Fenomenologi (filsafat): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Hesedandemet (bicara | kontrib)
HsfBot (bicara | kontrib)
k clean up, replaced: hakekat → hakikat (2), removed stub tag using AWB
Baris 5:
Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh [[Johann Heinrich Lambert]] (1728 - 1777), seorang [[filsuf]] [[Jerman]]. Dalam bukunya ''Neues Organon'' (1764). ditulisnya tentang ilmu yang tak nyata.
 
Dalam pendekatan sastra, '''fenomenologi''' memanfaatkan pengalaman intuitif atas fenomena, sesuatu yang hadir dalam refleksi fenomenologis, sebagai titik awal dan usaha untuk mendapatkan fitur-hakekathakikat dari pengalaman dan hakekathakikat dari apa yang kita alami. [[G.W.F. Hegel]] dan [[Edmund Husserl]] adalah dua tokoh penting dalam pengembangan pendekatan [[Filsafat|filosofis]] ini.
 
Tradisi fenomenologi berkonsentrasi pada pengalaman pribadi termasuk bagian dari individu – individu yang ada saling memberikan pengalaman satu sama lainnya. Komunikasi di pandang sebagai proses berbagi pengalaman atau informasi antar individu melalui dialog. Hubungan baik antar individu mendapat kedudukan yang tinggi dalam tradisi ini. Dalam tradisi ini mengatakan bahwa bahasa adalah mewakili suatu pemaknaan terhadap benda. Jadi, satu kata saja sudah dapat memberikan pemaknaan pada suatu hal yang ingin di maknai.
Baris 15:
Fenomenologi menjelaskan fenomena perilaku manusia yang dialami dalam kesadaran. Fenomenolog mencari pemahaman seseorang dalam membangun makna dan konsep yang bersifat intersubyektif. Oleh karena itu, penelitian fenomenologi harus berupaya untuk menjelaskan makna dan pengalaman hidup sejumlah orang tentang suatu konsep atau gejala. Natanson menggunakan istilah fenomenologi merujuk kepada semua pandangan sosial yang menempatkan kesadaran manusia dan makna subjektifnya sebagai fokus untuk memahami tindakan sosial.
 
Berdasar asumsi ontologis, penggunaan paradigma fenomeologi dalam memahami fenomena atau realitas tertentu, akan menempatkan realitas sebagai konstruksi sosial kebenaran. Realitas juga dipandang sebagai sesuatu yang sifatnya relatif, yaitu sesuai dengan konteks spesifik yang dinilai relevan oleh para aktor sosial. Secara epistemologi, ada interaksi antara subjek dengan realitas akan dikaji melalui sudut pandang interpretasi subjek. Sementara itu dari sisi aksiologis, nilai, etika, dan pilihan moral menjadi bagian integral dalam pengungkapan makna akan interpretasi subjek.
 
== Jenis-Jenis Tradisi Fenomenologi ==
Baris 35:
# Reduksi Fenomenologi. Dalam tahapan ini peneliti bisa menemukan inti penelitian yang dilakukan dengan cara membandingkan persepsi.
# Variasi Imajinasi. Dalam tahapan ini penelitia mulai menggali tema-tema pokok dimana fenomena mulai muncul dengan sistematis.
# Sintesis makna dan esensi. Menggambarkan kondisi fenomena yang dialami objek penelitian secara keseluruhan.
 
= Sumber =
* {{id}} [http://mediasastra.com/glossary/pendekatan_sastra/fenomenologi Fenomenologi dalam Pendekatan Sastra]
 
{{filsafat-stub}}
 
[[Kategori:Filsafat]]