Kakawin Arjunawijaya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Robot: Perubahan kosmetika
HsfBot (bicara | kontrib)
k clean up, replaced: nasehat → nasihat (2) using AWB
Baris 6:
Diceritakan tentang Raja Raksasa Mali Malyawan dikalahkan oleh [[Dewa]] [[Wisnu]] sehingga di melarikan diri dari kerajaannya yang bernama [[Lengka]]. Untuk mengisi kekosongan kerajaan maka Waiúrawana, putra Wiúrawa menempati kerajaan itu. [[Raksasa]] Sumali yang merupakan keluarga Mali Malyawan sangat tertarik dengan kepandaian dan kesaktian Waiúrawana dan ingin memiliki keturunan yang serupa agar dapat membalas dendam kepada Dewa Wiûóu. Kekasi berhasil memenuhi harapan ayahnya sehingga dari perkawinannya dengan Wiúrawa lahirlah empat orang anak yaitu: Daúamukha (yang berkepala sepuluh), Kumbhakaróa, Wibhìûana dan Úùrpaóakhà. Ketiga anak laki laki Wiúrawa itu melakukan tapa brata yang keras di Gunung Gokaróa.
 
Daúamukha bertapa dengan memenggal kepalanya satu persatu dan melemparkan ke api korban, sehingga ia mendapat anugrah kesaktian dari [[Dewa Brahma]] yaitu ia tidak tertewaskan oleh seorang Dewa maupun Raksasa. Setelah itu ia dipulihkan kembali seperti semula. Setelah mendapat anugrah dari [[Dewa Brahma]], dengan kesaktian yang dimiikinya Daúamukha selalu berbuat jahat dan meresahkan di dunia. Waiúrawana, yang merupakan kakak tirinya merasa prihatin dan menasehati adiknya. Ia mengutus Gomuka untuk membawa surat yang isinya berupa nasehatnasihat agar berhenti berbuat kejahatan di dunia. Daúamukha sangat marah atas nasehatnasihat itu dan melampiaskan kemarahannya dengan memenggal kepala Gomuka. Lalu ia dikutuk oleh Gomuka, bahwa istananya kelak akan dibakar oleh seorang utusan.
 
Daúamukha kemudian menyerang Kerajaan Lengka di mana Waiúrawana (Daneúwara) menjadi raja. Perang yang hebat terjadi. Dengan kesaktinnya Daúamukha mengenakan wujud yang tak kelihatan sehingga ia dapat menyerang dan memukul Waiúrawana bertubi-tubi. Waiúrawana tidak dapat melakukan perlawanan . Ia disiksa oleh Daúamukha sampai berlumuran darah. Para Dewa yang melihat tidak berani menolong. Pada saat itulah patih Daúamukha yang bernama Prahasta merasa iba melihat keadaan Waiúrawana, sehingga ia memohon agar jangan membunuh kakak tirinya demi rasa hormatnya terhadap ayahnya Wiúrawa. Kesempatan itu digunakan oleh pengikut Waiúrawana untuk mengamankan dia. Kerajaan Lengka akhirnya dirampas oleh Daúamukha. Daúamukha tidak berhenti sampai disana ia terus menyebarkan kehancuran di mana-mana.