Tertulianus: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ign christian (bicara | kontrib)
harapan: moral yg baik dr para penyunting utk mencantumkan sumber layak atas hal kontroversial
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 2:
'''Quintus Septimius Florens Tertullianus''', atau '''Tertulianus''', ([[155]]–[[230]]) adalah seorang pemimpin gereja dan penghasil banyak tulisan selama masa awal [[Kekristenan]].<ref name="Curtis">A. Kenneth Curtis, J. Stephen Lang & Randy Petersen, ''100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen, Immanuel'', 1999.</ref><ref name="Lane">Lane,Tonny. 2005. Runtut Pijar Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta:BPK Gunung Mulia. ISBN 979-9290-92-9. Hal. 11-14.</ref> Ia lahir, hidup, dan meninggal di [[Kartago]], sekarang [[Tunisia]]. Ia dibesarkan dalam keluarga berkebudayaan kafir (''pagan'') serta terlatih dalam kesusasteraan klasik, penulisan orasi, dan hukum. Pada tahun [[196]] ketika ia mengalihkan kemampuan intelektualnya pada pokok-pokok Kristen, ia mengubah pola pikir dan kesusasteraan gereja di wilayah Barat hingga sebagai [[Bapa Gereja]] ia digelari "Bapak Teologi Latin" atau "Bapak Gereja Latin". Ia memperkenalkan istilah "Trinitas" (dari kata yang sama dalam bahasa Latin) dalam perbendaharaan kata Kristen; sekaligus kemungkinan, merumuskan "Satu Allah, Tiga Pribadi". Di dalam ''[[Apologeticus]]''nya, ia adalah penulis Latin pertama yang menyatakan Kekristenan sebagai ''vera religio'' (?), dan sekaligus menurunkan derajat agama klasik Kerajaan dan cara penyembahan lainnya sebagai takhyul belaka.
 
Sebelumnya, para penulis Kristen umumnya menggunakan [[bahasa Yunani]] – bahasa yang agak fleksibel dan halus, yang cocok digunakan untuk berfilsafat dan berdebat tentang hal-hal sederhana. Acap kali, orang-orang Kristen yang berbahasa Yunani menggunakan cara berfilsafat seperti ini terhadap keyakinan mereka.
 
Meskipun Tertulianus, pengacara kelahiran [[Afrika]] itu, dapat berbahasa Yunani, ia memilih menulis dalam [[bahasa Latin]], dan karya-karyanya mencerminkan unsur-unsur moral dan praktis orang [[Romawi]] yang berbahasa Latin. Pengacara yang berpengaruh ini telah menarik banyak penulis untuk mengikuti gayanya.
 
Ketika orang-orang Kristen Yunani masih bertengkar tentang keilahian Kristus serta hubunganNya dengan [[Allah Bapa]], Tertulianus sudah berupaya menyatukan kepercayaan itu dan menjelaskan posisi ortodoks. Maka, ia pun merintis formula yang sampai hari ini masih kita pegang: [[Tritunggal|Allah adalah satu hakikat yang terdiri dari tiga pribadi]].
 
Ketika dia menyiapkan apa yang menjadi doktrin [[Tritunggal|Trinitas]], Tertulianus tidak mengambil terminologinya dari para filsuf, tetapi dari Pengadilan Roma. Kata Latin ''substantia'' bukan berarti "bahan" tetapi "hak milik". Arti kata ''persona'' bukanlah "pribadi", seperti yang lazim kita gunakan, tetapi merupakan "suatu pihak dalam suatu perkara" (di pengadilan). Dengan demikian, jelaslah bahwa tiga ''personae'' dapat berbagi satu ''substantia''. Tiga pribadi ([[Allah Bapa|Bapa]], [[Allah Anak|Putra]] dan [[Allah Roh Kudus|Roh Kudus]]) dapat berbagi satu hakikat (kedaulatan ilahi).
 
Meskipun Tertulianus mempersoalkan "Apa urusan [[Athena]] (filsafat) dengan [[Yerusalem]] (gereja)?" namun, filsafat [[Stoa]] yang populer pada masa itu turut mempengaruhinya. Ada yang berkata bahwa ide dosa asal bermula dari [[Stoisisme]], kemudian diambil alih Tertulianus dan selanjutnya merambat ke Gereja Barat. Agaknya ia berpendapat bahwa roh (jiwa) itu adalah sebentuk benda: seperti tubuh dibentuk ketika pembuahan, maka roh pun demikian. [[Dosa Adam]] diwariskan seperti [[rangkaian genetik]].
 
Gereja-gereja Barat menyimak ide ini, tetapi ide ini tidak dialihkan ke Timur (yang mempunyai pandangan yang lebih optimistik tentang sifat manusia).
 
Kira-kira pada tahun [[206]], Tertulianus meninggalkan Gereja untuk bergabung dengan sekte [[Montanis]]. Keterlibatannya dengan Montanisme, dan karena sejumlah tulisan menjelang akhir hidupnya dianggap bertentangan dengan ajaran Gereja, kemungkinan membuat Tertulianus tidak pernah diakui sebagai seorang [[santo]] oleh Gereja, tidak seperti para [[Bapa Gereja]] lainnya.