Pakubuwana XII: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Robot: Perubahan kosmetika
HsfBot (bicara | kontrib)
k Clean up, replaced: dekrit → dekret using AWB
Baris 11:
|regent = Shigeichi Yamamoto
|reg-type2 = [[Presiden Indonesia|Presiden]]
|regent2 = [[Soekarno]] </br /> [[Soeharto]] </br /> [[Bacharuddin Jusuf Habibie|B.J Habibie]] </br /> [[Abdurrahman Wahid]] </br /> [[Megawati Soekarnoputri]]
|succession3 = [[Daerah Istimewa Surakarta|Kepala Daerah Istimewa Surakarta]]
|reign3 = [[1945]] – [[1946]]
Baris 19:
|reg-type3 = [[Presiden Indonesia|Presiden]]
|regent3 = [[Soekarno]]
|spouse = KRAy. Mandayaningrum </br /> KRAy. Rogasmara </br /> KRAy. Pradapaningrum </br /> KRAy. Kusumaningrum </br /> KRAy. Pujaningrum
|house = [[Wangsa Mataram]]
|full name = Raden Mas Suryo Guritno
Baris 37:
Nama aslinya adalah '''Raden Mas Surya Guritna''' ([[Bahasa Jawa]]: ''Raden Mas Suryo Guritno''), putra [[Pakubuwana XI]] yang lahir dari permaisuri KRAy. Koespariyah (bergelar GKR. Pakubuwana) pada tanggal [[14 April]] [[1925]]. Ia juga memiliki seorang saudara perempuan seibu bernama GRAy. Koes Sapariyam (bergelar GKR. Kedaton).
 
Surya Guritna pada masa kecilnya pernah bersekolah di ELS (Europeesche Lagere School) Pasar Legi, [[Surakarta]]. Oleh teman-temannya, Surya Guritna sering dipanggil dengan nama '''Bobby'''. Di sekolah yang sama ini pula beberapa pamannya, putra [[Pakubuwana X]] yang sebaya dengannya menempuh pendidikan. Surya Guritna termasuk murid yang mudah bergaul dan hubungannya dengan teman-teman berlangsung akrab, bahkan ketika di sekolah pun ia bergaul tanpa memandang status sosial yang disandangnya. Waktu kecil ia gemar mempelajari tari-tarian klasik, dan yang paling digemari adalah Tari Handaga dan Tari Garuda. Ia juga pemuda yang gemar mengaji pada Bapak Pradjawijata dan Bapak Tjandrawijata dari Mambaul Ulum. Kegemarannya yang lain adalah olah raga panahan. Mulai tahun [[1938]] Surya Guritna terpaksa berhenti sekolah cukup lama, sekitar lima bulan, karena harus mengikuti ayahandanya yang memperoleh mandat mewakili kakeknya, [[Pakubuwana X]], pergi ke [[Belanda]] bersama raja-raja di [[Hindia Belanda]] saat itu untuk menghadiri undangan perayaan peringatan 40 tahun kenaikan [[tahta]] [[Ratu Wilhelmina]].
 
Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan ke ''[[Hoogere Burgerschool te Bandoeng]]'' ([[HBS]] Bandung, sekarang ditempati [[SMA Negeri 3 Bandung]] dan [[SMA Negeri 5 Bandung]]) bersama beberapa pamannya. Baru dua setengah tahun ia belajar, pecah [[Perang Pasifik]], dan waktu itu bala tentara [[Kekaisaran Jepang|Jepang]] menang melawan [[sekutu]] dan [[Hindia Belanda]] pun jatuh ke tangan Jepang.
Baris 50:
Raden Mas Surya Guritna naik takhta sebagai Pakubuwana XII pada tanggal [[11 Juni]] [[1945]]. Awal pemerintahan Pakubuwana XII hampir bersamaan dengan lahirnya [[Republik Indonesia]]. Karena masih berusia sangat muda, dalam menjalankan pemerintahan sehari-hari, ia seringkali didampingi ibunya, GKR. Pakubuwana, yang dikenal dengan julukan ''Ibu Ageng''. Pakubuwana XII dijuluki '''Sinuhun Hamardika''' karena merupakan Susuhunan Surakarta pertama yang memerintah pada era kemerdekaan.
 
Sesudah Proklamasi Kemerdekaan, pada [[1 September]] [[1945]] Pakubuwana XII bersama [[Mangkunegara VIII]], secara terpisah mengeluarkan dekritdekret (maklumat) resmi kerajaan yang berisi pernyataan ucapan selamat dan dukungan terhadap [[Republik Indonesia]], empat hari sebelum maklumat [[Hamengkubuwana IX]] dan [[Pakualam VIII]]. Lima hari kemudian, [[6 September]] [[1945]], [[Kasunanan Surakarta]] dan [[Praja Mangkunegaran]] mendapat Piagam Penetapan [[Daerah Istimewa Surakarta|Daerah Istimewa]] dari [[Soekarno|Presiden Soekarno]].
 
