Sejarah Asia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 137:
====Wangsa Yuan====
{{main|Dinasti Yuan}}
Menjelang 1227, bangsa Monggol telah menaklukkan kerajaan [[Xia Barat|Xia barat]] di barat laut Tiongkok. Tak lama kemudian orang-orang Monggol pun mulai mengincar kekaisaran Jin milik bangsa Jurchen. Kota-kota Tiongkok dengan segera dikepung pasukan berkuda Monggol yang nyaris tak berbelas kasihan terhadap siapapun yang berani melawan dan kerajaan Song Selatan pun kehilangan wilayahnya dalam waktu singkat. Pada 1271, pemegang jabatan khan agung saat itu, Kubilai Khan, menyatakan diri sebagai Kaisar Tiongkok dan secara resmi mendirikan wangsa Yuan.
Menjelang 1227, bangsa Monggol telah menaklukkan kerajaan [[Xia Barat|Xia barat]] di barat laut Tiongkok.
 
====Kepentingan asing====
Demi kemuliaan bangsa, negara Tiongkok mulai mengirim [[Kapal jung|jung-jung]] yang mengesankan melayari [[Laut Tiongkok Selatan]] dan [[Samudera Hindia]]. Sejak 1403 sampai 1433, [[Kaisar Yongle]] menitahkan dilaksanakannya serangkaian [[Pelayaran Cheng Ho ke Samudra Barat|ekspedisi]] di bawah pimpinan Laksamana [[Zheng He]], seorang [[orang kasim|sida-sida]] Muslim dari Tiongkok. Jung-jung Tiongkok mengangkut ratusan prajurit, barang, dan hewan-hewan untuk kebun-kebun binatang, berlayar ke Asia Tenggara, Persia, Arabia selatan, dan Afrika timur untuk mempertontonkan kebesaran Tiongkok. Kehebatannya melampaui yang dilakukan bangsa Eropa kala itu, dan andaikata ekspedisi-ekspedisi ini tidak berakhir, perekonomian dunia mungkin akan berbeda dari yang tampak sekarang.{{sfn|Stearns|2011|page=339|chapter=15|quote=Tak dapat dipungkiri lagi bahwa haluan sejarah dunia mungkin saja berganti arah secara dramatis seandainya gerak maju bangsa Tionghoa ini terus dilanjutkan, karena ekspedisi-ekspedisi berskala kecil dari bangsa Eropa yang mulai menyusuri pesisir barat Afrika sekitar waktu yang sama bukanlah tandingan bagi perpaduan saudagar dan organisasi militer ini.}} Pada 1433, pemerintah Tiongkok memutuskan bahwa pembiayaan angkatan laut adalah pengeluaran yang tidak penting. Angkatan laut Tiongkok perlahan-lahan dibubarkan dan pemerintah mulai memusatkan perhatiannya pada perbaikan dalam negeri dan pertahanan militer. Sudah menjadi prioritas jangka panjang Tiongkok untuk melindungi diri terhadap suku-suku pengembara dan sudah sepatutnya Tiongkok kembali memusatkan perhatiannya pada hal itu.
 
[[File:Schall-von-bell.jpg|thumb|Adam Schall von Bell (1592–1666), seorang padri [[Yesuit]], berbusana selayaknya seorang pejabat Balai Astronomi Tiongkok.]]
 
Seakan tak terhindarkan, orang-orang Barat pun berlabuh di pantai timur Tiongkok, terutama para misionaris [[Yesuit]] yang mencapai daratan Tiongkok pada 1582. Mereka berupaya [[Misi Tiongkok Yesuit|menjadikan orang-orang Tionghoa menjadi pemeluk agama Kristen]] dengan jalan pertama-tama mengkonversi orang-orang yang berada di puncak hirarki sosial dan selanjutnya membiarkan golongan-golongan masyarakat di bawahnya ikut beralih keyakinan dengan sendirinya. Guna menghimpun dukungan, banyak padri Yesuit mengadopsi busana, adat-istiadat, dan bahasa Tionghoa.{{sfn|Stearns|2011|page=508|chapter=22|quote=Para Yesuit meyakini bahwa cara terbaik mengkonversi sebuah peradaban agung seperti Tiongkok adalah dengan mengadopsi busana, adat-istiadat, bahasa, dan sopan-santun para pemukanya.}} Beberapa cerdik-pandai Tionghoa berminat mendalami ajaran-ajaran Barat tertentu dan khususnya teknologi Barat. Jelang 1580-an, para cendekiawan Yesuit seperti [[Matteo Ricci]] dan [[Johann Adam Schall von Bell|Adam Schall]] memukau para petinggi Tionghoa dengan kecangihan-kecanggihan teknologi seperti jam lonceng Eropa, kalender dan meriam yang sudah disempurnakan, dan prediksi waktu terjadinya gerhana secara akurat.{{sfn|Stearns|2011|page=508|chapter=22|quote=Bermula pada 1580-an, serangkaian suksesi para cendekiawan Yesuit ... melewatkan sebagian besar waktu mereka di ibu kota kekaisaran, mengoreksi kesalahan-kesalahan pada kalender, menempa meriam, memperbaiki jam-jam lonceng yang diimpor dari Eropa, dan memukau para pejabat-cendekiawan Tionghoa dengan keakuratan peralatan mereka dan kemampuan mereka memprediksi gerhana-gerhana.}} Meskipun beberapa pejabat-cendekiawan menjadi pemeluk agama Kristen, banyak yang curiga pada orang-orang Barat yang mereka sebut "orang-orang barbar" dan bahkan jengkel pada mereka karena merasa malu dikoreksi mereka. Sekalipun demikian sejumlah kecil cendekiawan Yesuit terus hadir di istana untuk memukau kaisar dan para penasihatnya.
 
