Kerajaan Talaga Manggung: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
JohnThorne (bicara | kontrib) Perbaikan |
k Robot: Perubahan kosmetika |
||
Baris 1:
[[
▲[[File:Makam Sunan Wanaperih.jpg|thumb|428x428px|Makam [[Sunan Wanaperih]] terletak di [[Majalengka, Majalengka|Majalengka]], [[Kabupaten Majalengka]]]]
'''Kerajaan Talaga Manggung''' adalah kerajaan yang didirikan Pada kira-kira sebelum abad ke-15, oleh [[Sunan Talaga manggung]] putra Pandita [[Prabu Darmasuci]] putra [[Batara Gunung Picung]] putera [[Suryadewata]] putera bungsu dari Maharaja Sunda yang bernama [[Ajiguna Linggawisesa]] (1333-1340) di [[Galuh]] [[Kawali]], [[Ciamis]].
Baris 43 ⟶ 42:
'''Kabataraan Gunung Picung'''.
Kekuasaan kabataraan di Kemaharajaan Sunda (Sunda Kingdoms)
Batara Gunung Picung digantikan oleh puteranya yang bernama Pandita Prabu [[Darmasuci]], sedangkan Pandita Prabu Darmasuci kemudian digantikan oleh puteranya yang bernama [[Begawan Garasiang]]. [[Begawan Garasiang]] digantikan oleh adiknya sebagai Raja Talaga yang bernama [[Sunan Talaga Manggung]] dan sejak itu pemerintahan Talaga digelar selaku kerajaan Talaga.
Baris 53 ⟶ 52:
Setelah mendapat keterangan dari seorang mantra yang bernama Citra Singa, bahwa sang raja sangat gagah perkasa tidak satu senjata atau tumbak yang mampu mengambil patinya raja, melainkan oleh suatu senjata tumbak kawannya raja sendiri ketika ia lahir, dan oleh Citra Singa diterangkan bahwa yang dapat mengambil senjata itu hanya seorang gendek kepercayaan raja yang bernama Centang Barang. Setelah mendapatkan tombak tersebut, kemudian Palembang Gunung membujuk dengan perkataan yang manis-manis dan muluk-muluk kepada Centang Barang untuk mengambil senjata tersebut, dan melakukan pembunuhannya, bila berhasil akan diganjar kenaikan pangkatnya. Kemudian setelah Centang Barang mendapatkan bujukan yang muluk-muluk dari Palembang Gunung ia bersedia melakukan pembunuhan itu.
Pada suatu waktu kira-kira jam lima pagi Sunan Talaga Manggung baru bangun dari tidurnya dan menuju jamban, dia diintai oleh Centang Barang, kemudian di tempat yang gelap ditumbak pada pinggang sebelah kiri, sehingga mendapat luka yang parah. Centang Barang setelah melakukan lari jauh dan diburu oleh yang menjaga, tetapi sang prabu bersabda, “Biarlah si Centang Barang jangan diburu, nanti juga ia celaka mendapat balasan dari Dewa karena ia durhaka.” Setelah si Centang Barang keluar dari keraton, ia menjadi gila, ia menggigit-gigit
Palembanga Gunung Mendapat kabar tentang peristiwa itu, lalu ia berangkat menengoknya, tetapi keraton tidak ada, hilang dengan seisinya, hilang menjadi situ yang sekarang dinamakan Situ Sangiang Talaga. Setelah keadaan keraton hilang, Patih Palembang Gunung diangkat menjadi raja di Talaga.
Baris 67 ⟶ 66:
'''Sunan Parung'''. Sunan Parung mempunyai putra istri bernama Ratu Parung, melanjutkan kerajaannya dengan mempunyai suami Raden Rangga Mantri putranya Raden Munding Sari Agung, keturunan Prabu Siliwangi atau Pajajaran.
'''Rangga Mantri atau Prabu Pucuk Umum'''. Dari waktu itu Raden Rangga Mantri dan Ratu Parung agamanya ganti menjadi Islam dari semula beragama Budha, yang dikembangkan oleh
Ampuh Sura Wijaya mempunyai putra bernama Sunan Pangeran Surawijaya, Sunan Ciburuy, diturunkan kepada putranya Dipati Suarga. Dari putra Dipati Suarga diturunkan kepada putranya Dipati Wiranata. Kemudian kerajaan itu
Kerajaan dipindahkan (dihilangkan) karena penjajahan, dan pada waktu itu kerajaan di Talaga menjadi Kabupaten. Raden Saca Nata Eyang meninggalkan kepangkatannya. Diturunkan kepada putranya bernama Aria Secanata. Setelah itu Kabupaten dipindahkan ke Majalengka bertempat di Sindangkasih.
