Kembang bangkai: Perbedaan antara revisi

'''Kembang bangkai''', '''walur''' atau '''acung''' (''Amorphophallus variabilis'') adalah anggota [[genus|marga]] ''[[Amorphophallus]]'' yang biasa tumbuh agak liar di pekarangan-pekarangan di [[Jawa]] atau [[Sumatera]]. Tumbuhan ini masih berkerabat dengan [[suweg]] dan [[iles-iles]], meskipun pemanfaatannya kalah dibandingkan kedua kerabatnya itu. [[Umbi]]nya kecil dan gatal di mulut sehingga orang enggan memakannya, kecuali terpaksa. Nama-nama daerahnya, di antaranya, ''kembang bangké, kembang gaceng'' ([[dialek Betawi|Btw.]]); ''acung, ileus, cocoöan oray'' ([[bahasa Sunda|Sd.]]); ''badul, badur, iles-iles, kembang bangah, cumpleng'' ([[bahasa Jawa|Jw.]])<ref name=heyne1913>{{aut|[[Karel Heyne|Heyne, K.]]}} 1987. ''Tumbuhan Berguna Indonesia'' '''I''': 495-6. Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan. Jakarta. (versi berbahasa [[Belanda]] [http://archive.org/stream/denuttigeplanten1922heyn#page/446/mode/2up -1922- '''I''':447])</ref>.

== Pengenalan ==

[[FileBerkas:Amorphophallus variabilis vegetative sm.jpg|thumb|left|180px|Tampilan fase vegetatif]]

[[Herba]] dengan [[umbi]]; bagian vegetatifnya berwarna hijau, cokelat, hingga keunguan atau kehitaman, dengan belang-belang serupa loreng hijau muda, hijau tua, hitam, atau putih; tinggi 0,3-1,5 [[meter|m]]. [[Daun]] 1-2 helai, bertangkai 10-100 [[sentimeter|cm]]; helaian daun 15–100&nbsp;cm, berbagi-3, tiap bagian terbagi lagi dalam taju memanjang atau [[lanset]], dengan ujung meruncing atau serupa ekor.<ref name="steenis1981">{{aut|[[Cornelis Gijsbert Gerrit Jan van Steenis|Steenis, CGGJ van]]. 1981.}} ''Flora, untuk sekolah di Indonesia''. PT Pradnya Paramita, Jakarta. Hal. 142-3</ref>

[[Bunga]]nya muncul apabila organ vegetatifnya telah layu, dalam [[bunga tongkol|tongkol]] yang berdiri sendiri. Bertangkai panjang dan langsing, 2–100&nbsp;cm, acap dengan jerawat kasar; pada pangkalnya dengan beberapa daun pelindung. [[Seludang bunga]] berbentuk [[segitiga]] memanjang, dengan ujung runcing. Tongkol 6–46&nbsp;cm × 1–5&nbsp;cm; bunga-bunga betina duduk mulai dari pangkal, hijau; bunga-bunga jantan kuning, bagiannya panjangnya hingga dua kali bagian betina; bagian yang steril lebih dua kali panjang bagian betina bersama jantan, kerap kali beralur atau gepeng, kuning atau ungu.<ref name="steenis1981"/> Puncak tongkol tidak membulat seperti iles-iles, tetapi memanjang (sehingga namanya ''acung'').

[[FileBerkas:Amorphophallus variabilis fruits on stalk sm.jpg|thumb|left|180px|Buah-buah pada tongkol]]

== Manfaat ==

[[FileBerkas:Amorp variab 051025-2134 stgd.jpg|thumb|left|180px|''Close up'' tongkol bunga]]

Umbi walur berwarna kuning dan terasa gatal di mulut bila dimakan. Umbi ini dapat menghasilkan umbi anakan yang dapat dipisah. Sampai-sampai, pada [[paceklik|musim paceklik]] tahun 1925, masyarakat [[Hindia- Belanda]] (sekarang [[Indonesia]]) memakannya dengan jalan mengirisnya kecil-kecil, kemudian merebusnya dan memakannya.

Pada masa lalu di wilayah [[Jogya]] dan [[Solo]], cumpleng kadang-kadang ditanam orang. Umbinya diparut atau ditumbuk, dan dimasak dalam daun [[pisang]].<ref name=heyne1913/>

Daun-daun kembang bangké dipakai sebagai makanan ikan [[gurami]] di kolam-kolam. Dahulu, di wilayah [[Jakarta]], daun-daun ini, tongkol buahnya, dan tangkai daun dan buah setelah dikikis kulitnya, dimasak sebagai sayuran.<ref name=heyne1913/>

== Referensi ==

== Pranala luar ==

* The Plant List: [http://www.theplantlist.org/tpl/record/kew-8327 ''Amorphophallus variabilis'']