Sutomo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Menolak 15 perubahan teks terakhir dan mengembalikan revisi 10375724 oleh Bonaditya
Baris 8:
|imagesize =
|caption ={{negara|Indonesia}}
|office = Menteri NegaraTenaga UrusanKerja Bekasdan PejuangTransmigrasi Republik Indonesia|Menteri Tenaga Kerja
|order = 10
|term_start = [[1227 Agustus]] [[19551964]]
|term_end = [[2426 Maret]] [[19561966]]
|president = [[Soekarno]]
|predecessor = jabatan[[Ahem baruErningpradja]]
|successor = [[DahlanAwaluddin IbrahimDjamin]]
|office2 = [[Daftar Menteri Sosial Indonesia|Menteri Sosial]] ke-13
|order =
|term_start2 = [[18 Januari]] [[1956]]
|term_end2 = [[24 Maret]] [[1956]]
|president2 = [[Soekarno]]
|predecessor2 = [[Sudibjo (menteri)|Sudibjo]]
|successor2 = [[Fatah Jasin]]
|birth_date = {{birth date|1920|10|3}}
|birth_place = {{negara|Indonesia}} [[Surabaya]], [[Jawa Timur]], [[Indonesia]]
Baris 27 ⟶ 20:
|death_place = {{negara|Arab Saudi}} [[Padang Arafah]], [[Arab Saudi]]
|nationality = {{negara|Indonesia}} [[Indonesia]]
|party = [[Partai Rakyat Indonesia]]
|spouse = [[Sulistina]]
|children =
|residence =
Baris 35 ⟶ 28:
|religion = [[Islam]]
}}
 
'''Sutomo''' ({{lahirmati|[[Surabaya]], [[Jawa Timur]]|3|10|1920|[[Padang Arafah]], [[Arab Saudi]]|7|10|1981}})<ref name="sutomo">{{cite journal
| last =Frederick | first =William H. | authorlink = | coauthors = | title =In Memoriam: Sutomo | journal =Indonesia | volume =33 | issue = | pages =127–128 | publisher =Cornell University outheast Asia Program | date =April 1982 | url =http://cip.cornell.edu/Dienst/UI/1.0/Summarize/seap.indo/1107016901 | doi = | id =seap.indo/1107016901 | accessdate =
| format = }}
</ref><ref>[http://nasional.tempo.co/read/news/2015/11/10/078717503/sebelum-wafat-bung-tomo-bertanya-hal-ini-kepada-istrinya Sebelum Wafat, Bung Tomo Bertanya Hal Ini Kepada Istrinya]
</ref> lebih dikenal dengan sapaan akrab oleh rakyat sebagai '''Bung Tomo''', adalah pahlawan yang terkenal karena peranannya dalam membangkitkan semangat rakyat untuk melawan kembalinya penjajah Belanda melalui tentara [[NICA]], yang berakhir dengan pertempuran [[10 November]] [[1945]] yang hingga kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.
 
== Masa muda ==
Sutomo dilahirkan di [[Kampung Blauran]], di pusat kota [[Surabaya]]. Ayahnya bernama [[Kartawan Tjiptowidjojo]], seorang kepala keluarga dari kelas menengah. Ia pernah bekerja sebagai pegawai pemerintahan, sebagai staf pribadi di sebuah perusahaan swasta, sebagai asisten di kantor pajak pemerintah, dan pegawai kecil di perusahan ekspor-impor Belanda. Ia mengaku mempunyai pertalian darah dengan beberapa pendamping dekat [[Pangeran Diponegoro]] yang dikebumikan di [[Malang]].
 
Ibunya berdarah campuran [[Jawa Tengah]], [[Sunda]], dan [[Suku Madura|Madura]]. Ia pernah bekerja sebagai polisi di kotapraja, dan pernah pula menjadi anggota [[Sarekat Islam]], sebelum ia pindah ke Surabaya dan menjadi distributor lokal untuk perusahaan mesin jahit [[Singer]].
 
