Nuh (tokoh Al-Qur'an): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 33:
}}
 
'''Nabi Nuh''' atau '''Nuh''' ({{lang-ar|نُوح}} ''{{transl|ar|ALA-LC|Nūḥ}}'') adalah seorang [[nabi]] dan rasul yang diutus oleh Allah kepada umat manusia sebelum terjadinya sebuah malapetaka dahsyat yang hampir memunahkan kehidupan di bumi. Nuh dikenal sebagai pendiri serta penghuni [[Bahtera Nuh|bahtera]] sewaktu [[Air bah (Nuh)|kejadian banjir bah]] melanda seisi bumi. Nuh termasuk dalam golongan [[Ulul Azmi]]. Dalam sebuah buku karangan [[Plato]] yang berjudul ''[[Timaeus (dialog)|Timaeus]]'' dan ''[[Critias (dialog)|Critias]]''. yang membicarakan tentang [[atlantis]], dengan kota dengan peradaban yang maju, yang mirip dengan kisah Nabi Nuh, menurut beberapa para ulama-ulama dalam agama samawi, yang sesuai dengan kitab-kitab di agama samawi seperti [[Al Qur'an]].
 
Nama Nuh disebut sebanyak [[Daftar makhluk dan benda yang disebut namanya dalam Al-Qur'an|43 kali dalam Al-Qur'an]] serta diabadikan sebagai nama sebuah [[Surah Nuh|surah]].
Baris 43:
Sebelum mendapat tugas kerasulan, Nuh merupakan seorang yang tekun, gemar bersyukur,<ref>Surah Al-Isra: 59</ref> dan beriman kepada Allah.<ref>Surah As-Saffat: 81</ref> Sementara itu, sebagian besar umat manusia di zamannya merupakan orang-orang kafir yang menganggap kedudukan sang nabi tidak lebih terhormat dibanding diri mereka. Kaum kafir tersebut tidak mau memandang Nuh sebagai sosok nabi oleh sebab mereka mempunyai lebih banyak harta maupun anak-anak,<ref>Surah Hud: 27</ref> Menghadapi tantangan semacam ini, Nuh tetap bertekun menyampaikan risalah Allah supaya kaumnya beriman kepada Allah serta supaya kaumnya meninggalkan penyembahan dewa-dewa, selain itu Nuh memperingatkan adanya ancaman dari Allah bahwa akan ada malapetaka dahsyat apabila kaum tersebut tidak mau meninggalkan kebiasaan keji yang diwarisi dari para leluhur.<ref>Surah Al-A'raf: 59</ref><ref>Surah Hud: 26</ref>
 
Kaum yang dihadapi Nuh merupakan salah satu generasi manusia yang diberi umur panjang serta dilimpahi kemakmuran juga dianugerahi perawakan tubuh yang jauh lebih perkasa daripada generasi manusia pada zaman sekarang, sesuai dengan buku karangan [[Plato]] yang berjudul ''[[Timaeus (dialog)|Timaeus]]'' dan ''[[Critias (dialog)|Critias]]''.<ref>Surah Al-Furqan: 18</ref> Kemakmuran duniawi di generasi Nuh menimbulkan sikap angkuh serta sikap sewenang-wenang memandang diri sebagai golongan terkuat dan berkuasa,<ref>Surah Hud: 116</ref> yang kemudian berujung pada keengganan serta kecongkakan untuk mengakui Tuhan sebagai Yang Maha Kuasa maupun Yang lebih berwenang atas hidup mereka.<ref>Surah Al-Qasas: 78</ref> Allah menyebut kaum Nuh sebagai kaum paling rusak di muka bumi.<ref>Surah An-Najm: 52</ref>
 
Nuh sangat bertekun untuk mendakwahkan risalah Allah ke berbagai tempat di muka bumi. Baik siang dan malam, Nuh berkeliling sambil berdakwah kepada agar kaumnya bersedia menuruti ajaran Allah yang disampaikan melalui dirinya. Tetapi kaum itu tidak menerima risalah-risalah tersebut, bahkan kaum itu menuduh Nuh sebagai seorang pendusta.<ref>Surah Al-A'raf: 60</ref> Hal ini membuat sang nabi berupaya dengan cara sembunyi-sembunyi untuk mengajak banyak orang menuruti risalah Allah.<ref>Surah Nuh: 8-9</ref> Walaupun demikian, kaum Nuh justru menuduh ia merasa iri terhadap kemewahan dan kekayaan mereka sehingga Nuh dianggap membutuhkan harta benda mereka; akan tetapi Nuh menegaskan bahwa ia sama sekali tidak menghendaki uang mereka sebagai upah sebab upahnya berasal dari Allah.<ref>Surah Asy-Syu'ara: 109</ref> Kaum kafir itu tetap berkeras melakukan tindakan keji, meski ada nabi yang berdakwah di tengah-tengah mereka.<ref>Surah Al-Ankabut: 14</ref>