Baris 109 ⟶ 108:
==== Pemerintahan Rangga Mantri atau Prabu Pucuk Umum ====
Dari pernikahan Raden Rangga Mantri dengan Ratu Parung (Ratu Sunyalarang putri ''Sunan Parung'', saudara sebapak ''Ratu Pucuk Umun'' suami [[Pangeran Santri]]) melahirkan enam orang putera yaitu Prabu Haurkuning,
==== Pemerintahan Sunan Wanaperih ====
Baris 128 ⟶ 127:
(sekarang Talaga) dan untuk kekinian adalah berdirinya Kota Majalengka, adapun Makam Keramat Tersebut di antaranya :
=== Makam Pajaten atau Pajatian ( Makam Ibu Arya Saringsingan ) ===
Makam
pajaten terletak disebelah barat Blok Nunuk dipinggir kali cisuluheun
Baris 141 ⟶ 140:
Lima Centang Barang.
=== Makam Cileuweung ( Makam Hariyang Banga ) ===
Makam
cileuweung terletak di sebelah Barat Daya Blok Nunuk Desa Nunuk Baru.
Baris 182 ⟶ 181:
orang-orang jompo lainya. Maka makam tersebut diberi nama Panguyangan
Gede. Sampai sekarang masyarakat Nunuk selalu melakukan Ritual dimakam
ini apabila musim bercocok tanam dimulai dengan istilah
=== Makam Gunung Taneuh (Mbah Prabu Jaya) ===
Makam
ini terletak di sebelah timur Blok Nunuk dan sebelah selatan Blok
Baris 225 ⟶ 224:
</div>
= Bacaan lanjut =
{{Col|2}}
* Darsa, Undang A. 2004. “Kropak 406; Carita Parahyangan dan Fragmen Carita Parahyangan“, Makalah disampaikan dalam Kegiatan Bedah Naskah Kuna yang diselenggarakan oleh Balai Pengelolaan Museum Negeri Sri Baduga. Bandung-Jatinangor: Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran: hlm. 1 – 23.
Baris 239 ⟶ 238:
* Atmamihardja, Mamun, Drs. Raden. (1958). ''Sadjarah Sunda.'' Bandung. Ganaco Nv.
* Joedawikarta (1933). ''Sadjarah Soekapoera, Parakan Moencang sareng Gadjah.'' Pengharepan''.'' Bandoeng,
* Lubis, Nina Herlina., Dr. MSi, dkk. (2003). ''Sejarah Tatar Sunda jilid I dan II''. CV. Satya Historica. Bandung.
* Herman Soemantri Emuch. (1979). ''Sajarah Sukapura, sebuah telaah filologis''. Universitas Indonesia. Jakarta.
{{Col-2}}
Baris 247 ⟶ 246:
* Sunardjo, Unang, R. H., Drs. (1983). ''Kerajaan Carbon 1479-1809''. PT. Tarsito. Bandung.
* Suparman, Tjetje, R. H., (1981). ''Sajarah Sukapura''. Bandung
* Surianingrat, Bayu., Drs. (1983). ''Sajarah Kabupatian I Bhumi Sumedang 1550-1950.'' CV.Rapico. Bandung.
* Soekardi, Yuliadi. (2004). ''Kian Santang''. CV Pustaka Setia.
* Soekardi, Yuliadi. (2004). ''Prabu Siliwangi''. CV Pustaka Setia.
Baris 256 ⟶ 255:
* A. Sobana Hardjasaputra, H.D. Bastaman, Edi S. Ekadjati, Ajip Rosidi, Wim van Zanten, Undang A. Darsa. (2004). ''Bupati di Priangan dan Kajian Lainnya Mengenai Budaya Sunda.'' Pusat Studi Sunda.
* A. Sobana Hardjasaputra (Ed.). (2008). ''Sejarah Purwakarta.''
* Nina H. Lubis, Kunto Sofianto, Taufik Abdullah (pengantar), Ietje Marlina, A. Sobana Hardjasaputra, Reiza D. Dienaputra, Mumuh Muhsin Z. (2000). ''Sejarah Kota-kota Lama di di Jawa Barat''. Alqaprint. ISBN
{{EndDiv}}
Baris 264 ⟶ 263:
* {{cite web|url=http://nunukbaru.desa.id/2014/11/13/situs-dan-budaya-nunuk-baru-erat-kaitanya-dengan-sejarah-berdirinya-kerajaan-talaga-manggung/|title=Situs Dan Budaya Nunuk Baru Erat Kaitanya Dengan sejarah Berdirinya Kerajaan Talaga Manggung|authors=Situs resmi Nunuk Baru|publisher=nunukbaru.desa.id|date=10 November 2014|accessdate=27 Agustus 2015}}
= Catatan kaki =
{{reflist}}
= Linimasa Kerajaan Sunda =
{{Kerajaan Sunda}}
|