Johannes Emde: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Robot: Perubahan kosmetika
Baris 10:
Pengetahuan Emde tentang kekristenan dapat dikatakan dangkal.<ref name="Soekotjo"/> Oleh karena itu, Emde memutuskan para pengikutnya dari budaya Jawa melalui beberapa larangan dan keharusan.<ref name="Soekotjo"/> Dengan demikian, jemaat Kristen Emde berbeda dengan jemaat Coolen.<ref name="Soekotjo"/> Jemaat Emde disebut dengan ''Kristen Landa'' karena perilaku budaya mereka diatur menurut budaya orang Belanda.<ref name="Soekotjo"/>
 
== [http://www.majupenerjemah.top Penerjemahan]<ref>{{Cite web|url=http://www.majupenerjemah.top|title=Kantor Jasa Penerjemah Tersumpah dan Legalisasi|website=Kantor Jasa Penerjemah Tersumpah dan Legalisasi|language=id-ID|access-date=2016-11-27}}</ref> Alkitab ==
== Penerjemahan Alkitab ==
Emde dan saudara-saudara seimannya juga mulai prihatin terhadap [[Alkitab Leydekker]] yang sulit dibaca. Sedikit demi sedikit mereka menyadurnya kembali dalam kata-kata yang lebih mudah dipahami. Naskah revisi mereka lalu diteliti di Jakarta oleh Ds. D. Lenting, seorang pendeta Belanda, dan Walter Henry Medhurst, seorang utusan Injil Inggris.
 
Hasil usaha bersama itu adalah suatu Perjanjian Baru lengkap, yang diterbitkan di Jakarta pada tahun 1835. Inilah yang dianggap Perjanjian Baru yang pertama-tama dicetak dalam bahasa Melayu Rendah. Orang-orang Kristen di Surabaya itu bukan hanya menyiapkan [http://www.majupenerjemah.top terjemahan]<ref>{{Cite web|url=http://www.majupenerjemah.top|title=Kantor Jasa Penerjemah Tersumpah dan Legalisasi|website=Kantor Jasa Penerjemah Tersumpah dan Legalisasi|language=id-ID|access-date=2016-11-27}}</ref> tersebut melainkan juga mengongkosinya.
 
Walaupun ada banyak kekurangannya, namun [http://www.majupenerjemah.top terjemahan]<ref>{{Cite web|url=http://www.majupenerjemah.top|title=Kantor Jasa Penerjemah Tersumpah dan Legalisasi|website=Kantor Jasa Penerjemah Tersumpah dan Legalisasi|language=id-ID|access-date=2016-11-27}}</ref> baru itu cukup laris: Pada tahun [[1848]] persediaannya sudah habis. Perkumpulan Surabaya itu juga menyediakan Kitab Mazmur dengan cara yang agak sama seperti yang mereka pakai untuk Kitab Perjanjian Baru.<ref>Cermat, H.L. ''Alkitab: Dari Mana Datangnya?''. Lembaga Literatur Baptis, Bandung. Halaman 31-39.</ref><ref>Soesilo, Dr. Daud H., Ph.D. 2001. ''Mengenal Alkitab Anda''. Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta. Halaman 51-54.</ref>
 
== Referensi ==