Sutomo dibesarkan di rumah yang sangat menghargai pendidikan. Ia berbicara dengan terus terang dan penuh semangat. Ia suka bekerja keras untuk memperbaiki keadaan. Pada usia 12 tahun, ketika ia terpaksa meninggalkan pendidikannya di [[MULO]], Sutomo melakukan berbagai pekerjaan kecil-kecilan untuk mengatasi dampak depresi yang melanda dunia saat itu. Belakangan, dalamia buku ''Bungmenyelesaikan Tomo Suamiku: Biar Rakyat yang Menilai Kepahlawananmu'' dan beberapa buku lain disebutkan bahwa Sutomo pernah mengenyam Leidse Scrift Onderwiys Hoogere Burgerschoolpendidikan ([[Hogereburgerschool|HBS]]),-nya pendidikan menengah setingkat SMP dan SMA selama lima tahun. Tapilewat istrinyakorespondensi, Sulistina, mengatakan Bung Tomonamun taktidak pernah lulus HBS. Inilah sebabnya Sutomo kerap diejek karena dianggap bukan kalangan intelektual. Karena gusar dengan ledekan tersebut, Sutomo lalu nekat menemui Profesor Doktor Djokosoetono, Dekan Fakultas Ekonomi [[Universitas Indonesia]]. Sulistina bercerita, Sutomo akhirnya mendapat kesempatan mengikuti ujian ''colloquium doctum''—tes masuk perguruan tinggi tanpa memandang ijazah yang dimiliki—bersama tiga orang lain. Setelah diuji oleh dosen penguji, diputuskan akhirnya Sutomoresmi lulus dan diterima di Universitas Indonesia. Jadilah Sutomo kuliah pada 1959 saat dirinya berusia 39 tahun.<ref>[http://nasional.tempo.co/read/news/2015/11/10/078717425/ajaib-bung-tomo-hanya-lulusan-sd-tapi-bisa-kuliah Ajaib, Bung Tomo Hanya Lulusan SD tetapi Bisa Kuliah]
</ref> Namun, meski sudah berstatus sebagai mahasiswa, kuliah Sutomo jauh dari mulus, karena dia tak melepas kegiatannya sebagai aktivis. Baru pada tahun 1968 atau sembilan tahun setelah kuliah, Sutomo bisa memasuki masa prayudisium, yang artinya waktu untuk menyusun skripsi. Menurut istri Sutomo, Sulistina, suaminya sebenarnya sudah menyelesaikan skripsi. Sayang, skripsi itu tak pernah diuji. Sampai akhir hayatnya, toga tak pernah tersemat di kepala Sutomo.<ref>[http://nasional.tempo.co/read/news/2015/11/10/078717451/skripsi-selesai-bung-tomo-tak-lulus-dari-ui Skripsi Selesai, Bung Tomo Tak Lulus dari UI]
</ref>
 
Sutomo kemudian bergabung dengan KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Belakangan Sutomo menegaskan bahwa filsafat kepanduan, ditambah dengan kesadaran nasionalis yang diperolehnya dari kelompok ini dan dari kakeknya, merupakan pengganti yang baik untuk pendidikan formalnya. Pada usia 17 tahun, ia menjadi terkenal ketika berhasil menjadi orang kedua di Hindia Belanda yang mencapai peringkat Pandu Garuda. Sebelum pendudukan [[Jepang]] pada [[1942]], peringkat ini hanya dicapai oleh tiga orang Indonesia.
 
== Pemimpin Perjuangan Pertempuran Surabaya 10 November 1945 ==
== Keluarga ==
Sutomo pernah menjadi seorang jurnalis yang sukses. Kemudian ia bergabung dengan sejumlah kelompok politik dan sosial. Ketika ia terpilih pada [[1944]] untuk menjadi anggota [[Gerakan Rakyat Baru]] yang disponsori Jepang, hampir tak seorang pun yang mengenal dia. Namun semua ini mempersiapkan Sutomo untuk peranannya yang sangat penting, ketika pada Oktober dan November 1945, ia menjadi salah satu Pemimpin yang menggerakkan dan membangkitkan semangat rakyat Surabaya, yang pada waktu itu Surabaya diserang habis-habisan oleh pasukan Inggris yang mendarat untuk melucutkan senjata tentara pendudukan Jepang dan membebaskan tawanan Eropa. Sutomo terutama sekali dikenang karena seruan-seruan pembukaannya di dalam siaran-siaran radionya yang penuh dengan emosi.
Sutomo menikahi [[Sulistina]] pada [[19 Juni]] [[1947]] dan dikaruniai 4 anak.
 
== Pemimpin Perjuangan Pertempuran Surabaya 10 November 1945 ==
Sutomo pernah menjadi seorang jurnalis yang sukses. Kemudian ia bergabung dengan sejumlah kelompok politik dan sosial. Ketika ia terpilih pada [[1944]] untuk menjadi anggota [[Gerakan Rakyat Baru]] yang disponsori Jepang, hampir tak seorang pun yang mengenal dia. Namun semua ini mempersiapkan Sutomo untuk peranannya yang sangat penting, ketika pada Oktober dan November 1945, ia menjadi salah satu Pemimpin yang menggerakkan dan membangkitkan semangat rakyat Surabaya, yang pada waktu itu Surabaya diserang habis-habisan oleh pasukan Inggris yang mendarat untuk melucutkan senjata tentara pendudukan Jepang dan membebaskan tawanan Eropa. Sutomo terutama sekali dikenang karena seruan-seruan pembukaannya di dalam siaran-siaran radionya yang penuh dengan emosi.
 
Meskipun Indonesia kalah dalam Pertempuran 10 November itu, kejadian ini tetap dicatat sebagai salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah Kemerdekaan Indonesia.
 
