Muhammad bin Abdul Wahhab: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Irfn14 (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan aplikasi seluler
Irfn14 (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan aplikasi seluler
Baris 43:
Dia tumbuh dan dibesarkan dalam kalangan keluarga terpelajar. Ayahnya adalah seorang tokoh agama di lingkungannya. Sedangkan kakak laki-lakinya adalah seorang qadhi (mufti besar), sumber rujukan di mana [[masyarakat Najd]] menanyakan segala sesuatu masalah yang bersangkutan dengan agama.
 
Sebagaimana lazimnya keluarga ulama, maka Syeikh Muhammad bin ʿAbd al-Wahhāb sejak masih kanak-kanak telah dididik dengan pendidikan agama yang diajar sendiri oleh ayahnya, Syeikh ʿAbd al-Wahhāb. Berkat bimbingan orangtuanya, ditambah dengan kecerdasan otak dan kerajinannya, Syeikh Muhammad bin ʿAbd al-Wahhāb berhasil menghafal 30 juz al-Quran sebelum berusia sepuluh tahun. Setelah itu, dia diserahkan oleh orangtuanya kepada para ulama setempat sebelum akhirnya mereka mengirimnya untuk belajar ke luar daerah.
 
Saudara kandungnya, Sulaiman bin Abdul Wahab, menceritakan betapa bangganya [[Syeikh Abdul Wahab]], ayah mereka, terhadap kecerdasan Muhammad. Ia pernah berkata, "Sungguh aku telah banyak mengambil manfaat dari ilmu pengetahuan anakku Muhammad, terutama di bidang ilmu Fiqh".
 
Setelah mencapai usia dewasa, Syeikh Muhammad bin ʿAbd al-Wahhāb diajak oleh ayahnya untuk bersama-sama pergi ke tanah suci [[Mekkah]] untuk menunaikan rukun [[Islam]] yang kelima - mengerjakan [[haji]] di Baitullah. Ketika telah selesai menunaikan ibadah haji, ayahnya kembali ke Uyainah sementara Muhammad tetap tinggal di Mekah selama beberapa waktu dan menimba ilmu di sana. Setelah itu, ia pergi ke Madinah untuk berguru kepada ulama disana. Di Madinah, ia berguru pada dua orang ulama besar yaitu [[Syeikh Abdullah bin Ibrahim bin Saif an-Najdi]] dan [[Syeikh Muhammad Hayah al-Sindi]].
 
=== Kehidupannya di Madinah ===