Transgender: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
RXerself (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
RXerself (bicara | kontrib)
Baris 72:
 
Individu transgender memenuhi diagnosis [[gangguan identitas gender]] (''gender identity disorder'', GID) hanya jika kondisinya tersebut menyebabkan rasa kecemasan yang kuat atau membuatnya kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.<ref name="apatransgenderanswers"/> Rasa kecemasan tersebut disebut sebagai ''[[disforia gender]]'' yang bisa berwujud [[depresi]] ataupun ketidakmampuan dalam beraktivitas, bekerja, dan membangun hubungan sosial sehat dengan orang lain. Bentuk diagnosis ini seringkali disalahtafsirkan&mdash;bahwa orang transgender menderita gangguan identitas gender. Orang transgender yang nyaman dengan gender mereka tanpa disertai dengan rasa tertekan atau kesulitan dalam beraktivitas tidak memenuhi diagnosis GID. Terlebih lagi, GID belum tentu bersifat permanen dan sering dapat diselesaikan melalui terapi atau transisi. Perasaan tertekan oleh perilaku-perilaku negatif orang lain atau pemerintah bukan merupakan gejala GID. GID bukanlah persoalan mengenai masalah perbedaan moral. Kalangan ilmu psikologi menekankan bahwa orang dengan gangguan kejiwaan atau emosional dalam bentuk apapun tidak pantas menerima [[stigma]]. Penyelesaian dari GID mencakup apapun yang dapat mengakhiri rasa ketidaknyamanan dan mengembalikan fungsi normal dalam beraktivitas. Solusi tersebut umumnya (namun tidak selalu) adalah menjalani [[transisi (transgender)|transisi gender]].<ref name="Brown&Rounsley" />
 
Pelatihan tenaga medis yang ada dinilai kurang dalam menyediakan informasi yang dibutuhkan tenaga medis agar dapat melayani individu transgender dengan baik. Hal tersebut menyebabkan tenaga-tenaga medis yang tidak memiliki kesiapan yang cukup dalam melayani populasi transgender.<ref name="L. Carroll, P.J. Gilroy, and J. Ryan">{{cite journal |last1=Carroll |first1=L. |last2=Gilroy |first2=P. J. |last3=Ryan |first3=J. |title=Transgender issues in counselor education |journal=Counselor Education and Supervision |year=2002 |volume=41 |issue=3 |pages=233–242 |doi=10.1002/j.1556-6978.2002.tb01286.x}}</ref> Banyak dari penyedia layanan kesehatan jiwa hanya tahu sedikit mengenai permasalahan transgender. Individu transgender yang kemudian mencari bantuan medis malah yang kemudian memberikan pengetahuan terhadap tenaga medis dan justru tidak menerima pelayanan.<ref name="Brown&Rounsley" />
 
Kurangnya pelatihan medis terhadap permasalahan transgender mulai banyak diketahui. Meskipun begitu, penelitian mengenai masalah-masalah spesifik kesehatan jiwa yang dihadapi oleh masyarakat transgender masih berfokus terhadap pengalaman dari tenaga medis dan bukan dari sisi pengalaman individu transgender.<ref name="H.E. Benson">{{cite journal |last1=Benson |first1=H. E. |title=Seeking support: Transgender client experiences with mental health services |journal=Journal of Feminist Family Therapy |year=2013 |volume=25 |pages=17–40 |doi=10.1080/0895833.2013.755081}}</ref> Tidak semua orang transgender mencari bantuan terapi dengan kondisi kesehatan jiwa individu yang berbeda-beda. Sebelum versi ketujuh dari [[Standards of Care for the Health of Transsexual, Transgender, and Gender Nonconforming People|Standards of Care]] (SOC, Standar Pelayanan), seseorang harus didiagnosis dengan gangguan identitas gender terlebih dahulu untuk berlanjut ke fase penanganan hormon atau operasi. Versi terbaru kini mengurangi fokus terhadap diagnosis dan lebih menekankan kepada pentingnya keterbukaan secara medis agar dapat memenuhi kebutuhan pelayanan medis yang berbeda-beda untuk orang transseksual, transgender, dan orang dengan gender bervariasi lainnya.<ref name=SOC>{{cite web |title=Standards of care for the health of transsexual, transgender, and gender nonconforming people—7th version |url=http://www.wpath.org/documents/Standards%20of%20Care%20V7%20-%202011%20WPATH.pdf |author=The World Professional Association for Transgender Health |accessdate=30 November 2014}}</ref>
 
Tujuan dari seorang individu ketika mencari bantuan medis dapat bervariasi. Hal tersebut sederhananya disebabkan karena orang transgender yang meminta pelayanan medis belum tentu berarti bahwa mereka memiliki masalah dengan identitas gender mereka. Tekanan emosional dari keberadaan stigma dan [[transfobia]] mendorong banyak orang transgender untuk mencari pelayanan medis untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Benson (2013) menjelaskan bahwa seorang wanita trans berkata, "Individu transgender datang ke terapis (dokter) namun masalah mereka yang paling besar tidak ada hubungannya dengan semata-mata karena mereka transgender, tetapi karena mereka harus sembunyi, mereka harus berdalih, dan mereka telah selama ini merasakan rasa bersalah dan malu, yang sayangnya biasanya telah mereka alami selama bertahun-tahun!"<ref name="H.E. Benson" /> Identifikasi transgender dari seorang individu masih dapat menimbulkan kesulitan yang terkait dengan keberadaan stigma. Banyak orang kemudian mencari penanganan kesehatan jiwa untuk [[depresi]] dan [[kegelisahan|ansietas]]. Beberapa orang transgender menekankan pentingnya mengakui identitas gender mereka oleh tenaga medis agar dapat berkonsultasi dengan baik mengenai masalah kesehatan lainnya.<ref name="H.E. Benson" />
 
== Lambang ''pride'' ==