====Kemerosotan====
Mendekati akhir 1500-an, pemerintahan yang sangat terpusat, yang memberikan begitu banyak kewenangan kepada kaisar, mulai gagal berfungsi seiring makin seringnya pemimpin yang tidak cakap menduduki tahta. Bersamaan dengan pemimpin-pemimpin yang tidak cakap ini, berkuasa pula pejabat-pejabat yang kian korup dan memanfaatkan kemerosotan pemerintahan demi keuntungan pribadi. Proyek-proyek prasarana umum sekali lagi telantar akibat ketidakpedulian birokrasi sehingga berbuntut pada bencana banjir, kekeringan, dan kelaparan yang menyengsarakan rakyat jelata. Bencana kelaparan dengan cepat bertambah parah sampai-sampai sebagian orang terpaksa menjual anak-anak mereka sebagai budak agar tidak mati kelaparan, atau terpaksa memakan [[pepagan]], kotoran angsa, bahkan [[Kanibalisme|daging manusia]].{{sfn|Stearns|2011|page=509|chapter=22|quote=Rakyat jelata di distrik-distrik yang dilanda bencana kelaparan terpaksa memakan kulit pohon atau kotoran angsa liar. Sejumlah orang menjual anak-anak mereka sebagai budak agar tidak mati kelaparan, dan penduduk di beberapa daerah terpaksa menjadi kanibal.}} Banyak tuan tanah memanfaatkan situasi itu dengan mendirikan rumah-rumah tinggal yang besar tempat para petani yang sudah sangat tertekan itu dapat bekerja dan dieksploitasi. Pada gilirannya, ramai di antara petani-petani itu yang melarikan diri, menjadi penyamun, dan terang-terangan memberontak.
 
[[Image:Batavia, C. de Jonghe (1740).jpg|thumb|left|160px|Kota Batavia pada abad ke-17, didirikan di tempat yang kini disebut [[Jakarta Utara]]]]
 
Semua kekacauan dan bencana ini berkaitan kemerosotan wangsa Tiongkok yang lazim terjadi di masa-masa sebelumnya, dan berkaitan pula dengan peningkatan ancaman asing. Pada pertengahan abad ke-16, para perompak Jepang dan Tiongkok mulai menerjang pesisir selatan, tanpa dapat dicegah baik oleh birokrasi maupun oleh militer.{{sfn|Stearns|2011|page=510|chapter=22|quote=Salah satu tanda awal gentingnya pengeroposan kekaisaran adalah ketidakmampuan para birokrat dan kekuatan militer Tiongkok untuk mengakhiri maraknya serangan lanun Jepang (dan etnik Tiongkok) yang memporak-porandakan pesisir selatan pada pertengahan abad ke-16.}} Ancaman dari [[suku Manchu|bangsa Manchu]] di utara juga meningkat. Bangsa Manchu sudah menjadi sebuah negara besar di utara Tiongkok, tatkala pada awal abad ke-17 seorang pemimpin setempat bernama [[Nurhaci]] tiba-tiba mempersatukan mereka dalam wadah bala tentara [[Delapan Panji]] yang beranggotakan keluarga-keluarga yang saling berseteru. Bangsa Manchu mengadopsi banyak adat-istiadat bangsa Tionghoa, terutama birokrasi mereka. Meskipun demikian, bangsa Manchu masih tetap menjadi [[Vasal|negara bawahan]] Tiongkok. Pada 1644 administrasi Tiongkok menjadi sangat lemah, [[Kaisar Chongzhen]], Kaisar Tionghoa ke-16 dan yang terakhir, meremehkan kekacauan-kekacauan yang ditimbulkan para pemberontak sampai akhirnya musuh menyerang [[Kota Terlarang]] (kediaman pribadinya). Ia pun segera gantung diri di taman istana.{{sfn|Stearns|2011|page=510|chapter=22|quote=Jelang [1644], aparat administratif telah menjadi sedemikian tidak berdayanya sampai-sampai kaisar wangsa Ming yang terakhir, Chongzhen, tidak menyadari betapa seriusnya sepak terjang musuh sampai para prajurit musuh menjajaki tembok-tembok kota terlarang. ... Chongzhen yang malang memilih undur diri ke taman istana dan menggantung diri dari pada ditangkap.}} Dalam rentang waktu yang cukup singkat, sempat dipermaklumkan berdirinya [[Dinasti Shun|wangsa Shun]], sampai seorang pejabat yang setia pada wangsa Ming meminta dukungan orang-orang Manchu untuk menumbangkan wangsa dadakan itu. Wangsa Shun berakhir dalam setahun dan bangsa Manchu kini berada dalam wilayah yang dilindungi Tembok Besar. Bangsa Manchu pun memanfaatkan situasi itu dan berbaris menuju Beijing, ibu kota Tiongkok. [[Penaklukan Qing atas Ming|Dalam dua dasawarsa]] seluruh Tiongkok jatuh ke tangan Manchu dan [[Dinasti Qing|wangsa Qing]] pun didirikan.
 
==Penghujung Zaman Modern==