INASAT-1: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Clean up, replaced: Resiko → Risiko using AWB
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 28:
'''INASAT-1''' adalah [[Nano Hexagonal Satelit]] yang dibuat oleh [[Roy Alfredo Silaban]] dan didesain sendiri oleh [[Indonesia]] untuk pertama kalinya. INASAT-1 merupakan satelit [[metodologi]] penginderaan untuk memotret [[cuaca]] buatan [[LAPAN]].
 
Selain itu INASAT-1 adalah satelit [[Nano]] alias satelit yang menggunakan [[komponen elektronik]] berukuran kecil, dengan berat sekitar 10-15 [[kilogram|kg]].
Satelit itu dirancang dengan misi untuk mengumpulkan [[data]] yang berhubungan erat dengan data lingkungan (berupa [[fluks]] [[magnet]] didefinisikan sebagai muatan [[ilmiah]]) maupun ''housekeeping'' yang digunakan untuk mempelajari dinamika gerak serta penampilan sistem satelit.
 
Adapun satelit itu dirancang bersama oleh [[PT Dirgantara Indonesia]] dan [[Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional]] (LAPAN), khususnya Pusat Teknologi Elektronika (Pustek) Dirgantara.
Berbekal nota kesepakatan antara LAPAN, Dirgantara Indonesia, serta dukungan dana dari Riset Unggulan Kemandirian Kedirgantaraan 2003, maka dimulailah rancangan satelit Nano dengan nama Inasat-1 (''Indonesia Nano Satelit-1'').
 
Dari segi [[dinamika gerak]] akan diketahui melalui pemasangan sensor ''gyrorate'' tiga sumbu, sehingga dalam perjalanannya akan diketahui bagaimana perilaku geraknya.
Penelitian dinamika gerak ini menjadi hal yang menarik untuk satelit-satelit ukuran Nano yang terbang dengan ketinggian antara 600-800 [[kilometer|km]].
 
Baris 51:
[[Berkas:Inasat_struktur_tobymandotnl.jpg|thumb|right|150px|Saat pembuatan struktur satelit hexagonal INASAT-1]]
 
Dengan asumsi peluncur [[PSLV]] dengan segala konsekuensi sistem separasinya, diprediksi tidak terjadi gerak ''spin''.
Risiko yang diambil adalah kemungkinan adanya ''up down stability'', sehingga masalah ''lay-out'' dari ''mass properties'' menjadi satu-satunya cara agar kestabilan ini dapat tercapai.
 
INASAT-1 merupakan proyek yang menghabiskan biaya Rp 725 juta.
Satelit yang menggunakan saluran komunikasi [[VHF]]/[[UHF]] ini diperkirakan sanggup mengorbit selama 6 hingga 12 bulan.