Penduduk asli Taiwan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
What a joke (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Baris 146:
Selama dua abad pemerintahan Dinasti Qing di Taiwan, populasi Han di pulau tersebut meningkat secara dramatis. Namun, tidak jelas apakah terjadi karena membludaknya pemukim Han, yang umumnya terdiri dari pria muda dari [[Zhangzhou]] dan [[Quanzhou]] di [[Fujian|provinsi Fujian]],<ref>{{Harvcol|Tsao|1999|p=331}}</ref> atau dari berbagai faktor lainnya, yang meliputi: pernikahan silang berkelanjutan antara Han dan pendidik asli, perombakan rumah tangga dan penghapusan aborsi, dan merebaknya adopsi gaya hidup pertanian Han karena menurunnya harga kebutuhan tradisional, yang berujung pada meningkatnya tingkat kelahiran dan pertumbuhan penduduk. Selain itu, akulturasi penduduk asli meningkat seiring meningkatnya pendatang Han.
 
Pemerintah Qing tak hanya secara resmi mengendalikan pemukiman Han, namun juga mengurusi ketegangan antara berbagai wilayah dan kelompok etnis. Selain itu, pemerintahan tersebut seringkali mengakui klaim suku-suku dataran rendah untuk teritorial tradisional dan lahan rusa.<ref>{{Harvcolnb|Knapp|1980|pp=55–68}}</ref><ref>{{Harvcolnb|Shepherd|1993|pp=14–20}}</ref> Otoritas Qing berharap daoat memasukkan suku-suku dataran rendah dalam subyek-subyek loyal, dan mengadopsi pajak kepala dan [[corvée]] terhadap penduduk asli, yang membuat penduduk asli dataran rendah secara langsung bertuga untuk pembayaran kepada pemerintah [[yamen]]. Perhatian yang dibayarkan oleh otoritas Qing kepada hak tanah penduduk asli merupakan bagian dari tujuan administratif yang lebih besar untuk meningkatkan perdamaian pada ketegangan Taiwan, yang seringkali menimbulkan konflik etnis dan regional.<ref name="conflict">"From 1684 to 1895, 159 major incidents of civil disturbances rocked Taiwan, including 74 armed clashes and 65 uprisings led by wanderers. During the 120 years from 1768 to 1887, approximately 57 armed clashes occurred, 47 of which broke out from 1768 to 1860" {{Harvcol|Chen|1999|p=136}}.</ref> Pemberontakan, kerusuhan dan penyerangan sipil berkelanjutan di Taiwan pada masa Dinasti Qing seringkali dituangkan dalam kalimat "setiap tiga tahun kebangkitan; setiap lima tahun pemberontakan".<ref>{{Harvcol|Kerr|1965|p=4}}</ref> Keikutsertaan penduduk asli dalam sejumlah pemberontakan besar pada era Qing, termasuk [[pemberontakan Ta-Chia-hsi]] yang dipimpin Taokas pada 1731–1732, menandakan suku-suku dataran rendah masih menjadi faktor berpengaruh dalam pembuatan kebijakan pemerintah Qing sampai akhir kekuasaan Qing pada 1895.<ref>{{Harvcol|Shepherd|1993|pp=128–29}}</ref>
 
== Suku-suku tanah tinggi ==