Sultan Saidullah atau Ratu Anom ([[1637]]-[[1642]]). Ancaman Belanda terhadap [[Kesultanan Banjarmasin]], [[Kerajaan Kotawaringin]] dan [[Kerajaan Sukadana]], hanya tinggal ancaman belaka, Belanda tidak mampu berbuat lebih banyak. Kemudian Belanda mengubah taktik untuk menutupi kekalahannya dengan mengajukan tuntutan kepada [[Sultan Banjar]] sebesar 50.000 real sebagai ganti rugi atas tragedi tahun [[1638]] itu, namun ditolak [[Sultan]].
 
== Penghentian permusuhan pada tahun 1640 ==
[[Berkas:Avandiemen.jpg|right|thumb|Antonio van Diemen]]
Karena beberapa cara yang dilakukan tidak berhasil, maka pada tahun [[1640]] [[Gubernur Jenderal]] [[Antonio van Diemen]] memerintahkan agar permusuhan dengan Kesultanan Banjar dihentikan.
Usaha Belanda mendekati Kesultanan Banjar dengan hanya menuntut 50.000 real sebagai ganti rugi kejadian tahun [[1638]] serta akan melupakan apa yang terjadi, sama sekali tidak mendapat layanan dari Kesultanan Banjar, sehingga akhirnya VOC-Belanda mengalah agar kontrak dagang yang lebih menitik-beratkan pada keuntungan dagang daripada lainnya, yang penting bagi Belanda hubungan dengan Kesultanan Banjar perlu dipulihkan agar lada kembali diperoleh.
 
Baris 234:
{{reflist}}
* [[Johannes Jacobus Ras]], Hikayat Banjar terjemahan oleh [[Siti Hawa Salleh]], Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, Lot 1037, Mukim Perindustrian PKNS - [[Ampang]]/[[Hulu Kelang]] - [[Selangor]] Darul Ehsan, [[Malaysia]] [[1990]].
* Marko Mahin dalam "URANG BANJAR IDENTITAS DAN ETNISITAS DI KALIMANTAN SELATAN".
* M. Gazali Usman, [[Kerajaan Banjar]]: [[Sejarah]] Perkembangan [[Politik]], [[Ekonomi]], [[Perdagangan]] dan [[Agama]] [[Islam]], [[Banjarmasin]]: Lambung Mangkurat Press, [[1994]].