Sobron Aidit: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
+
Logika88 (bicara | kontrib)
Baris 53:
Setelah selesai mendapatkan pelajaran dasar bahasa Perancis, Sobron dan teman-temannya dilepas oleh pemerintah Perancis untuk hidup mandiri. Muncullah gagasan di antara mereka untuk membuka sebuah restoran Indonesia secara kolektif, meskipun tak seorangpun dari mereka yang punya pengalaman mengelola restoran. Selama enam bulan Sobron dan temannya [[Umar Said]] berkeliling Paris untuk mencari lokasi dan mempelajari [[menu]] restoran-restoran yang sudah ada.
 
Dana untuk membuka restoran mereka peroleh dari berbagai sumber, terutama dari sejumlah pendukung di [[Belanda]], dari [[Gereja Katolik Roma|Gereja Katolik]], dan dari uang tunjangan yang mereka terima selama dua tahun dari pemerintah Perancis. Ada juga bantuan dari sejumlah teman orang Perancis yang bersimpati dengan nasib mereka. Presiden [[François Mitterrand|Mitterand]] bahkan sangat bersimpati, dan istrinya pernah beberapa kali singgah dan makan di restoran mereka yang kecil itu, di kawasan Luxembourg, pusat kota Paris.
 
Oleh pemerintah Indonesia sendiri kelompok ini diboikot dan dimusuhi. Baru setelah [[Soeharto]] jatuh dari kursi kekuasaannya, ada keterbukaan dari pihak perwakilan Indonesia di Paris.