Selama revolusi fisik Pakubuwana XII memperoleh pangkat militer kehormatan (tituler) Letnan Jenderal dari [[Soekarno|Presiden Soekarno]]. Kedudukannya itu menjadikan ia sering diajak mendampingi [[Soekarno|Presiden Soekarno]] meninjau ke beberapa medan pertempuran. Tanggal [[12]]-[[13]] [[Oktober]] [[1945]], Pakubuwana XII sendiri bahkan ikut serta menyerbu markas Kenpetai di Kemlayan. Ia juga berkenan ikut melakukan penyerbuan ke markas Kenpetai di Timuran. Sewaktu melakukan penyerbuan ke markas Kido Butai di daerah Mangkubumen, Pakubuwana XII juga menyempatkan berangkat bersama anggota [[KNIL|KNI]] dan berhasil kembali dengan selamat.
Baris 66:
Sebenarnya Pakubuwana XII sudah berusaha untuk mengembalikan status [[Daerah Istimewa Surakarta]]. Pada [[15]] [[Januari]] [[1952]] Pakubuwana XII pernah memberi penjelasan tentang Wilayah Swapraja Surakarta secara panjang lebar pada Dewan Menteri di [[Jakarta]], dalam kesempatan ini ia menjelaskan bahwa Pemerintah Swapraja tidak mampu mengatasi gejolak dan rongrongan yang disertai ancaman bersenjata, sementara Pemerintah Swapraja sendiri tidak mempunyai alat kekuasaan. Namun usaha itu tersendat-sendat karena tak kunjung menemui titik temu. Pada tahun [[1954]], akhirnya Pakubuwana XII sendiri memutuskan untuk meninggalkan keraton guna menempuh pendidikan di [[Jakarta]]. Ia menunjuk KGPH. Kusumayuda sebagai wakil sementara di keraton.
 
Pada masa pemerintahannya, terjadi dua kali musibah yang melanda [[Keraton Surakarta]]. Pada tanggal [[19 November]] [[1954]], bangunan tertinggi di kompleks keraton, yaitu Panggung Sangga Buwana, mengalami kebakaran yang menghancurkan sebagian besar bangunan termasuk atap dan hiasan di puncak bangunan. Selanjutnya pada tanggal [[31 Januari]] [[1985]], di malam Jumat Wage, kompleks inti keraton terbakar pada pukul 21.00 WIB. Kebakaran terjadi di bangunan Sasana Parasdya, Sasana Sewaka, Sasana Handrawina, Dalem Ageng Prabasuyasa, Dayinta, dan Paningrat. Seluruh bangunan termasuk segala isi dan perabotannya tersebut musnah dilalap api.
 
[[Berkas:SunanPBXII.jpg|thumb|left|Susuhunan Pakubuwana XII saat upacara ''Tingalandalem Jumenengan'' di [[Keraton Surakarta]].]]
Baris 73:
Pada [[26 September]] [[1995]], lima puluh tahun setelah kemerdekaan [[Indonesia]], berdasarkan SK No. 70/SKEP/IX/1995, Pakubuwana XII mendapat pemberian Penghargaan dan Medali Perjuangan Angkatan '45 dari pemerintah pusat. Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk penghormatan kepada Pakubuwana XII yang pada masa awal kemerdekaan merupakan raja pertama di [[Indonesia]] yang menyatakan setia dan berdiri di belakang pemerintah republik. Pakubuwana XII juga secara sukarela menyumbangkan sebagian kekayaan pribadinya maupun kekayaan [[Keraton Surakarta]] kepada pemerintah pusat saat itu.
 
Meskipun pada awal pemerintahannya Pakubuwana XII dapat dikatakan gagal secara politik, namun Pakubuwana XII tetap menjadi sosok figur pelindung kebudayaan [[Jawa]]. Pada zaman [[reformasi]], para tokoh nasional, seperti [[Abdurrahman Wahid|Presiden Abdurrahman Wahid]], tetap menghormatinya sebagai salah satu sesepuh tanah [[Jawa]].
 
Pada pertengahan tahun [[2004]], Pakubuwana XII mengalami koma dan menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Panti Kosala Dr. Oen [[Surakarta]]. Akhirnya pada tanggal [[11 Juni]] [[2004]], Pakubuwana XII dinyatakan wafat. Wafatnya Pakubuwana XII bersamaan dengan keramaian kampanye [[Pemilihan umum Presiden Indonesia 2004|Pemilihan Umum Presiden]] di [[Surakarta]]. Sepeninggalnya sempat terjadi perebutan tahta antara KGPH. Hangabehi dangan KGPH. Tejowulan, yang masing-masing menyatakan diri sebagai [[Pakubuwana XIII]].