Syair Siti Zubaidah Perang Cina: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k menghapus Kategori:Karya anonim menggunakan HotCat
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 32:
'''''Syair Siti Zubaidah Perang Cina''''' atau juga dikenal hanya '''''Syair Siti Zubaidah''''' adalah [[syair]] [[Suku Melayu|Melayu]] [[abad ke-19]] yang ditulis oleh penulis yang tidak dikenal. Syair ini berkisah tentang seorang wanita yang [[berlintas-busana|menyamar sebagai laki-laki]] dan menaklukkan negeri [[Tiongkok]] untuk menyelamatkan suaminya. Beberapa orang berpendapat bahwa syair ini didasarkan pada peristiwa-peristiwa dalam sejarah.
 
== Alur ==
Setelah bertahun-tahun berusaha, Sultan Darman Syah dari Kembayat Negara dan istrinya akhirnya memiliki seorang putra, yang mereka beri nama Zainal Abidin. Mereka membesarkannya agar menjadi seorang Muslim yang saleh, dan pada usia enam, Zainal Abidin yang dikirim pergi untuk belajar [[mengaji|membaca]] [[Al-Quran]] dan mempelajari seni bela diri. Di tempat lain di kerajaan itu, setelah sebuah kerusuhan di pasar menyebabkan dieksekusinya seorang pedagang Tiongkok, semua etnis Tionghoa mengungsi dari kerajaan itu dan kembali ke negeri Tiongkok. Permaisuri Tiongkok, marah pada perlakuan kerajaan tersebut pada rakyatnya, memerintahkan ketujuh putrinya untuk mempersiapkan perang terhadap Kembayat Negara.
 
Baris 44:
Menurut sejarawan sastra Melayu-Tionghoa [[Liaw Yock Fang]], [[naskah]] paling awal ''Syair Siti Zubaidah'' berasal dari tahun 1840 (1256 Hijrah). Manuskrip yang bernomor MS 37083 tersebut disimpan di perpustakaan [[SOAS]] di [[London]], Inggris. Ada beberapa manuskrip yang masih bertahan.{{sfn|Liaw|2011|p=601}} Namun, syair ini kala itu populer dalam bentuk cetak, terutama di Singapura, Bombay (sekarang Mumbay), dan Kairo.{{sfn|ANU, Bibliography}}
 
== Tema dan gaya ==
Alur tentang seorang wanita yang tampil sebagai pria untuk melakukan perang, seperti dalam ''Syair Siti Zubaidah'', adalah sebuah alur yang umum dalam [[sastra Melayu]] dan [[sastra Jawa]] kala itu, termasuk ''[[Cerita Pandji]]'' dari [[suku Jawa|Jawa]]; ''[[hikayat]]'' dan ''[[syair]]'' dari [[suku Melayu|Melayu]]. Contoh lain adalah ''[[Hikayat Panji Semirang]]'', ''[[Hikayat Jauhar Manikam]]'', dan ''[[Syair Abdul Muluk]]''. Karya tulis setelah karya tersebut berbagi beberapa kemiripan alur dengan ''Syair Abdul Muluk''. Pakar sastra Perancis Monique Zaini - Lajoubert berpendapat bahwa karena ''Syair Siti Zubaidah'' adalah tidak bertanggal, tidak mungkin untuk menentukan mana yang ditulis lebih dahulu.{{sfn|Zaini-Lajoubert|1994|pp=104–105}} Namun, sejarawan sastra Melayu-Tionghoa Liaw Yock Fang mencatat bahwa ''Syair Abdoel Moeloek'' diterbitkan pada tahun 1847, sekitar tujuh tahun setelah naskah paling awal yang diketahui dari ''Syair Siti Zubaidah''.{{sfn|Liaw|2011|p=576}}
 
Baris 53:
''Syair'' ini berisi banyak kata [[rima]] yang tidak ditemukan dalam kamus.{{sfn|ANU, Bibliography}} Pola berima tersebut juga digunakan sebagai alasan untuk tidak memberikan rincian sebuah kejadian seksual dalam cerita ini; Dalam satu adegan penulis menulis "Cerita itu tidak akan dijabarkan / karena terlalu sulit untuk menemukan rima."{{sfn|Andaya|2013|p=157}} Namun ''Syair'' ini juga menarik kesejajaran antara perang dan seks: dalam satu adegan Zainal Abidin mengatakan kepada salah satu penawan Tiongkoknya "Kita harus bertarung di bawah kelambu / [[keris]] dan tombak kita dielus dan dibelai."{{sfn|Andaya|2013|p=157}}
 
== Publikasi ==
Sebuah versi [[transliterasi]] dicetak pada tahun 1983.{{sfn|Liaw|2011|p=612}} Abdul Rahman al-Ahmadi menulis edisi lain pada tahun 1994, sebagian besar didasarkan pada koleksi Ml 727 (disimpan di [[Perpustakaan Nasional Republik Indonesia]]) dan koleksi MSS 25 (disimpan di [[Perpustakaan Nasional Malaysia]]).{{sfn|ANU, Bibliography}}
 
== Penerimaan ==
''Syair Siti Zubaidah'' telah diadaptasi ke panggung, dengan menggunakan [[litograf]] atau catatan tulisan tangan sebagai sumber dialog.{{sfn|Millie|2004|p=9}}
 
Baris 64:
== Rujukan ==
{{refbegin|40em}}
* {{cite journal
|last=Andaya
|first=Barbara Watson
Baris 77:
|ref=harv
}}
* {{cite web
|title=Bibliography
|publisher=Australian National University
Baris 87:
|ref={{sfnRef|ANU, Bibliography}}
}}
* {{cite journal
|last=Koster
|first=G.
Baris 99:
|pages=95–115
}}
* {{cite book
|title=Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik
|trans_title=History of Classic Malay Literature
Baris 109:
|publisher=Yayasan Obor Indonesia
}}
* {{cite book
|url=http://books.google.ca/books?id=45cm7uerKzwC
|editor-last=Millie
Baris 120:
|isbn=9067182249
}}
* {{Cite book
|url=http://books.google.co.id/books?id=dtNx3QcEg_cC
|last=Salleh
Baris 131:
|location= Kuala Lumpur
}}
* {{cite journal
|last=Zaini-Lajoubert
|first=Monique
Baris 149:
 
== Bacaan lainnya ==
* {{cite book|title=Syair Siti Zubaidah Perang China: Perspektif Sejarah|trans_title=Syair Siti Zubaidah Perang China: Historical Perspective|language=Malaysian|first=Abdul Rahman|last=Al-Ahmadi|publisher=Perpustakaan Negara Malaysia|location=Kuala Lumpur}}
 
[[Kategori:Sastra Melayu]]