== Setelah kemerdekaan ==
Setelah kemerdekaan Indonesia, Sutomo sempat terjun dalam dunia politik pada tahun [[1950]].-an, Ia bersama para pemuda bekas anggota [[Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia]] mendirikan [[Partai Rakyat Indonesia]] pada [[20 Mei]] [[1950]]. Namun,namun ia tidak merasa bahagia dan kemudian menghilang dari panggung politik. Pada akhir masa pemerintahan Soekarno dan awal pemerintahan [[Suharto]] yang mula-mula didukungnya, Sutomo kembali muncul sebagai tokoh nasional.
[[Berkas:Bung Tomo Menteri.jpg|200px|thumb|Bung Tomo menjabat Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang era [[Kabinet Burhanuddin Harahap]] pada tahun [[1955]].]]
[[Berkas:Bung Tomo PRI.jpg|200px|thumb|[[Bung Tomo]] memberikan pidato untuk [[Partai Rakyat Indonesia]] di [[Bandung]], [[September]] [[1955]].]]
Setelah kemerdekaan Indonesia, Sutomo sempat terjun dalam dunia politik pada tahun [[1950]]. Ia bersama para pemuda bekas anggota [[Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia]] mendirikan [[Partai Rakyat Indonesia]] pada [[20 Mei]] [[1950]]. Namun, ia tidak merasa bahagia dan kemudian menghilang dari panggung politik. Pada akhir masa pemerintahan Soekarno dan awal pemerintahan [[Suharto]] yang mula-mula didukungnya, Sutomo kembali muncul sebagai tokoh nasional.
 
Padahal, berbagai jabatan kenegaraan penting pernah disandang Bung Tomo. Ia pernah menjabat Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata/Veteran sekaligus Menteri Sosial Ad Interim pada 1955-1956 di era Kabinet Perdana Menteri [[Burhanuddin Harahap]]. Bung Tomo juga tercatat sebagai anggota DPR pada 1956-1959 yang mewakili [[Partai Rakyat Indonesia]].
 
Namun pada awal 1970-an, ia kembali berbeda pendapat dengan pemerintahan [[Orde Baru]]. Ia berbicara dengan keras terhadap program-program Suharto sehingga pada [[11 April]] [[1978]] ia ditahan oleh pemerintah Indonesia yang tampaknya khawatir akan kritik-kritiknya yang keras. Baru setahun kemudian ia dilepaskan oleh Suharto. Meskipun semangatnya tidak hancur di dalam penjara, Sutomo tampaknya tidak lagi berminat untuk bersikap vokal.
[[Berkas:BungTomo1974.jpg|200px|thumb|Bung Tomo di Jakarta pada tahun [[1974]].]]
Namun pada awal 1970-an, ia kembali berbeda pendapat dengan pemerintahan [[Orde Baru]]. Ia berbicara dengan keras terhadap program-program Suharto sehingga pada [[11 April]] [[1978]] ia ditahan oleh pemerintah Indonesia yang tampaknya khawatir akan kritik-kritiknya yang keras. Baru setahun kemudian ia dilepaskan oleh Suharto. Meskipun semangatnya tidak hancur di dalam penjara, Sutomo tampaknya tidak lagi berminat untuk bersikap vokal.
 
Ia masih tetap berminat terhadap masalah-masalah politik, namun ia tidak pernah mengangkat-angkat peranannya di dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Ia sangat dekat dengan keluarga dan anak-anaknya, dan ia berusaha keras agar keempatkelima anaknya berhasil dalam pendidikannya.
 
Sutomo sangat bersungguh-sungguh dalam kehidupan imannya, namun tidak menganggap dirinya sebagai seorang Muslim saleh, ataupun calon pembaharu dalam agama. Pada [[7 Oktober]] [[1981]] ia meninggal dunia di [[Padang Arafah]], ketika sedang menunaikan ibadah haji. Berbeda dengan tradisi untuk memakamkan para jemaah haji yang meninggal dalam ziarah ke tanah suci, jenazah Bung Tomo dibawa kembali ke tanah air dan dimakamkan bukan di sebuah Taman Makam Pahlawan, melainkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel di Surabaya.
 
== Wafat ==
[[Berkas:Bung Tomo 071081.jpg|200px|thumb|[[Bung Tomo]] wafat pada [[7 Oktober]] [[1981]]. Jenazah beliau dimakamkan di TPU Ngagel, [[Surabaya]].]]
Pada [[7 Oktober]] [[1981]] ia meninggal dunia di [[Padang Arafah]], ketika sedang menunaikan ibadah haji. Berbeda dengan tradisi untuk memakamkan para jemaah haji yang meninggal dalam ziarah ke tanah suci, jenazah Bung Tomo dibawa kembali ke tanah air dan dimakamkan bukan di sebuah Taman Makam Pahlawan, melainkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel di Surabaya.
 
== Gelar Pahlawan Nasional ==
Baris 89 ⟶ 70:
 
== Pranala luar ==
 
* [http://web.archive.org/web/20060921180717/http://cip.cornell.edu/DPubS/Repository/1.0/Disseminate/seap.indo/1107016901/body/pdf In Memoriam: Sutomo, oleh William H. Frederick] {{en}}
 
{{Pahlawan Indonesia}}
{{Menteri Ketenagakerjaan Indonesia}}
 
{{DEFAULTSORT:Sutomo, Sutomo}}
 
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Tenaga Kerja Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Sosial Indonesia]]
[[Kategori:Anggota DPR]]
[[Kategori:Tokoh dari Surabaya]]