Kiai Tunggul Wulung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k cosmetic changes
k Robot: Perubahan kosmetika
Baris 11:
'''Kyai Tunggul Wulung''' adalah seorang tokoh yang diceritakan dalam Babad Kediri, salah satu abdi dari Raja [[Jayabaya]]. Ia dipercaya menjadi penjaga kawah [[Gunung Kelud]] untuk mengarahkan lava Kelud agar tidak memakan banyak korban.<ref name=anwar>Anwar Khumaini. 20 Februari 2014. MERDEKA.COM, Peristiwa. [http://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-kyai-tunggul-wulung-si-penjaga-kawah-gunung-kelud.html Kisah Kyai Tunggul Wulung, si penjaga kawah Gunung Kelud].</ref> Nama "Tunggul Wulung" memiliki arti "Panji/ Bendera Biru-Hitam".<ref name=jan>Jan S. Aritonang. 2004. [http://books.google.co.id/books?id=_r7Jiiu7DugC&pg=PA93&lpg=PA93&dq=%22tunggul+wulung%22+jayabaya+-bandara+-airport&source=bl&ots=sQBjTTDeJ5&sig=Q4E3GXj7naYLFaZNOUDfZGgniTs&hl=en&sa=X&ei=BiMxU4TAC6eAiQeX34HgDw&redir_esc=y#v=onepage&q=%22tunggul%20wulung%22%20jayabaya%20-bandara%20-airport&f=false "Sejarah perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia"], hal. 93.</ref>
 
== Babad Kediri ==
''Babad Kadhiri'' ditulis pada tahun 1832 oleh Mas Ngabehi Purbawijaya dan Mas Ngabehi Mangunwijaya.
 
Baris 22:
Kyai Daha dijadikan patih yang taat berganti nama menjadi [[Buta Locaya]], sementara Kyai Daka dijadikan senopati perang dengan nama Tunggul Wulung. Saat Raja Jayabaya [[moksa]], keduanya juga ikut moksa. Buta Locaya ditugaskan untuk menjaga Selabale (gua Selomangleng), sedangkan Tunggul Wulung diperintahkan untuk menjaga kawah [[Gunung Kelud]] agar letusannya tidak banyak merusak desa sekitar, dan memakan banyak korban jiwa. Konon, nantinya Raja Jayabaya akan datang kembali, dan tugas Tunggul Wulung adalah mempersiapkan kedatangan sang raja yang telah muksa.<ref name=anwar/><ref>Susanne Schröter. 2010. "''Christianity in Indonesia: Perspectives of Power''", hal. 72-73. Berlin: Lit Verlag. [[ISBN]] [[Istimewa:Sumber buku/978-3-643-10798-5|978-3-643-10798-5]]. {{en}}</ref><ref>Merle Calvin Ricklefs. 2007. "''Polarising Javanese Society: Islamic and Other Visions, C. 1830-1930''", hal. 200. [[Singapura]]: NUS Press. [[ISBN]] [[Istimewa:Sumber buku/978-9971-69-346-6|978-9971-69-346-6]]. {{en}}</ref>
 
== ''Serat Darmogandul'' ==
{{main|Serat Darmagandhul}}
''Serat Darmogandul'' merupakan karya [[sastra Jawa Baru]] yang menceritakan jatuhnya [[Majapahit]] akibat serbuan [[Kerajaan Demak]]. Hampir seluruh isi Serat Darmagandul merupakan bentuk turunan dari cerita babad Kadhiri.
Baris 29:
{{cquote|Saat moksanya Sang Prabu Jayabaya dan putrinya yang bernama Ni Mas Ratu Pagedhongan, Buta Locaya dan Kyai Tunggulwulung juga sama-sama moksa. Ni Mas Ratu Pagedhongan menjadi ratu makhluk halus pulau Jawa, kotanya berada di laut selatan serta dijuluki Ni Mas Ratu Anginangin. Seluruh makhluk halus yang ada di lautan daratan serta kanan-kirinya tanah Jawa, semua sama-sama takluk kepada [[Ni Mas Ratu Anginangin]]. Buta Locaya kediamannya ada di Selabale, sedangkan Kyai Tunggulwulung ada di Gunung Kelut, mengawasi kawah serta lahar, jika lahar keluar supaya tidak membuat rusak desa dan lain-lainnya.}}
 
== Buku ''Goenoeng Keloed'' ==
''Goenoeng Keloed''' (1941) adalah buku berbahasa Jawa klasik karya R. Kartawibawa, terbitan Badan Penerbitan G Kolff & Co tahun 1941. Buku ini menceritakan sosok Kyai Tunggul Wulung tidak jauh beda seperti yang dijelaskan dalam Babad Kediri. Ia adalah orang asli Kediri dan merupakan abdi Raja Jayabaya. Dia ditugaskan untuk menjaga Gunung Kelud agar bersahabat dengan manusia dan alas di sekitarnya. Tempat kediaman Kyai Tunggu Wulung berada di lereng Kelud bagian timur laut, dekat dengan kawah. Konon daerah tersebut sangat ''wingit'', banyak orang kerasukan dan menjumpai hal-hal gaib yang tak masuk akal.<ref name=anwar/>
 
Baris 36:
Buku tersebut juga dijelaskan, untuk menghindari bahaya saat Gunung Kelud meletus, orang zaman dulu menutup rapat-rapat pintu rumahnya, kemudian memanjat pohon rangon. Dengan demikian, lava, air, pasir, lumpur, dan bebatuan yang mengalir deras dari puncak Kelud tidak mengenai mereka.<ref name=anwar/>
 
== Kyai Ibrahim Tunggul Wulung ==
{{main|Kiai Ibrahim Tunggul Wulung}}
Kiai Ibrahim Tunggul Wulung adalah seorang [[penginjil]] Jawa dari abad ke-19. Nama aslinya adalah Ngabdullah, ia mengganti namanya menjadi Tunggul Wulung setelah menjadi petapa di lereng [[Gunung Kelud]]. Van Akkeren menduga Ngabdullah ingin menyamakan dirinya dengan Tunggul Wulung, penjaga Gunung Kelud, lambang kekuatan yang menyelamatkan dunia dari kehancuran.<ref name=jan/>
 
== Lihat pula ==
 
* Prabu [[Jayabaya]]
* [[Buta Locaya]]
 
== Pranala luar ==
 
* [http://arsipbudayanusantara.blogspot.nl/2012/09/cerita-mokswanya-prabu-jayabaya-beserta.html Cerita Mokswanya Prabu Jayabaya Beserta Para Punggawanya]
 
== Referensi ==