Didik Nini Thowok: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Harliwan (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
k Robot: Perubahan kosmetika
Baris 41:
 
== Proses kreatif ==
Didik terus mengembangkan kemampuan tarinya dengan berguru ke mana-mana. Didik berguru langsung pada maestro tari Bali, [[I Gusti Gde Raka|I Gusti Gde Raka]], di [[Kabupaten Gianyar|Gianyar]]. Ia juga mempelajari tari klasik [[Sunda]] dari Endo Suanda; [[Tari Topeng Cirebon]] gaya [[Palimanan, Cirebon|Palimanan]] yang dipelajarinya dari tokoh besar Topeng Cirebon, Ibu Suji. Saat pergi ke [[Jepang]], Didik mempelajari tari klasik [[Noh]] (Hagoromo), di [[Spanyol]], ia pun belajar tari [[Flamenco]].<ref>http://www.tribunnews.com/seleb/2014/11/17/menari-ala-didik-nini-thowok-tak-sekadar-gerakan-tapi-ada-ritualnya</ref>
 
Setelah menyelesaikan studinya dan berhak menyandang gelar Didik Hadiprayitno, SST (Sarjana Seni Tari), Didik ditawari almamaternya, ASTI Yogyakarta untuk mengabdi sebagai staff pengajar. Selain diangkat menjadi dosen di ASTI, ia juga diminta jadi pengajar [[Tata Rias|Tata Rias]] di Akademi Kesejahteraan Keluarga (AKK) Yogya.
 
Saat masih sekolah, Didik suka menggambar dan menyanyi (suaranya bagus terutama saat menyanyi tembang Jawa). Namun setelah mengenal dunia tari akibat sering menonton pertunjukan wayang orang yang berupa sendratari, Didik pun bertekad untuk mempelajari tari. Sayangnya perekonomian keluarga yang pas-pasan menyulitkan langkah Didik untuk belajar.