Gereja Katolik Etiopia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ign christian (bicara | kontrib)
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 8:
Pada tahun 1839, Santo [[Yustinus de Jacobis]] tiba di negara itu sebagai Prefektur Apostolik Ethiopia, yang berkarya di suatu yurisdiksi [[Ritus Latin]]. Ia sebaliknya lebih suka menggunakan ritus liturgi Ethiopia. Banyak [[imam]] Ethiopia yang terpikat oleh kesalehan dan pengajarannya, yang kemudian melahirkan Gereja Katolik Ethiopia pada tahun [[1930]].
 
Ritus Latin bertumbuh di kawasan selatan Ethiopia di wilayah yang warganya belum beragama [[Kristen]] dan baru dipersatukan dalam negara modern pada akhir [[abad ke-19]]. Pendudukan [[Italia]] atas Ethiopia pada tahun [[1936]] mengakibatkan pertambahan jumlah yurisdiksi Ritus Latin, akan tetapi pengusiran [[misionaris]] asing pada akhir [[Perang Dunia II]] mengharuskan kaum klerus ritus Ethiopia mengambil alih tanggung jawab atas wilayah yang lebih luas daripada sebelumnya. Pada tahun [[1951]] Exarkat Apostolik Ritus Ethiophia untuk [[Addis Ababa]] didirikan. Sepuluh tahun kemudian, pada tanggal [[9 April]] [[1961]], Metropolia (Provinsi Gerejawi) Ethiopia didirikan, dengan Addis Ababa sebagai tahta Metropolitan (Keuskupan Agung) dan [[Asmara (Ethiopia|Asmara]] (di Eritrea) dan [[Adigrat]] (di Ethiopia) sebagai Eparki (Keuskupan) Sufragan.
 
== Yurisdiksi ==
Baris 16:
 
== Tradisi ==
Bahasa liturgis Gereja Ethiopia adalah [[Ge'ez]], suatu cabang [[bahasa Semit]] yang tidak lagi dugunakan dalam percakapan sehari-hari sejak beberapa abad silam. Liturgi Ethiopia didasarkan atas Liturgi [[Gereja Koptik]], namun pandangan-pandangan [[Kristologi]]snya berbeda dengan Gereja Ortodoks Ethiopia. Dalam doa-doa mereka dicantumkan doa untuk Paus, yang memperlihatkan bahwa mereka berada dalam komuni penuh dengan [[Roma]]. Kanon kitab suci yang digunakan adalah kanon [[Ortodoks]], demikian pula dengan teologinya, sehingga Gereja ini menolak [[Monofisitisme]].
 
Anak-anak tidak ditahbiskan menjadi diakon, seperti yang lazim dilakukan di kalangan Gereja Ortodoks Ethiopia, dan para imam cenderung mengenakan jubah dan kolar Gereja Katolik Roma.
 
Saat ini, 0,9% dari warga Ethiopia adalah umat Katolik.