Bujangga Manik (naskah): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kembangraps (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Kembangraps (bicara | kontrib)
Baris 17:
Nama penulis naskah ini, ''Pangerang'' Jaya Pakuan, muncul pada baris ke-14. Nama alias dari penulis, yaitu Bujangga Manik, dapat ditemukan mulai baris ke-456. Dalam baris 15-20 diceritakan bahwa dia akan meninggalkan ibunya untuk pergi ke arah timur. Dia sangat teliti dalam menceritakan keberangkatannya. Dari kebiasaannya kita tahu bahwa dia mengenakan ikat kepala ("saceundung kaen" dalam baris 36).
 
Kemudian dia memulai perjalanan pertamanya yang dia lukiskan secara terperinci. Waktu Bujangga Manik mendaki daerah [[Puncak]], dia menghabiskan waktu, seperti seorang pelancong jaman modern, dia duduk, mengpasi badannya dan menikmati pemandangan, khususnya [[Gunung Gede]]) yang, pada baris ke 59 sampai 64, dia sebut sebagai titik tertinggi dari kota [[Pakuan]] (ibukota kerajaanKerajaan [[Sunda]].
 
Dari Puncak dia melanjutkan perjalanan sampai menyeberangi Ci Pamali ([[Kali) PamaliBrebes]] sekarang) untuk masuk ke daerah Jawa. Di daerah Jawa dia mengembara ke berbagai desa Majapahit serta hutan Demak. Sesampai di Pamalang, Bujangga Manik merindukan ibunya (baris 89) dan memutuskan untuk pulang. Namun pada kesempatan ini, dia lebih suka untuk lewat laut dan menaiki kapal yang datang dari Malaka. Kesultanan Malaka mulai pertengahan abad ke-15 sampai ditaklukkan oleh Portugis menguasai perdagangan pada perairan ini.
 
Keberangkatan kapal dari pelabuhan dilukiskan seperti upacara pesta (baris 96-120): bedil ditembakkan, alat musik dimainkan, beberapa lagu dinyanyikan dengan keras oleh awak kapal; gambaran terperinci mengenai bahan yang digunakan untuk membuat kapal diceritakan: berbagai jenis bambu dan rotan, tiang dari kayu laka, juru mudi yang berasal dari [[India]] juga disebutkan; Bujangga Manik benar-benar terpesona karena awak kapal berasal dari berbagai tempat atau bangsa.
 
Perjalanan dari Pamalang ke [[Sunda Kalapa]], pelabuhan Kerajaan Sunda, ditempuh dalam setengah bulan. (baris 121), yang memberi kesan bahwa kapal yang ditumpangi tersebut berhenti di berbagai tempat di antara Pamalang dan Kalapa. Dari perjalanan tersebut, Bujangga Manik membuat nama alias lainnya yaitu Ameng Layaran. Dari Sunda Kalapa, Bujangga Manik melewati Pabeyaan dan meneruskan perjalanan ke istana kerajaan di [[Pakuan]], di bagian selatan kota Bogor sekarang (Noorduyn 1982:419). Bujangga Manik memasuki Pakancilan (baris 145), terus masuk ke paviliun yang dihias cantik dan duduk di sana. Dia melihat ibunya sedang menenun, teknik menenunnya dijelaskan dalam baris (160-164). Ibunya terkejut dan bahagia melihat anaknya pulang kembali. Dia segera meninggalkan pekerjaannya dan memasuki rumah dengan melewati beberapa lapis gorden, dan naik naik ke tempat tidurnya.